Kamis, 20 November 2008

LELAKIKAN...




LELAKIKAN TUA


Gerombolan hujan memadati ruang-ruang kosong hingga selutut. Genangannya mengundang bocah-bocah untuk berakraban dengan mereka. Di matamu, air-air kecil itu mempunyai tangan yang melambai-lambai ke arahmu seolah ingin berjabat tangan denganmu. Tiap hujan akan menambah lagi kenalan barumu. Mereka berhasil memukaumu dengan melakukan akrobat terjun, memecahkan diri mereka masing-masing di tanah hingga mereka menjadi banyak. Betapa kagumnya dirimu. Pandanganmu berlanjut dengan karnaval air. Lihat! Mereka berdesakan seperti lautan manusia yang sedang berjalan menari, ada yang memakai topi dan melambai-lambaikannya di udara.
Kau ajak aku menonton. Tak puas hanya di balik jendela maka kau menarik tanganku untuk langsung berkenalan dengan mereka sampai suara Mak melarang kita bermain terlalu lama dengan mereka. Dengan sedih, kau tak sengaja berjanji untuk membalas pertunjukan mereka esok-esok hari.
Tiap sampai pada kesempatan, kau memenuhi janjimu. Tidak..., jangan lagi kau menyeretku bersamamu. Biarkan saya jadi penonton pertunjukannya. Biarlah kau dan kawan-kawanmu yang melakoni. Saya duduk di sini akan bertepuk tangan terkesima dan melompat-lompat jika tiba waktunya.
Kalian melompat dari pematang, berakrobat di udara menjatuhkan diri ke sumber air yang menghidupi sawah. Pembalasan selalu tak pernah terpuaskan sampai dewi siang mengisyaratkan pulang. "Matahari saja pulang ke barat, kita juga harus pulang...", ajakku. Masih banyak hari esok...
"Mengapa kita harus pulang?" gerutumu kepadaku. Ikan selalu pulang ke air. Kau sendiri kan mengakui dirimu Lelakikan. Aquarium kita adalah orang yang melahirkan kita. Apakah kau tidak pernah diceritakan oleh Pak Guru IPA di kelas kalau sebenarnya kita tenggelam di dalam perut Mak? Kita menangis karena harus berpisah dari rahimnya yang penmuh akan air kasih sayang. "Makanya, kalau guru menjelaskan perhatikan dong!" Kau pun mengerti dan segera menjangkau pundakku selama perjalanan. Sampai kita disuguhi pemandangan : Mak melotot memandang kita bergantian. Matanya marah, ibu jari dan telunjuknya mengapit erat hidungnya. Kau tersenyum... "Kita akan 'berair' lagi... Hore...!" Tak heran jika kau paling lama di kamar mandi.


LELAKIKAN MUDA

Lelakikan Tua sudah sibuk dengan dunia selain air. Tapi saya melihatnya bereinkarnasi pada dirimu yang suatu hari kutemani pulang dari Taman Kanak-Kanak tempatmu bernyanyi-nyannyi. Kau merengek agar di dampingi memilih ikan yang sedang berenang di dalam kurungan plastiknya. Bergelantungan beberapa buah yang hanya untuk dilihat, bukan untuk dimakan.
Betapa laparnya matamu melihat mereka menari dalam air. Matamu mirip dengan Lelakikan Tua yang melihat dengan takjub, karena sepertinya roh Lelakikan telah benar-benar mengungsi ke dalam dirimu. Kau merengek lagi, mengancam agar segera diceritakan tentang Lelakikan Tua.
Kakek selalu marah saat tahu
bempa* tempat air mandinya selalu dia penuhi dengan ikan-ikan kecil tangkapannya di selokan. Kakek lebih geram lagi karena tahu Lelakikan Tua salah kaprah, kecebong dikiranya anak ikan. Saya tak bisa menyembunyikan senyum mengenangnya...
Dia mirip sekali denganmu, Lelakikan Muda. Dia selalu kerasukan roh aneh jika hujan bertamu dan berakibat banjir di depan rumah. Kau selalu bilang " Kak..., aku ingin berenang di sana!". Saya sebenarnya tak ingin melarangmu, tapi Mak yang akan memarahimu.
"Kak, mengapa hanya ikan yang bisa hidup dalam air?"
"Nanti kau juga akan mengerti, kalau sebenarnya kita adalah ikan sebelum menangis untuk pertama kalinya untuk Mak...". Wajahmu bertanda tanya sepuluh selesai mendengarkan penjelasanku. Perkataanku ternyata belum harus tercerna oleh penerjemah yang hidup di otakmu.
"Dek, jangan heran. Saya suka hujan, Abang juga suka air seperti dirimu. Kau pernah melihat anak bayi yang dimandikan kan? Kau lihat mereka kan? Seolah ingin melompat-lompat di tengah air...".
Tapi kau sudah terlanjur mengacuhkan penjelasanku. Memang terlalu dewasa bagimu. Kau lebih asyik mengerti liukan indah ikan yang sedang kau pegang dalam kandang plastiknya. Aku mengerti matamu... Kau ingin menjadi seperti mereka, pencinta air.


