Rabu, 31 Juli 2013

PERHATIKAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS

Tak bisa menjadi Picasso. Tak mungkin menjadi Yesus. Tak bisa selamatkan planet dgn tangan kosong. Aku hanya bisa mencuci piring.(Rachel Corrie)

Itu salah satu twit terbaru seorang teman, namanya Bang Dobby. Saya jatuh cinta, sebagai seorang yang menggemari pekerjaan cuci piring. Cuci piring bagiku adalah salah satu aktifitas mulia, hiperbolik banget yak! Ahahahah... Bahkan di rumah, tercipta kelakar kalau cuci piring itu diplesetkan menjadi "nyupir", diikuti dengan motto "karena tak ada piring tak pecah, maka patuhilah rambu-rambu lalu lintas!"

Baiklah, syndrom pulang kampung episode dua.

Minggu, 28 Juli 2013

tak perlu diberi judul

Kita lelah bertengkar dengan jarak, lalu menyalurkan rindu dalam kata, gambar dan suara, mengendarai kabel-kabel itu. Kau mungkin membacanya, mungkin juga tidak. Mereka berpesta di sana hingga tak ada yang tersisa untuk dirindukan lagi. Ketika kita bertemu, kita hanya menyisakan diam. Jangan khawatir, saya tak menyalahkanmu. Saya sudah terlebih dahulu mengutuk diriku 'membosankan'.

Kita, bukan belia lagi. Kita pernah memandang sebuah foto, sepasang nenek-kakek duduk berdampingan, bahagia itu ada sepanjang umur. Kau mengatakan kita akan seperti mereka nanti. Namun kita bukan pemimpi lagi, kita sudah menyatu dengan kenyataan. Kita juga sudah terlalu tua untuk malu-malu karena rayuan.

Mungkin,
kita tak layak
tak butuh,
tak perlu,
tak ingin
bertemu lagi.

Rabu, 24 Juli 2013

Ramadan 2013

Saya tidak tahu persis mengapa di Bulan Juli ini kantor kebanjiran job survey produk susu formula untuk anak-anak (bayi). Ini lumayan berat dijalani apalagi Juli ini bertepatan dengan bulan puasa. Sebagian tenaga yang dulunya terkenal suka memborong banyak job tiba-tiba serempak jadi "ngoyo" padahal para supervisor sedang tercekik banyak deadline.

Ketika masih dalam tahap survey "mayoritas", kalangan menengah ke bawah, interviewer akan merasa sangat terbantu dengan responden yang kooperatif. Kalau istilah di kantor, mereka ini dikelompokkan ke dalam kelas ses C. Mereka dengan senang hati menerima. Bukannya menuduh mereka memang matre atau tidak tulus, mereka kebanyakan percaya bahwa tamu itu pembawa rezki.

Namun berbeda halnya jika interviewer mendapat tugas untuk survey produk bermerk premium (lebih mahal). Kebanyakan yang mengkonsumsi produk semacam ini adalah masyarakat secara ekonomi kalangan atas, yang dikelompokkan dalam ses A/ses B. Ciri-cirinya : rumah bagus, luas dan besar. Kemudian selidiki halamannya, apakah si mpunya rumah punya mobil.

Ciri-ciri tambahan yang membuat interviewer biasa putus asa di lapangan adalah pada umumnya mereka menolak untuk diwawancarai. Banyak hal negatif yang tiba-tiba menggerayangi pikiran mereka. Jika mereka kebetulan ada di halaman, dua meter Anda menuju rumahnya, mereka sudah memandang Anda penuh curiga.

Sebenarnya mereka tak perlu repot menutup pintu, pagar mereka rapat dan tinggi sehingga tak memberi celah untuk mengintip. Saya tidak mau mencela mereka, itu hanya sebagai wujud rasa was-was mereka, apalagi kami harus sampai minta nomor hp sebagai bekal callback untuk yang bertugas mengecek kualitas kerja kami, bahwa responden yang kami wawancari bukan tokoh fiktif bikinan interviewer. Bisa dibayangkan, betapa banyak nomor hp yang membuat kami harus kerja dua kali karena nomor hp yang diberikan responden tidak bisa dihubungi atau salah sambung (bukan nomor hp yang sebenarnya si responden).

