Sabtu, 26 November 2016

MOANA (2016)





Penggemar kartun yang pakai nyanyi-nyanyi memang masih sulit move on dari FROZEN, tapi maaf, saya bukan penggemar FROZEN. Saya juga kurang suka dengan lagu Let It Go, walau karakter-karakternya berdandan dengan pakaian yang serba berkilau. Tapi hari ini saya menonton MOANA dan berani mengatakan kalau MOANA ini jauh lebih bagus daripada FROZEN.
Moana, seorang gadis dengan naluri berpetualang tapi selalu dilarang berlayar ke lautan oleh ayahnya sang kepala suku di pulau tempat dia hidup. Tapi hati Moana merasa perlu ada yang diperbaiki, para nelayan di pulaunya sudah jarang mendapat ikan, hasil bumi banyak yang rusak. Ada yang salah, Moana percaya takdirnya untuk memperbaikinya. Dongeng yang diceritakan neneknya terbukti. Dia bertemu dengan Maui, manusia setengah dewa yang telah mencuri jantung Te Fiti (dewi yang menjaga keseimbangan alam) dan tentu saja tak mudah meyakinkan Maui agar mau menemani Moana untuk mengembalikan jantung Te Fiti.
Tak ada gaun-gaun mengkilap di sini, tapi lagu-lagu yang terselip di film ini sangat bagus, ini yang tidak saya dapatkan di FROZEN dimana saya merasa kalau lagu-lagunya hanyalah dialog yang dibikin lagu, sedangkan di MOANA ini, seperti lagu yang jadi dialog. Dan saya rasa penggemar LILO AND STITCH bisa sedikit bernostalgia karena cerita MOANA dekat dengan pantai dan Hawai (inspirasi cerita ini dari bangsa Polinesia yang hidup di pulau-pulau yang tersebar di Samudera Pasifik, Hawai salah satunya)

Bonus, lagu favoritku di film ini, bikin terharu dan heroik banget. Aueeee, Aueeeee...

Sabtu, 05 November 2016

DOA AKHIR TAHUN 2016


MASALAHKU SEKARANG : MEMBENCIMU

Solusinya : mencintaimu kembali

Sabtu, 08 Oktober 2016

EINSTEIN ala Unhas

Kemarin nonton Deepwater Horrizon di bioskop, clingak-clinguk kanan-kiri, liat seorang dosen yang kukenal, pas di sebrang, di samping kiri saya. Seorang teman pernah menyuruh saya memperhatikan muka beliau baik-baik ketika dia sedang menjelaskan di depan kelas.

Teman : wey, liatko baik-baik itu Pak Albert, mirip siapa cobak...
Saya : siapa di', ndak tahukak
Teman : miripki Albert Einstein, tooloo, kebetulan sama juga namanya...
Saya : iyya di, ini bapak juga cerdas dan bagus ingatannya...

Iya, bayangkan saja Albert Einstein dengan muka lebih gelap, dengan rambut ikal berwarna hitam. Dia pernah menjawab pertanyaan seorang teman di kelas, kalau referensi jawaban atas pertanyaan teman ini bukunya ada di perpustakaan pusat, rak bagian ini, deret keberapa, warna sampul bukunya, dan halaman berapa topik tersebut ada di dalam buku tersebut. Dia bahkan juga tahu siapa nama panglima perang yang dia bahas, waaaawh...

Memang beberapa kali pernah lihat beliau nunggu nyetop angkot/pete-pete di pinggir jalan depan mall-mall. Saya juga pernah beberapa kali melihatnya sedang duduk menunggu dalam bioskop, saya ingin menyapa, tapi tidak jadi, karena pernah suatu kali saya menyapanya di pinggir jalan dan sepertinya dia tidak mendengarnya, seorang wanita (mungkin putrinya) sedang berjalan mengikutinya berjarak sekitar lima meter tersenyum kepada saya.

Hanya saja, senang mengetahui bahwa dosen senior satu ini ternyata suka nonton film, jempol buat Bapak!


