Sabtu, 28 Desember 2013

ADVENTURE TIME

Kalau pakek kerudung putih ma baju biru serasa jadi FINN, dan kuning yang keren sekarang bukan lagi SpongeBob, tapi anjing yang bernama JAKE. Kemudian katakan "Hey Buddy!"




Jumat, 27 Desember 2013

Lucette Henderson



"I don't eat meat, my friend to"


Saya bukan penggemar garis keras Morrissey, tapi saya menikmati beberapa lagunya. Suatu hari yang suntuk, tiba-tiba mendengar Everyday Is Like Sunday via laptop, padahal sedang mengerjakan sesuatu. Dalam hati, ingin teriak, “Ha, lagu apaaaa ini? Kenapa baru kudengar padahal sudah lama berdiam di hard diskku?” Saya ‘kecanduan’ mendengarnya.

Besok-besoknya, buka youtube, cari video, sapa tahu lagu ini punya video klip, dan voila, benar dugaanku. Video ini serupa kampanye vegetarian. Saya bukan vegetarian, tapi saya menghargai pendapat mereka.

Mereka tidak makan daging dan memakai produk apapun yang terbuat dari bagian tubuh hewan, bahkan termasuk madu. Mereka berangkat dari beragam alasan, ada yang menurut mereka membunuh hewan adalah hal kejam bagi mereka, tapi apakah membunuh tumbuhan tidak kejam?

Belum ada yang membuktikan bahwa tanaman juga punya hati dan bisa merasakan sakit mereka tak punya wajah untuk mengekspresikannya dengan eksplisit kepada kita. Tapi kalau memang iya, membunuh tanaman juga bisa dikatakan kejam ya! Hahaha, kita hanya minum air saja, begitu?

Ada juga yang mengatakan bahwa kita berlaku sewenang-wenang kepada hewan, kita memberinya makan segala rupa agar mereka gemuk, agar setelahnya bisa mengenyangkan yang memakannya. Kita tidak bisa menjamin lagi, ada tumbuhan di dunia ini tak dihuni oleh zat kimia yang berbahaya jika dikonsumsi, seperti pupuk dan pestisida.

Nah, biasanya mereka ini termasuk vegetarian yang peduli akan kesehatan, sebisa mungkin terhindar dari kanker, kolestrol dan sebagainya. Biasanya, mereka punya ladang sendiri untuk ditanami tumbuhan yang mereka konsumsi sehari-hari, dibiarkan tumbuh dengan normal tanpa bantuan zat kimia.

Saya jadi ingat, perbincangan saya dengan istri seorang guru SMA saya saat jam istirahat. Saya berterus terang, penasaran akan rahasia di balik penampilan guru saya itu, wajahnya cemerlang dan mulus. Istrinya kemudian bercerita bahwa suaminya hanya makan sayur dan nasi, tidak memakan ikan dan daging. Dialah vegetarian pertama yang kukenal, guru fisika saya di SMA, bahkan saya belum tahu kalau gaya hidup tersebut punya nama.

 




Tapi, sudahlah, jangan terlalu menghiraukan perdebatan tadi, semua itu hanya isi kepalaku. Yang jadi pokok tulisan ini adalah siapa gadis muda yang agak tomboy, yang menjadi model video klip Everyday Is Like Sunday ini? Dengan style ala remaja 80an dia terlihat cantik, tapi dengan gayanya membuatnya terlihat ‘handsome’ sekaligus. Siapa dia? Siapa dia? Siaaaapaaa dia???

Oh, namanya Lucette Henderson. Coba menelusuri dunia maya lagi, siapa gerangan Lucette Henderson ini? Aktriskah dia? Apa saja judul film yang pernah dia mainkan di dalamnya? Saya tak mendapatkan apa-apa selain milis-milis penggemar Morrissey yang juga tidak tahu banyak tentangnya. Ternyata, Lucette Henderson ini bukanlah seorang publik figur, dia hanyalah seorang penggemar Morrissey yang terpilih untuk membintangi klip Moz (sapaan penggemar kepada Morrissey) yang satu ini. Konon, sekarang dia menjadi guru di Manchester.

Lucette ini bikin saya kangen berambut pendek, memanjangkan rambut membuat sisir jadi galak, mungkin rambut dikiranya musuh. Saya tidak percaya pada shampo apapun, yang jelas sisir-sisir itu kejam. Rambut yang seharusnya tergerai di kepala begitu banyak terkulai di lantai, saya tak suka itu. Baiklah, keputusan tetap ada pada saya… Ehehehe… "Luchette, saya terinspirasi memotong rambut, karenamu!" :)


Pembuatan video clip The Smith - Stop Me If You Think You've Heard This One Before link


Jumat, 13 Desember 2013

SWIMMING IN RIVER PHOENIX


Kirain Kurt Cobain :3



Halloween 1993 mungkin akan menjadi salah satu Halloween yang tidak akan dilupakan. Bagaimana tidak, seorang pemuda sekarat di sebuah pesta seorang rekannya, pesta Johnny Depp di Viper Room. Dan saya baru menangisinya di tahun ini, tahun 2013, tepatnya dua pekan terakhir ini. Saya tidak bisa tidak sedih, seorang aktor yang begitu berbakat mati dalam usia yang sangat muda. Stand by Me rilis ketika saya baru lahir, dan kejadian naas itu terjadi ketika saya baru bisa membaca. Konon, sebelum datang ke pesta tersebut, River Phoenix memang jarang istirahat dan kurang tidur.

