Sabtu, 12 November 2011

Masih tentang SURGA

Terbuat dari apakah surga itu? Apakah selalu pagi di sana? Tak ada siang, tak ada sore, tak ada malam? Bayanganku, yah di sana pagi selamanya. Keluarga tetap lengkap di rumah, duduk santai sambil menikmati teh dan penganan kecil, menghirup hari yang selalu bayi, tanpa perlu khawatir harus ke sekolah atau ke kantor. Apakah akan bosan jika terus-menerus melakukan hal yang sama? Sepertinya, rasa bosan telah dicabut Tuhan digantikan oleh persediaan rasa bahagia yang selalu full.

Semua hanya penggambaran saja, yang katanya, jika kita menghayalkan keindahannya maka yang sebenarnya justru jauh berkali-kali lipat melampaui khayalan kita sebagai manusia biasa. Konon, semua yang kita minta ada di sana. Tidak, saya tak sedang berminat membuat daftar permintaan di surga, saya hanya senang memikirkannya, menyambungkannya dengan kisah-kisah yang sudah saya dengar sebelumnya.

Manusia paling matahari di dunia pernah bertitah bahwa surga itu hidup di bawah telapak kaki ibumu. Bahkan beliau memerintahkan menuruti sosok ibu tiga kali lebih dahulu kemudian ayah. Di budaya India, seorang yang lebih muda jika memasuki sebuah rumah harus menyentuh kaki orang yang lebih tua di rumah tersebut. Inilah adegan paling saya suka jika kebetulan menonton Film India. Yah yang jelas tak sampai bersujudlah, sujud itu hanya hak Tuhan.

Ohhow, apakah Tuhan punya niat terselubung dengan menanam begitu banyak perempuan di dunia? Meski semuanya belum tentu akan jadi ibu. Jadi, surga itu terbangun dari sekian banyak kaki ibu? Tapi bukankah surga itu lebih tua dibandingkan saat pertama manusia itu sendiri diciptakan? Oh, yang terjadi mungkin surga telah terbagi-bagi ke kaki-kaki semua wanita yang akan ditakdirkan menjadi ibu kelak(?)

Huff, surat kali ini lagi-lagi tentang Ibu, semoga tidak bosan karena saya tidak tahu banyak sekali stok tentang ibu di otakku yang berdesakan minta tumpah. Untuk kali ini itu saja surat saya.


*skripsi, oh kenapa kau tak pernah cantik di mataku?