*bempa : gentong air







Selasa, 21 Oktober 2008

MANIS 101008

“.… Tidak usahmi fikir biaya”, begitu ujung sebuah pesan yang mampir di hpku sehari sebelumnya. Saya merasa tak tahu diri, belum terlalu kenal tapi sudah merepotkan. Hanya ucapan ‘terima kasih’ dengan bunyi ‘i’ yang panjang mencoba lebih menghargai bantuantak…. Malah kita kasihkak lagi senyum, kubalas sekedarnya karena sadar senyumku tak begitu indah jika disandingkan dengan senyumtak….
Di
pete’-pete’, gak berhentikak tersenyum, bukan karena mengingat kita tapi karena bibirku belum merasa ckup untuk membalas senyumtak yang tadi ---sampe-sampe ku lupaywi uang kembalian billingku tadi Rp 2.000, seolah senyumtak sudah cukup bagiku lebih dari sekedar kembalian. Heheheh!

Seandainya kita perempuan, akan kupujakik :


Di rumahku yang telah lama tak terjamah, bertumbuh bermacam-macam sarang laba-laba. Kan kutunggu hujan yang rela singgah di benang-benangnya yang
Di mengayun lemah. Tetesan hujan itu melingkar membentuk kalung mutiara bening yang elok nan ajaib. Cahaya lampu biasa akan menjelma menjadi sinar bintang pujaan jika dilihat dari dalam kebeningannya. Ingin kubekukan dan kulingkarkan di lehermu.
Bukan…, bukan untuk mengalahkan indahnya senyummu karena sesungguhnya senyummu adalah gula dan kalung itu cahaya. Sinarnya akan berpendar memperjelas senyum malu-malutak selama ini terhadap kebanyakan orang. Supaya semua orang tahu, kita memang manis….

Huekz…, gombal!






Jumat, 15 Agustus 2008

UNTUK MATAHARI



Umur sembilan puluh tahun tak jauh beda dari usia sembilan bulan bagi manusia. Kewalahan mencerna makanan biasa, tak ada lagi gigi yang memagari di saat kau tersenyum. Kulit kian menipis menampakkan pipa-pipa kecil saluran darah. Begitupun dengan acara mandi, saya menikmati saat membantumu menggosok punggungmu. Saya serasa bermain dengan seorang bocah waktu membuatkan busa di rambutmu yang kian menipis.
Mungkin karena sudah semakin kurang hal yang kuasa kau lakukan sehingga kau menjadi makhluk yang paling mengandalkan suara. Begitu banyak mutiara keluar dari bibirmu. Mutiara-mutiara yang sudah kau kumpulkan sepanjang usiamu. Yah, tiba saatnya kau menjadi matahari.
Bukan matahari yang berputar, justru planet-planet inilah yang mengelilingi matahari. Matahari hanya cukup berbaring di tempat tidur. Kami yang akan mengelilinginya agar kami dapat pantulan cahayamu. Cahaya yang akan kami simpan baik-baik dalam kotak hati kami. Hingga suatu saat engkau akan lebih dirindukan Sang Pencipta, maka cahaya itu akan tetap ada, menerangi kami sepanjang hidup.
Memang tepat sekali Ambo’mu menganugerahkan nama Matahari kepadamu, meski orang-orang memotongnya saat menyebut dan memanggil namamu menjadi Pu Tahi’.