Begitulah kira-kira suka-dukanya. Begitupun bulan Ramadan, tiba-tiba banyak peminta-minta/pengemis. Itu artinya kaum pemalas semakin meningkat, tapi paling tidak mereka sudah berusaha walau panas/hujan. Saya tak hanya membaca ini sebagai fenomena yang negatif. Dengan masih adanya pengemis, ini juga bisa berarti baik, bahwa banyak dari kita yang masih mau memberi.

Jumat, 19 Juli 2013

Come on Eileen

Masih dari film yang sama, The Perks of Being a Wallflower. Seperti de javu melihat adegan yang ini, ternyata pernah dengar lagu ini, tapi versi skanya oleh Safe Ferris, tahun 90an. Aslinya lebih ngepop, Dexys Midnight Runners, mewakili musik era sebelumnya, tahun 80an.

Sam : Oh my God! They're playing good music.
Patrick : Holy shit. Holy shit. They are, they're playing good music!
Sam : Living room routine?
Patrick : Living room routine, yeaaah!

Dua saudara tiri yang gila....





Saudara? Hem, jadi rindu mereka kalau puasa kayak gini. Kebanyakan teman sudah mudik padahal baru pekan kedua bulan puasa. Libur sekolah/kuliah membuat syndrom pulang kampung datang lebih awal daripada agenda mudik lebaran tiap tahunnya. 

Pengen pulkam juga. Hayyuk, kita mudik. Agar kota menjadi sepi, agar kota menjadi tidak ada apa-apanya. *dendam amat tampaknya* Tapi, kerjaan di kantor terlanjur menumpuk ke tenaga yang tersisa, termasuk saya. Baiklah, dua-tiga minggu ini harus sabar melewati deadline yang berlapis-lapis, belum habis tugas pertama tugas kedua sudah menunggu. Rasanya, sangat "menyerukan".

hanya di Indonesia

Sabtu, 13 Juli 2013

Phantom Planet - Lonely Day

Teman yang dulunya suka kucing, kini sekarang belajar hidup bersama makhluk semacam tikus, dinamakan hamster. Teman yang dulunya malas sekali jalan, kini demen travel. Teman yang dulunya membenci seseorang karena keeksklusifannya, kini sedang berbalas-balasan mention di twitter dengannya. Semuanya berubah, move on.

Saya, masih suka begadang, masih suka gentayangan malam, sering mendengar lagu-lagu yang mungkin tak terdapat di playlist hape abege ataupun mp3 player mobil angkot. Yang berubah hanya satu : terancam tak ada teman sekutu. Tapi, sepertinya lagu ini, yang memberitahukan bahwa "it's fine", kamu hanya perlu menikmatinya saja. Lama tak mendengarnya. Lagi, di zaman ketika lagu-lagu MTv masih keren.

Everybody knows that somethings wrong
But nobody knows what's going on
We all sing that same old song
When you want it all to go away
Its shaping up to be a lonely day




Jumat, 05 Juli 2013

sederhana itu menggemaskan

Kalau pulkam ke rumah tante, kalau sudah maghrib, tak ada lagi bebunyian kecuali suara alam. Dengan mudah telingamu bisa menangkap suara tetangga yang sedang tertawa terbahak-bahak saling melucu di antara penghuni lainnya. Tanpa punya radio pun, kau bisa terhibur dengan suara penyanyi dangdut dari radio sebelah rumah. Tapi, sudah banyak keributan yang diada-adakan di sana, listrik sudah masuk.

Kalau malam dinginnya melebihi dinginnya ciptaan pendingin ruangan, lebih nyaman berbaring di dalam kelambu apalagi banyak serangga-serangga terbang yang mengincar. Saya paling ingat, kalau subuh tiba, Nenek menyuruh saya memunggungi punggungnya, kedua tangan saya dilipat di depan dada melawan dingin.

