Jumat, 25 September 2009

Untuk Para RUMPIYA





Bagaimana kabar kalian? Silakan mengumpatiku 'kejam' karena kali ini aku tidak me'lebaran'kan waktuku untuk bersua dengan kalian. Padahal sangat ingin bertemu regenerasi kalian yang baru, selucu apakah mereka? Pasti lucu..., selalu lucu...

Terbayang langsung, anak-anakmu yang melompat tergiring angin saat aku menghujungkan soreku duduk di depan kalian. Tepat setahun sudah, lebaran yang lalu. Ketika sebuah pesan mampir di hpku, memintaku untuk datang di sebuah reunian rutin teman-teman sekolahku.

"Sangat membosankan! Dari tahun-tahun lalu sampai sekarang begitu-begitu saja. Membolak-balik gambar-gambar culun kami dan menertawakan masa lalu. Apa yang seru dari kegiatan seperti itu?" Kesahku sambil memeluk lututku. Kalian langsung mengepungku dengan pertanyaan.

"Mengapa...?" Sebuah koor yang tak terlatih kalian segera memenuhi telingaku. Kalian selalu menggemaskan kalau didatangi rasa penasaran.

"Karena saya lebih senang bercerita dengan kalian. Di sini lebih rame..." Bertepuk tanganlah kalian bangga merasa dibutuhkan olehku.

Sekarang, justru sebaliknya. sayalah yang lebih butuh kalian, tepatnya butuh telinga-telinga kalian. Pengirim pesan itu telah pergi. Tak ada lagi si pemrakarsa 'lelucon-lelucon masa lalu' itu. Sungguh, aku tak ingin pulang bukannya tak rindu kalian, tapi saya lebih menghindari merasa kangen diajak olehnya.

Kalian pasti belum lupa, kaki-kaki SMAku yang selalu berusaha berjalan di belakangnya, menonton punggungnya. Saya tak pernah malu digoda kalian soal dia, tapi saya setengah mati bertahan tak meleleh saat dia berbalik. Kubiarkan saja dia melihat dengan indah yang lain, asal jangan menangkap mata diriku yang tersipu melihatnya. Maka, hubungan kami selalu biasa, walau teman-teman lain menggoda bahwa "kami sama-sama...".

Jika saya di hadapan kalian, maka ingin kumengetes ingatan kalian tentang semua itu. Kuminta jangan bertanya soal kehilangannya. Saya tak mau sedih sekarang, karena ada banyak senyum yang lebih penting dikenang daripada harus memfoya-foyakan airmata.

Bicara kehilangan, saya hanya bisa menimbang, kepergiannya adalah kehilangan urutan kedua, pas di bawah sang juara : kehilangan Lelaki Sahabatku. Huh..., terdampar lagi pada subuh-subuh masa kecilku, tersenyum saat melihat kalian terbangun mendadak oleh deru motor Lelaki Sahabatku menuju masjid. Bintang memang selalu jago begadang dari kalian. Tapi tenanglah, jangan ngambek dong! Kalianlah yang memenangkan kisahku...

Aku tak mau bercerita pada bunga karena bisa layu. Kepada kalianlah Para Rumput, kurumpikan dongeng hidupku. Manusia tak kenal lelah membasmi kalian, tapi kalian lebih tak lelahnya lagi bertumbuh kembali. Kalian menang membuat manusia membenci kalian... =)

Hiks, aku gak sempat mudik. Aku kangen kalian, Para RUMPUT RUMPIYA...!