Dari salah seorang planetmu…



NB :
Ambo : ayah.
Pu (Pung) : panggilan untuk orang yang lebih tua.






Senin, 21 Juli 2008

KEPADA PEREMPUAN-PEREMPUANKU
Maaf, penghasilanku kali ini kupotong 40%. Kutukarkan sebuah kotak musik kecil yang hanya dapat kudengarkan sendiri. Saya sudah jenuh mendengar nyanyian selamat datang anjing depan kompleks saat aku berpaling dari malam. Lebih kuharapkan kotak ini sebagai penolak mantra kekesalan kalian. Semacam jimat : agar tidak berhasil masuk ke dalam telingaku sehingga jampinya gagal menjelmakanku menjadi orang paling bersalah. Hah, dalam hal ini ternyata musik lebih mengerti daripada kalian tentangku. Mengertilah, pagi sampai soreku hanya untuk berusaha menjangkau medali kebanggaan di hati kalian masing-masing. Tak bisakah sisakan malam untukku? Saya berusaha mewujudkan harapan kalian, tak bisakah aku punya mimpi untuk diriku sendiri?
Kalian telah membuatku menjadi orang yang menyesali masa kecilku. Terkadang saya berkeinginan menjadi pencuri waktu. Menggenggam lagi masa kecilku, kala mimpi itu baru benih. Jari-jari kecil itu menari menjejakkan garis jiwa begitu merdeka dan kata hati yang polos.
Lalu untuk apa kotak musik itu? Kau sudah gila jika membeli sebuah kotak musik berfungsi ganda sebagai mesin waktu…
Memang tak bisa kuulur kembali ke masa lalu. Tapi dengan kotak ini paling tidak dapat kuselami kekecewaanku tanpa umpatan dari kalian.
Bersyukurlah kalian, seandainya betul ada mesin waktu maka aku akan kembali ke masa lalu dan jangan pernah berharap kembaliku…

KEPADA LELAKI-LELAKIKU
Sebuah pesan mampir...
Cie yg sdh jd senior(ampunG seniorrrrr!!!)
Sthn jd mhsw bgmn rasax?
Pkh hobi gmbrmu kw bgn kmbl?
Sdh brp tlsnmu yg tmuat?
Jgn smpai pnglmn mngelola bultinmu
hx mpe SMA sj

Bukan kalian saja yang bertanya seperti itu. Teman-teman masa laluku juga melontarkan pertanyaan hampir serupa kepadaku. Saya pangling, sama bingungnya saya mau balas smsmu dengan kata apa. Pertanyaan itu termaknakan oleh otakku : ‘jangan kecewakan kami!’. Sungguh berat!
Kini, saya sudah sangat mengerti mengapa jiwa muda kalian tak betah di rumah. Memang ada jendela dan pintu, tapi tak ada lubang sekecil apapun yang bisa mengeluarkan keterkungkungan dari mereka.
Harapan-harapan yang didoakan berbunga indah tercekik mati. Itulah mengapa kalian mencari udara di luar. Sayang, umur sedewasa apapun kalian tetap anak kecil bagi mereka. Membantah berarti mengundang roh paling jahat di dunia masuk ke dalam tubuh mereka. Tak bisa dihindari, hinaan menghujani, mengaliri telinga, berhulu ke pikiran dan memvonis bahwa kalian adalah tak ada benarnya sedikit pun. Tak pelak lagi hukuman penjara lagi dibebankan. Bahkan tanpa ketukan palu pun keputusan itu sudah mengikat seakan sampai mati.
Kami pun ingin jadi orang baik-baik, lebih baik dari orang yang menghina kami… kukutip dari (sepertinya) catatan harian sang Seniman Kere, Februari 1993. Saya mengaminkan (dengan suara yang keras!).