Jumat, 23 September 2016

The Lumineers - Cleopatra*

"jangan sampai telat ngantor"
"cepatcepatlah sarjana"
"segerakan menikah"
"kapan punya anak, tunggu apa lagi?"


*sepertinya hanya maut yang datang tepat waktu

Sabtu, 02 Juli 2016

2 Juli 2016

Ndak mudik, semakin hari tidak suka ngumpul, tidak suka ramai... Saya pernah nangis waktu kecil di halaman rumah Paman yang sedang hajatan rumah baru, saya kemudian diungsikan ke rumah tetangganya. Semua orang bertanya tentang itu...

Mat lebaran, buat kau yang tidak rindu pulang...

Selasa, 24 Mei 2016

24 Mei 2016

The Loster



Sebuah kota, mengelompokkan warganya ke dalam empat buah kelompok besar. Yang sedang berusaha mencari pasangan di tempatkan di hotel, yang sudah mendapatkan pasangan akan mendapatkan hadiah dari hotel, dan setelah melalui tahap itu mereka dibebaskan hidup di kota, tentu saja dengan pengawasan keamanan setempat, setiap orang dewasa harus punya pasangan. Yang memilih jalan hidup melajang, pemberontak, hidup terasing di dalam hutan.

Di saat kita jatuh cinta atau tertarik kepada seseorang, kita hanya melibatkan perasaan. Tapi di sebuah distopia, di film ini, bagaimana jika cinta itu sebuah aturan. Perempuan yang gampang mimisan mencari pasangan yang harus serasi dengannya, lelaki yang gampang mimisan juga. Kelompok yang tengah mencari pasangan, tiap hari harus berburu, membunuh para lajang yang berkeliaran di hutan agar pihak hotel memberi mereka tambahan waktu untuk tinggal di hotel karena jika waktunya habis, yang bersangkutan akan diubah menjadi hewan, carilah pasangan Anda dalam wujud makhluk lainnya...

Barangkali benar, cinta hanya tipu daya alam agar kita terus berkembangbiak.









Our Little Sister (Umimachi Diary) 




Sachi, Chika, dan Yoshino adalah kakak beradik yang tinggal di sebuah rumah kuno peninggalan mendiang kakek-nenek mereka. Ibu dan ayahnya telah menikah kembali dan meninggalkan mereka ketika yang paling bungsu masih kecil. Sampai suatu hari datang sebuah kabar bahwa ayah mereka meninggal.

Awalnya Sachi enggan untuk ikut dalam acara duka ayahnya, yang bertempat di rumah istrinya yang lain. Sachi masih punya perasaan benci kepada Ayahnya yang telah meninggalkan dia merawat dua adiknya, tapi kemudian dia menyusul dua adiknya yang menghadiri acara tersebut.

Ternyata ayahnya punya putri lagi, Suzu. Dengan berbesar hati, Sachi menawarkan Suzu untuk tinggal bersamanya dan dua saudaranya. Lahir dari ibu yang berbeda, mereka mencoba menemukan sesuatu yang bisa membuat hubungan mereka kuat sebagai saudara seayah.

Selasa, 26 April 2016

positif negatif

Orang orang negatif tidak semuanya mengambil pilihan terburuk
Orang orang positif tidak semuanya mudah bahagia dengan pilihan yang dipilih.

Kamis, 21 April 2016

Rahasia Kecil Bernama AURORA


“Ingin kubisikkan sebuah rahasia untukmu, segeralah buka youtube, dengarkan seorang gadis bernama Aurora yang membangunkan sebuah dongeng untukmu, lewat suara dan musiknya!”

Baru dua hari berkenalan dengan album All My Demons Greeting Me as a Friend (Maret - 2016), otak rasanya ingin melompat dari tempatnya dan berjalan, membisikkan ke telinga semua orang kalimat pembuka tulisan saya tadi. Aurora Aksnes, nama lengkapnya, gadis muda berasal dari Norwegia . Yah, dia rahasia bagi orang-orang yang telah mendengarnya, sayang sekali jika musiknya telah mainstream sekelas Sia atau  Lorde.