Bagaimana alurnya sehingga saya mengenal sosok ini? Banyak orang yang mengatakan bahwa Taylor Hanson remaja mirip dengan River Phoenix, matanya biru dengan rambut blonde. Saya penasaran, apa yang saya dapatkan hanya secuil. Nama keren nan puitik yang dimilikinya hanya terhubung kepada Keanu Reeves teman baiknya dan beberapa rock star, itu saja.

Dia lahir dari keluarga hippy sehingga waktu dia kecil sering berpindah-pindah tempat. Semenjak kecil dia sudah berusaha membantu keluarganya dengan menenteng gitar, bernyanyi bersama saudaranya di pertunjukan-pertunjukan kecil. River tidak pernah sekolah, tapi itu tak membuatnya menyesal. Sayangnya, ternyata bijak saja tidak cukup untuk menghadapi hidup apalagi bagi seorang aktor seperti dirinya. Bahkan Naomi Foner (screen writer Running on Empty) memberi River novel sebagai hadiah ulang tahun agar dia bisa membaca, mendapat sedikit edukasi dari bacaannya tersebut.

Tapi, tak ada yang bisa mengelak, aktingnya begitu memukau. Saya belum menonton semua filmnya, tapi lihatlah, River remaja jadi pusat perhatian di Stand by Me. Dia adalah “daya tarik” film ini, kita tidak bisa melepas pandangan kita terhadapnya. Chris Chambers, tokoh yang dia perankan, adalah ketua geng, cuek tapi perhatian terhadap temannya, tapi tiba-tiba begitu rapuh ketika dia bercerita kepada sahabatnya betapa dirinya dipandang remeh oleh lingkungan yang mencap keluarganya keluarga kriminal.

Kesalahanku adalah mengunduh versi instrumental lagu Stand by Me yang mengiring film ini, menyimpannya di memori hp, jika terdengar, saya dengan segera ingin menangis. Semua orang menyayangkan, tak ada yang tahu persis, mengapa River Phoenix yang dikenal sebagai pecinta hewan, vegetarian semenjak kecil (dari orang tuanya/keluarganya), sangat peduli lingkungan, pemalu, sensitif tetapi sangat sopan itu bisa kecanduan obat-obatan terlarang. Dia lihai menyembunyikan semuanya.



unsmile



Coba lihat gambar dirinya, jarang tersenyum. Di acara-acara besar, beberapa gadis meneriakkan namanya, tapi dia jarang melambaikan tangan ke arah mereka dan menuruti apa keinginan mereka. Dia bersemangat ketika wartawan menanyakan tentang filmnya, tapi dia akan salah tingkah jika tiba-tiba pertanyaan menyerempet ke hal-hal pribadi. Dia sangat pendiam, sepertinya dia tidak peduli, dia membiarkan orang berspekulasi tentang dirinya, dia tak perlu konfirmasi bahwa itu benar atau salah.

Apakah dia cukup kewalahan dengan tuntutan profesinya? Adakah perang dalam dirinya : apakah tetap akan jadi aktor atau berhenti dan konsentrasi hanya untuk bandnya yang bernama Aleka’s Attic? Adakah dia sosok yang merasa banyak terkungkung pada kebiasaan-kebiasaannya sejak kecil, setelah tumbuh dewasa merasa harus bebas, misal dengan meminum coke, mengonsumsi makanan yang punya unsur hewaniah dan mengonsumsi obat secara berlebihan? Ataukah semua itu pengaruh dari lingkungan tempat ‘kerja’nya dan dia masih rapuh untuk menghadapi itu karena dia masih ‘kecil’, masih sangat muda?



bukan Leonardo Dicaprio, bukan Johnny Depp, bukan Andy Warhol




Tidak keluarganya, tidak pula teman-temannya, apalagi penggemarnya yang tahu. Dia, sungai yang tak seorang pun bisa menyelaminya lebih dalam. Saya kemudian tercenung, mengapa seorang teman menamakan putra mereka yang lahir 4 tahun lalu dengan nama River. Kemudian saya hanya membayangkan seandainya dia masih hidup sampai sekarang, kita hanya bisa melihat ke orang-orang yang mirip dengannya dan membayangkan bahwa dia sudah setua itu jika saja dia masih hidup. Tapi tidak, dia tidak bisa tua, dia pergi terlalu muda.

Kamis, 05 Desember 2013

The Boxtrolls (2014) : Insane Stop-Motion



Inilah resolusi picisan saya, tahun depan nonton The Boxtrolls. Tiba-tiba semangat meledak setelah menonton trailernya, takjub! The Penguins of Madagascar rilisnya 2015, Finding Dory setahun kemudian (2016), masih laaaaamaaaaaa...

Iseng-iseng nyari film yang menghiassi tahun 2014, dapat trailer ini. Dari warnanya yang kelam kelihatan animasi ini sepertinya bukan untuk anak-anakm seperti warna yang terdapat di Mary and Max atau seperti yang ditampilkan Corpse Bride khas Tim Burton. Tapi sepertinya saya salah, ceritanya ala anak-anak sekali, ada box-box kosong yang tiba-tiba punya tangan, kepala serta kepala dilengkapi dengan wajah dan telinga menemani seorang anak. Pertama kali lihat kiranya benar-benar animasi, dalam artian gambar manusia atau peralatan digital. Saya mencoba nonton trailernya berkali-kali (sampai download malah), dan coba browsing. Tadinya saya pikir, clay yang dibikin pada awal-awal trailer untuk souvenir dari film ini nanti, saya salah duga!

Setelah ngegoogling, ternyata film ini benar-benar stop-motion, stop motion? Dengan detail gerakan seperti itu? GILA! Stop-motion bisa sekereeen ini???