Senin, 16 Juni 2008

UNTUK AL-MUZAMMIL

Rembulan di malam hari
Lelaki diam seribu kata
Hanya memandang hatinya luka
Hatinya luka
Udara terasa berat
Karena asmara sesakan dada
Ketika cinta terbentur dinding
Bukalah pintu hatimu
Yang selalu membeku
Agar kulihat lagi rembulan di wajahmu
Jangan sembunyikan hatimu padaku
Lelaki dan rembulan
Bersatu di malam
Angin sepoi-sepoi

LELAKI DAN REMBULAN oleh Franky & Jane, diciptakan oleh Franky S.
Lagu ini familiar saat saya masih duduk di bangku SD. Bagiku lagu ini biasa saja waktu itu, latoh jamannya kita lebih suka TRIO KWEK-KWEK dan sebagainya… Justru saya lebih menyukai lagu PERJALANAN setelah disenandungkan ulang oleh Patty. Saya senang menikmati sentuhan etnik pada pembuka lagunya…
Tapi dua tahun terakhir, saya selalu rindu mendengarnya…
Saya bisa mendekati perasaan pedih seorang laki-laki yang mencintai rembulan, namun tak bisa menggapainya. Hanya bisa memandangnya…
Lagu ini mengingatkanku pada seorang teman yang mencintai rembulan. Syairnya (mungkin) mendekati lukisan hatinya. Dia begitu mencintai rembulan, mungkin saja sekarang sedang mencari perempuan. Tak ada rembulan di wajahnya, tapi rembulan lebih indah jika dilihat dari matanya…
Mil…, lama kita tak berbincang tentang calon-calon rembulanmu. Maaf, tak belum ada puisi terangkai untukmu. Maafkan musuhmu ini, adakah keretapi kata-kata buatku?