Alm. Bapak dulu selalu begadang untuk memenuhi order cuci fotonya (jaman foto masih pakek negatif/klise), saya sering menemaninya. Suatu dini hari dia bilang kalau dia mendengar suara kakek sebelah rumah batuk-batuk lebih parah dari biasanya. Dan benar saja, subuhnya terdengar suara anak-cucunya menangis, sang Kakek meninggal.

Jaman dulu, belum ada FB atau Twitter untuk mengisi waktu kejombloan para jomblowan/wati, jodohmu tergantung dari orang tuamu. Jika para orang tua sudah bertemu, biasanya para gadis-gadis sudah was-was. Sekarang banyak yang mengeluhkan jomblo tapi tak mau dijodohkan.

Kamis, 04 Juli 2013

JKT48 - YUUHI WO MITEIRUKA

Memandang-mandangi senyum-senyum Hohe, atau mendengar sesekali lagu JKT48 adalah penyeimbang dari pikiran-pikiran buruk yang lebih mendominasi pemikiran saya. Saya tidak suka Cherrybelle, jadi apa salah! JKT48 yang lagunya lebih sedikit dari daftar lagu-lagu yang menghuni hard disk bisa dikatakan penyeimbang. Sebatas itu... Sekali lagi, suka bikinan lirik bikinan Akimoto Yasushi.


Seperti apa hari ini 
yang telah di lewati
Pasti terfikir saat di jalan pulang
Meski ada hal sedih, 
ataupun hal yang memberatkan
Tak apa asal yang bahagia lebih banyak

Karena tidak mau membuat 
keluarga dan teman
Dan orang di sekitar jadi khawatir
Kau paksakan tersenyum 
dan membuat kebohongan sedikit
Janganlah kau pendam 
semuanya di dalam hati…

Merasakan angin di saat musim berganti
Dan menyadari bunga di sebelah kaki
Jika dapat mensyukuri keberadaan kecil itu
Kita dapat rasakan kebahagian

Reff 1:
Apakah kau melihat langit mentari senja?
Waktupun berlalu dan sosoknya 
terlihat begitu indah, Yeas!
Begitulah hari ini berakhir
Malam yang mengulang baru
semua telah datang

Kau bergegas di jalan pulang seorang diri
Kenapa tidak hargai dirimu sendiri sedikit lagi 
Yuk! Mari lihat sedikit lebih baik
Supaya kau dapat hidup jadi diri sendiri

Hubungan antar manusia 
memang merepotkan,
Tapi kita tidak bisa hidup sendiri
Setiap manusia merupakan makhluk yang lemah
Kita haruslah 
hidup saling membantu

Dan kadang kadang 
keluar ucapan kasar, 
Tak sengaja 
menginjak kaki seseorang
Atau salah paham
Dan berbagai hal yang telah terjadi
Tetapi selalu penuh harapan

Apakah kau melihat langit mentari senja?
Mengajar untuk menerima keadaan saat ini dan terus maju
Dan bila kehilangan sesuatu
Pastilah suatu saat nanti hal itu akan tercapai

Langit hitam mulai berubah menjadi gelap
Di hias oleh titik garis yang terbentuk dari bintang bintang
Sampai hari esok tibalah nanti 
Lihatlah mimpi seperti dirimu sendiri

*back to reff 1

Selasa, 02 Juli 2013

dari Sudiang ke Tidung, sejauh itu...

Baru pulang dari briefing di kantor, suntuk! Coba mampir warnet dekat kantor, mungkin sudah dua kali mampir di sini. Saya lumayan jeli mendengarkan lagu-lagu yang diputar sama operatornya. Tadi saya mendengar Sweet Disposition sama Big Yellow Taxy (versi Counting Crows), beberapa lagu Cat Stevens, dan sederet lagu lagi yang saya tidak tahu apa judulnya. Hingga dia memutar sebuah lagu, asing tapi enak di telingaku. Bahkan bela-belain minta, tanya ke operatornya, terdiri dari huruf apa sajakah nama band tersebut, AnnenMayKantereit. Dia bilang band asal Jerman. Saya kembali ke biling saya, browsing sendiri dan kemudian memastikan "oh, mereka hanya tiga orang?", si operator mengiyakan.