Tidak, tidak sampai harus membandingkannya dengan dua orang penampil yang duluan lahir di kancah musik Internasional, karena sebenarnya penggemar berat Bob Dylan dan Leonard Cohen ini sedikit pemalu ketika tampil di depan panggung. Dia agak kikuk ketika telah sampai pada akhir lagu dan harus menyapa penonton sebagai pengantar ke lagu selanjutnya. Tapi, jangan khawatir, suasana akan mencair lagi saat lagu selanjutnya dimulai. Ketika musik dimulai, jangan sampai Anda melewatkan aksi teatrikal kecilnya. Mimik wajahnya akan berubah lengkap dengan gerakan kontemporer sederhana yang dibuatnya, yang mengingatkan saya akan Björk.

Gadis ini, membuatkan kita dongeng-dongeng kelam ala Tim Burton. Ketika musik mulai mengalir, ada sosok diri kita, sendirian terdampar di sebuah kegelapan. Kegelapan yang agak menakutkan tapi justru membuat penasaran, memunculkan semangat untuk segera berdiri kemudian melangkah. Suara uniknya akan menuntun tangan-tangan kita meraba sekeliling, kita akan menemukan sesuatu, mungkin itu daun, tapi kemudian kita justru takut daun itu menampar tangan kita.

Ada ketidakpuasan jika perjalanannya hanya sampai di sini saja, suaranya akan tetap menuntun lebih jauh lagi, mengenal hal-hal baru. Membuat kita asing pada apa-apa yang sebenarnya kita kenal. Begitulah, Aurora mengundang kita masuk dan mengenal lebih jauh lagi dunia yang telah dibuatnya.




*Trims untuk Kang Jalu Sindentosca yang telah mengenalkan Aurora kepada saya :)

Rabu, 20 April 2016

catatan penutup



Tulisan-tulisan di blog ini sebenarnya tak dihapus, hanya tersimpan sebagai draft. Tulisan-tulisan tersebut tersebut tetap milik saya, saya tidak akan menyangkalnya kalau saya pernah menulis demikian. Hanya saja karena bukan hanya satu orang yang telah tersinggung dengan tulisan-tulisan saya, dulu juga pernah ada yang kejadian serupa makanya saya sembunyikan saja agar saya sadar, sebenarnya tulisan semacam itu mungkin hanyalah sampah, karena bikin orang tersinggung, menebarkan banyak aura-negatif, kebencian, tidak ada gunanya lagi bikin yang begitu lagi karena sudah ada orang yang tersakiti, bahkan ada pihak yang telah merasa dibully (walau sebenarnya saya bukan orang yang sangat setuju dengan anti-bullying), bahkan mungkin sudah di printscreen dan disave baik-baik sebagai bukti.

Tersinggung ataupun tidak, itu pilihan bagi yang membaca. Jika ada yang komplain, tersinggung, komen langsung di bawahnya dan perhatikan tagnya, apakah ini curhatan semata atau sudah tercampur dengan fiksi yang saya buat-buat, saya hanya seorang pengarang (bukan penulis), yang menumpahkan ‘eksperimen’ perasaan saya di sini. Seperti yang saya katakan tadi, jika ada yang menyatakan dirinya tersinggung, sesegera mungkin saya minta maaf. Dimaafkan atau tidak itu bukan urusan saya...

Jika saya suka pada seseorang, benci, tersinggung, bosan dengan seseorang, saya akan bilang langsung ke DMnya, sms ke dia atau lewat apapun itu, termasuk ketemu langsung. Tapi jika itu sudah ‘bercampur’ dengan ha-hal yang kukarang-karang (karena saya hanya pengarang, bukan penulis, penulis butuh riset, pengarang hanya butuh hayalan), saya hanya akan posting di sini.
Tidak perlu berlindung pada quote-quote Bahasa Inggris untuk meyakinkan saya dan diri Anda bahwa Anda tersakiti dengan tulisan yang saya posting di sini. Saya sudah minta maaf, jadi postingan kali ini tidak untuk menghamba memohon dimaafkan. Saya juga malas membujuk orang untuk memaafkan saya.