Jumat, 23 Mei 2008

UNTUKmu ER…

Di lorong perpisahan kita saling menertawai, menunjuk-nunjuk satu sama lain. Penampilan yang berantakan dan baju kaos yang dicorat-coreti. Kita berjanji tak memakai baju kemeja hari ini : “Kasiyan! Kan bisa dipakai lagi baju kemejanya! Pakai seragam olahraga saja!” katamu.
Kita berjanji untuk bertemu kembali di bangku SMA.
Dengan riang… ku tunggu kau seminggu kemudian. Di sekolah itu, kita tak akan memakai biru lagi. Abu-abu ER… betapa bangganya! Di sepanjang perjalanan tetangga mencandaiku “ Yaelah, baru pergi mendaftar sudah pake seragam abu-abu!”. Mereka tersenyum. Apalagi kau nanti!
Kita akan bertemu di sekolah nanti.. Kagumilah rok abu-abuku…
* * *
Di tempat biasa, di pinggir lapangan sepak bola depan rumahku kita janjian lagi. Seperti biasa… Kita akan sama-sama ke rumahmu atau ke rumahku untuk menghabiskan waktu nonton kartun.
Saya : “Kau sudah mendaftar kan?”
ER.. : (hanya tersenyum)
Saya : “Ayo cepat, nanti Sinchan keburu habis!”
Kuraih tanganmu, kau mengajukan untuk ke rumahku saja. Saya mengiyakan… Kau diam-diam saja, tak seperti biasanya. Kita akan nonton Sinchan, mengapa kau berjalan seolah-olah kau sedang memanggil maut?
Lihat… hampir kita ketinggalan. Sinchan sudah di kandetto sama Mamanya karena kegenitan lihat cewek di taman. Hahahaha! Bekas kandettonya sampai berlapis tiga… Lihat ER… Hahaha! Tapi…, mengapa hanya ada suara tawaku? Tak ada suara ‘dua’ darimu? Ntahlah, kau menjadi sangat aneh hari ini.
Saya : “ER… kenapa tadi? Kau sedih yah karena kita tak bisa sama-sama hari itu pergi mendaftar? Ya ellah, gak perlu segitunya Neng! Yang penting kau mendaftar!”
ER.. : “Saya tidak mendaftar!”
Saya : “Ha?”
ER.. : “Kemarin saat saya menjahit rok SMAku, Makku langsung menyambarnya. ‘Kamu tak boleh sekolah!’ katanya.”
Kau mematahkan lehermu jatuh ke pundakku. Kau menangis, mengucapkan selamat tinggal pada rok biru, rok abu-abu, dan rumput yang di depan kita, rumput di lapangan yang setiap hari kita injak dengan sepatu kesombongan kita.
“Maafkan kesalahanku rumput, saya tak akan menginjakmu lagi dengan sepatu sekolah!”
* * *
Apa kabar ER…? Sepuluh tahun kita tak bertemu lagi. Terkabar bahwa setahun setelah perpisahan kita kau di petik oleh seseorang. Ternyata kamu memang tak boleh mendaftar karena justru kaulah yang menjadi tempat pendaftarannya. Hahahah! Apakah kau sudah punya malaikat? Berapa?
Kita mungkin sudah berbeda… Saya yang masih kekanak-kanakan, dan kau mungkin sudah keibuan. Hahahaha! Tak masalah, kau menjelma feminim atau masih tetap tomboy, hanya saja saya masih penasaran ingin melihat cahaya matamu : Apakah masih seperti dahulu? Yang tak pernah menakutiku untuk pura-pura baik dihadapanmu? Karena sesama preman tak boleh saling menakuti.
Hahahahah!
Entahlah… kita tak pernah melabeli hubungan ini. Temankah? Saudarikah? Sahabatkah? Tak perlu merk yang penting kualitasnya, iya kan?
ER… kutitipkan salam rindu dan ucapan ‘kaulah yang mengajariku membanggakan diri sendiri’ pada rumput lapangan depan rumahku. Kuharap kau mendengarnya jika kau sempat atau mendadak rindu ketika lewat di sini, walau kakimu menginjaknya bukan dengan sepatu sekolah. Khayalanmu membuat kenanganmu tak sadarkan diri, mendamparkan dirimu pada saat …..
….. kita bolos shalat dhuhur alasan haid, "Kok haid terus? Bersamaan lagi!” kau ingat pertanyaan Ibu Sum yang satu itu kan? Manjat pagar belakang, alasan pergi ganti baju habis olahraga malah keterusan nonton kartun minggu. Sepanjang perjalanan kita mengumpat : ‘mengapa libur kita jum’at sih?’. Besoknya teman-teman satupersatu menginterogasiku, katanya saya dicari Pak Gau, guru Bahasa dan Sastra Indonesia. ….. ER.. yang seperti penjual obat mempropagandakan kartun bikinanku. Saat kau mengajariku menulis Bahasa Arab : ‘kok kamu tidak menulis huruf? Itu menggambar huruf namanya!’ atau saat kita berontak dan bikin nangis Ibu Sam? Atau saat kita kompak nyontek kitab, ketahuan sama Pak ‘DONO’. Kita menyusun strategi balas dendam dengan menyapukan debu ke arahnya jika beliau lewat. Dan kita tertawa menang. Hah… sungguh sombong!.....
Rumput itu bercerita tak hentinya, dan menahanmu untuk singgah mendengarnya….
Dari :
- Anak emasnya Alm.‘Pak Gau’ -



NB :
kandetto’ (bugis) : jitak





Kamis, 15 Mei 2008

SURAT CINTA UNTUK KOTAK MUSIK BERJALANku

Saat masuk kau akan mendengar lantunan lagu. Entah dari radio atau tape. Tergantung siapa yang memainkannya. Jika yang tergolong tua, maka Anda akan tertidur karena saking asiknya mendengar lagu kenangan atau lagu dangdut, serasa di bawa melayang oleh goyangan suara penyanyinya yang merdu. Maka perasaan Anda persis di dalam ayunan, maka tertidurlah Anda, apalagi jika suasananya keterlaluan : terlalu panas atau terlalu dingin.
Namun jika sebaliknya, anak mudalah yang memainkannya. Sungguh, lebih seringnya saya tidak senang. Serasa saya menjadi pengidap jantungan seketika. Jantung melompat-lompat tak sabar ingin ‘triping’ mendengar lagu disconya. Hahaha!
Bukan hanya berfungsi sebagai alat musik, ada yang terkadang sambil jualan, kesempatan! Apalagi ibu-ibu. Kotak musiknya bisa beralih fungsi menjadi serambi gosip. Dari mulai artis kota, masalah anak, masakan, suami sampai hal-hal yang berat seperti BBM dan kenaikan harga sembako. Jadi, kalau Anda kelupaan membeli surat kabar hari ini dan tak ingin ketinggalan berita, janganlah segan-segan memakai jasa ‘kotak musik’ ini! Anda tinggal menunggu ‘kotak musik’ yang agak padat oleh ibu-ibu.
Sampai-sampai pernah seorang teman melupakan HPnya di dalam karena keasyikan dengar gosip. Duh… payah! Laki-laki doyan gosip. Ataukah memang benar : ‘perempuan mulut ember, laki-laki mulut baskom’?
Saya : “Halo, ada apa ‘titik-titik’?”
….. : “Eh, Naya! Besok kamu ada kegiatan gak? Ada acara asik nih… Kita pergi yuk!”
Saya : “Ini kamu, Lee? Lo kok pake nomornya ‘titik-titik’? Dasar pacar kurang modal, bisanya hanya habisin pulsanya orang. Jadi itu yah fungsi pacar bagimu? Kalau begitu saya akan semakin menghasutnya supaya dia putusin kamu.”
….. : “Halah, dasar kalian perempuan. Lebih banyak prasangka negatifnya. Saya kehilangan HP Bu’!”
Saya : “Dimana?”
….. : “Di ‘kotak music berjalan’”
Saya : “Sudah di miscall?”
….. : “Sudah… Tidak aktif…”
Tamat sudah! Dia sudah tidak bisa lagi menyalurkan bakat narsisnya lewat HP. Hahahah! Saya sok bernasehat lewat sms.
mkx kl px hp tu jgn yg mhl2 amat.brg bgs srg dlpkn lo
bgtkah?
iya,sprti hlx pyungq yg jlk i2.yg wrna ungu,ada gmbr buah2x bxk,bsr2 lg,supr norak!yg ptg fungsix.sy#prnh lp dmnpn
oh bgt y?
jd sy ingt km 4keg bsk, i2 artix km …..(?)
=(
:-P
sdhmi,hbs nanti pulsanya ‘titik-titik’ *(ngeles!)
Tapi si ‘titik-titik’ dan Lee sudah putus. Kami berjanji saling meng’indah’kan dengan tidak bertukaran nomor HP. Hahahaha!
Ada yang kehilangan dan kelupaan. Seperti halnya, laki-laki kurang kerjaan yang sengaja menitipkan pandangannya kepada seorang gadis yang setengah mati memperbaiki posisi duduknya karena mengenakan rok mini. Atau pandangan liar kepada seorang gadis yang setengah mati menjaga ‘depan’ dan ‘belakang’nya saat masuk-keluarnya dari kotak musiknya. Hi… jijay!
Begitu banyak intrik di ‘kotak musik berjalan yang bisa memuat 12 (duabelas) jiwa’ ini…
Terima kasih ‘semut biru’nya Makassar! Sepertinya tak akan lama lagi tarif pete-pete akan naik! Hikz!





Rabu, 07 Mei 2008

UNTUK PARA AKTIVIS

Saya kagum melihat seorang teman yang telah bertumbuh dengan jiwanya, semangatnya, idealismenya. Dia bahkan telah melompati prestasi-prestasi kakak-kakaknya, saya iri…
Tapi, saya berfikir. Apa yang dikerjakan oleh orang-orang seperti itu? Ke sana kemari, lupa akan orang-orang yang mencintainya. Dia lebih mengutamakan yang dia cintai daripada yang mencintainya...
Orang berdecak kagum dan mengiyakan apa yang mereka katakan. Dalam hati saya justru berfikir. Apa yang patut dibanggakan oleh manusia SUPER-AKTIVIS jika orang-orang disekitarnya tak diperhatikan? Manusia macam apa itu? Banyak omong gak ada praktik
Maaf! Saya mundur…
Semuanya sudah memuakkan.