“Dewasamako, jadi ndak usahmi dibujuk.”

Dan satu hal paling penting dari kejadian ini, kalau Anda bosan ma orang lain, bilang langsung ke orangnya, jadi orang itu gak usah lagi caper ke Anda, jadi Anda gak perlu ngeluh “kenapa ini orang caper sekali ma saya?”, karena dia sudah tahu dia tidak penting lagi, bahkan rasanya lega, tidak usah berharap-harap lagi pengen ketemu lagi, pengen tahu buku apalagi yang Anda baca sekarang-sekarang ini.

Sekian.

Senin, 11 April 2016

Maaf!

Di sini mungkin (akan) senyap, di sini sudah jadi kuburan maya(t) dan tak perlu ada lagi yang diziarahi karena postingan sebelumnya pun sudah saya tiadakan.

Saya tidak tahu kapan bisa posting lagi. Saya pikir baiknya saya ndak posting lagi di sini karena telah menyinggung orang, saya tidak tahu sampai kapan akan membenci kegiatan tulis-menulis blog ini.

Terima kasih.

Minggu, 03 April 2016

Beginner gif

Badassss



Sule - Kesempurnaan Cinta (cover)

Lagunya Rizky Fabian dicover ma bapaknya sendiri, terdengar lebih keren, \m/ yang aransemen keren banget. Dari dulu percaya Sule ini komedian yang low profile dan multi-talent, suaranya gak jelek kalau nyanyi di OVJ.

ditumpuk



Buku yang judulnya tak diperlihatkan itu adalah buku yang kubeli dari bulan satu, dan belum dibaca sampai sekarang. Makin hari makin malas membaca. Di rumahku ada tiga orang yang suka menumpuk bahan bacaan, minimal dua kali dalam setahun Mak mengharuskan kami memilih mana yang harus dibuang dan disimpan. Bagi kami sih semuanya penting, tapi daripada Mak marahmarah, jadi biarlah... sedih. Mak bilang, buku hanya sekali dibaca, setelah itu tak ada gunanya lagi, hanya menuhin ruangan saja.

Buku tidak ada apaapanya sampai dibaca, bacaan dan pengetahuan pun tak ada apa-apanya jika tidak diaplikasikan ke kehidupan seharihari. Tanteku yang dari kampung akan tertawa mengejek saya seandainya bukubuku di foto tersebut buku resep memasak atau berkebun, karena saya payah dalam memasak dan Bapak dan Mak saya bukan lagi ''keturunan petani'' yang suka bercocoktanam, mereka guru dan pedagang.

Tante saya pernah bilang kalau kami ini, anaana' monri e*, tidak tahu apaapa selain sekolah, buku dan belajar. Dia pernah bilang kepada kami, mukaaalaa sikolama'tu!**

Ada benarnya, kami mah apa atuh, hanya budakbudak ilmu pengetahuan semata.


*anak zaman sekarang
**saya hanya kalah sekolah dari kalian semua

Rabu, 30 Maret 2016

Keyakizaka46 Debut Single

Silent Majority

Wawh, kedengaran lebih epik daripada Nogizaka46.

Selasa, 29 Maret 2016

MIMI FARINA & TOM JANS

Huaaaaaa, dapat video ini... cinta sekali dengan permainan gitar mereka berdua, tuhaaaan, seandainya saya bisa keselip jadi penonton yang bertepuk tangan di antara lagu-lagu ituuu...

Sabtu, 26 Maret 2016

Bob Dylan - Forever Young (Slow Version)

Pertama kali mendengar Bob Dylan yah lewat lagu ini, gak tahu kenapa malah jadi pengen dengar berulang-ulang. Lagunya seperti doa, mungkin memang ditulis untuk putranya. Sebelumsebelumnya sangatlah sulit menemukan lagu ini di youtube.