SANG PASSIVIS





Jumat, 02 Mei 2008

BUAT PUTrisiPUT

Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada
Batinmu tetap merasa masih memilikinya
Rasa kehilangan hanya akan ada
bila kau pernah merasa memilikinya…
Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna
walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada
bila kau pernah merasa memilikinya…
Kupastikan kau bertanya lagi : “Siapa puisi itu, Dak? Tulisanmu?”. Hahaha, tenang! Sekarang saya ternyata masih belum bisa melompati kelihaianmu bermain kata-kata. Dasar kamu! Banyakan lagu luar sih… Itu lagunya Letto judulnya Memiliki Kehilangan. Memang tidak terlalu hits. Tapi bagiku cukup dalam. Hahaha dasar penjahat kata. Mana bisa jadi penulis handal kalau dengar musik terus. Banyak penulis yang memvonis bahwa musik bisa membuat menjadi malas menulis. Bahkan ada seorang teman berkata musik dapat membutakan hati… au ah…, Ternyata kita berdua masih gila musik. Kalau katanya Fadly Padi : ‘Music is My Soul!’ wow, yeah!
“Rasa kehilangan hanya akan ada, bila kau pernah merasa memilikinya”. Jadi jika kau menyukai sesuatu, maka jangan terlebih memilikinya. Saya pernah merasakannya, empat tahun yang lalu. Saya bangga memiliki seorang Bapak, tapi bisa mengalahkan rasa pedih saat dia pergi. Sekarang saya berfikir ingin menjadi pihak yang pergi daripada ditinggal.
Jika seseorang bercerita kepadaku tentang seseorang yang dia miliki, maka saya diam-diam dalam hati ‘sedikit’ mengasihaninya. Maka, maaf jika kau bercerita tentang Malaikat Tukang Ketawamu saya tidak terlalu meledak-ledak untuk tahu tentang dirinya. Saya mau berperang dengannya. Dialah yang merampas Putri Siput dari pangerannya.
Maka… jangan pernah berfikir tentang kepemilikan, tapi bayangkanlah mengenai kehilangan.
Ci…, milikilah saya!

Pangeran Badak





Senin, 14 Januari 2008

Tuk LARUMBALANGI

Lee, kau mengakui hpmu kau lupa di salah satu "kotak musik besar, bisa memuat maksimal 13 manusia" yang bertujuan ke BTP. Saya tidak berduka cita atas itu. Baguslah, dengan begitu kita tidak bisa berjanji lagi. Saya menyukai pertemuan tiba-tiba kita Lee.
Terus terang, saya selalu menantikan ajakanmu untuk makan. Sangat mempesona menyaksikanmu menjadi binatang buas di hadapan makanan yang kau pesan, salah satu penyebab begitu lambatnya saya makan. Maaf ya membuat Lee menunggu! Dulu, saya tidak tahu apa sebabnya saya bisa bertahan jadi temanmu. Ternyata ini salah satu alasannya. Kau berhasil menggaetku.
Aku tahu mengapa Lee selalu mengajakku makan setiap kali bertemu, ternyata ingin membuatku menyaksikan cara makanmu: KELAPARAN YANG MEMBABI BUTA NAMUN INDAH!
Moga hubungan kita tak lebih dan tak kurang dari sekarang! Moga segera bisa meraih mimpimu: berdampingan dengan .... Kalian berpisah agar bisa bertemu dengan ikatan yang lebih kuat, kan? Semoga ya! Dan terakhir, moga cepat 'kurus'! Amien!

dari:
gadis 'kurus' yang gila
sebelas januari (cieh, kayak lagu!) dua ribu delapan
di 'restoran mewah' dekat Simpang3Cell
Perumdos

pertemuan dua makhluk mengalir, tidak pernah berikrar, namun akan bertemu jua di muara...