Sabtu, 12 Maret 2016

MAKKALA' ala Pasar Sentral Part 8

''kueee kueeee... putu ayu, putu cangkir, putus asaaaa...
kueee kueee... ondeonde, cantik manis, cantik tonjaaa'...''
''cantik? cantik iya kalau mati lampuki, trus yang bilang orang buta...''


''dimana nasimpan tadi gunting itu anakkaaa? mutahu dimana nasimpan gunting?''
''meneeeketeeempeee''


''baksooo baksooo goreeeng, hargaaa gerhanaaa''
''gak nyambung binggo kik bu...''


ada yang ulang tahun dan membuka kadokadonya, salah satunya berbentuk kotak.
''apa isinya ini?''
''kulkas empat pintu''


btw... finally, dapat fotonya tante Jo...


Tante Jodha in action

Senin, 07 Maret 2016

SUMANTI

Semalaman mencari miniatur kaktus yang pernah diberikannya, tapi sudah menghilang. Sudah berkalikali pindah rumah jadi ada beberapa benda yang hilang, tapi chat ini belum hilang. Dia menamakan dirinya Sumanti, hari itu, ketika kami berdua duduk di belakang, bosan mendengar Pak Albert yang (sungguh) dengan ingatan yang luar biasa cemerlang memberi kuliah tentang perang, bahkan nama panglima perangnya pun dia ingat.



Orang yang ketakutan ketika kami diospek, bahkan setelah itu saya lupa namanya. Saya lupa, saya sibuk mencari perlengkapan ospek. Sampai ketika hari pertama kuliah, dia menghampiri pertama kali, membuka catatanku tanpa izinku, menemukan dua buah cerpenku dan menanyakan ‘’kau suka menulis?’’ kujawab iya, ‘’saya juga’’, katanya. Saya tak terlalu peduli bahwa dia orang yang ketakutan malam itu, yang lebih membuatku bersemangat justru karena dia suka menulis, berharap suatu nanti punya teman, berjalan ke impian tersebut.

Jarak yang dia ciptakan membuat menyayanginya jadi susah, terkadang membencinya menjadi lebih mudah, keduanya tak bisa dibedakan lagi. Maka dia yang sebenarnya baik tapi jauh, kuhadirkan dia, yang bukan dia, dia yang ciptaanku semata, dia yang kubenci walau tak nyata.

Mungkin dia membaca postingan ini, mungkin juga tidak. Tidak ada niat untuk rujuk kembali dengannya. Dia sudah memutuskan untuk menjauh dari saya, yang mau pergi biarkan pergi, gak usah dibikin galau, gak usah ditahantahan. Saya bukan dirinya yang bisa sok tegar, kemarin menangis, walau mengurung diri tapi membuka telinga untuk menggantikan yang hilang dari hatinya.

Saya, orang yang mengganti kehilangan dengan segera mencari yang lain, walau sebenarnya saya orang yang sulit dapat teman dekat. Jarang orang yang mau dekat dengan orang yang lebih banyak pesimisnya. Ketika seseorang pergi dan menjauh sedikit demi sedikit, disaat itu kau yakin dirimu orang yang membosankan, teman yang buruk. Kemarin dia ingin saya melihat air matanya akibat tulisantulisanku, maaf, saya tidak melihatnya, terlalu jauh jarak itu.

Jika itu untuk memberi hukuman rasa bersalah ke saya, saya rasa dia tidak perlu repotrepot, saya menerimanya, ini bukan goodbye lagi kan, ini ‘’badbye’’. Saya malas memperbaikinya, saya hanya akan bikin dia tambah sedih, tidak memberi halhal baik di kehidupannya, biarlah dia mencari teman yang baik untuk kebaikan dirinya. Selanjutnya hanya akan ada ujicoba perasaan untuk mengisi kekosongan itu. Dia yang sangat baik, berkebalikan dengan teman angananganku, kuucapkan doa ini....

Semoga tambah tegar, tambah bijak, bahagia, dan segera menjadi penulis seperti yang telah diimpikan selama ini. Amin.

Kupajang doa di sini (padahal katanya Tuhan tidak bikin akun di dunia maya), supaya ada yang berusaha mewujudkannya, ya saya tidak percaya doa yang tak ditunaikan. Doa sunyi kebanyakan untuk menenangkan batin saja, menunggu Tuhan mau.

Senin, 29 Februari 2016

29 Februari 2016

Pernah, saya punya hubungan yang tidak baik dengan seorang senior, di media sosial. Padahal kami punya hubungan darah lumayan dekat. Suatu hari, saya berinisiatif mendatanginya, hari kedua lebaran Idul Adha. Saya mengirimkan message via fb dan dia dengan heran membalasnya ‘’Ada perlu apakik mau ketemu?’’. Saya bilang, mau ketemu saja. Sempat takut sih dia ndak mau ketemu, tapi ternyata kemudian dia membalas message saya dengan memberi alamat kantornya.

Besoknya saya datang, tak lupa membawakannya sedikit makanan Idul Adha, Mak senang dengan inisiatif saya walau dia tidak tahu kalau kami sedang musuhan. “Baguslah, apalagi dia ndak sempat pulang kampung kasiyan, pasti dia senang ko bawakan  makanan”. Saya merasa beruntung bisa memanfaatkan momen ini.

Siang itu, saya masuk ke kantornya yang sejuk berAC. Dia di meja kerjanya, tersenyum. Saya mendekat dan dengan mata yang mulai berkacakaca dia mempersilakan saya duduk tepat di depan mejanya. Sambil menatap wajah saya, dia meremas tangan saya yang terlipat rapi di mejanya. Kulihat airmatanya jatuh pelanpelan, saya tersenyum dan berkata... ‘’Janganmakik menangis kak, yang berlalu jangammi diingat’’. Dia masih meremas tangan saya, saya bisa merasakan campur aduk perasaannya, antara senang bertemu dengan saya untuk pertama kalinya, dan sedih karena kami pernah punya hubungan yang tidak baik di dunia maya.

Saya kemudian meraih makanan yang saya bawakan untuknya, saya masih bisa melihat sisasisa air matanya. Tak ada perdebatan, tak ada caci maki lagi. Selanjutnya saya pulang dengan rasa lega luar biasa. Sesimpel itu minta maaf, dan saya tidak menyangka reaksi dia sangat baik terhadap saya. Setelahnya kami baik-baik saja, masih sering bertegur sapa sebagai keluarga. Salah satu kejadian yang tak bisa saya lupa.

Saat ini, saya kembali punya hubungan yang agak rumit dengan seorang teman. Saya sudah minta maaf, saya dimaafkan atau tidak, saya tak tahu. Satu hari saya habiskan untuk minta maaf kepadanya, besoknya saya pasrahkan saja, seperti yang saya katakan tadi, sesimpel itu minta maaf. Terserah dia memaafkan atau tidak.

Dia (katanya) membuat jarak dengan saya, yeah... Ada banyak spasi, dan dia berhasil. Dia diam, menyembunyikan semua akunnya, saya pun sudah lama tidak memegang nomor hpnya. Mungkin dia marahmarah di akunnya, atau bagaimana, saya tidak tahu. Walau saya maunya kita berdebat saja, kalau nantinya malah jadi musuhan itu soal belakang, tapi dia diam. Okelah, orangnya gak mau dikejar yah gak usah dikejar.

Orang-orang mengatakan kalau ‘’Tuhan saja selalu memaafkan hambaNya yang punya banyak dosa, kenapa kita ndak bisa memaafkan orang lain.’’ Tapi itu kan Tuhan, justru karena kita manusia biasa makanya kita tak bisa memaafkan orang lain dengan mudah. Memaafkan itu susah, jangan bandingbandingkan kekuatan Tuhan dengan manusia biasa. Karena saya pun sering demikian, mengucap maaf di bibir memang mudah, tapi hati akan was-was karena kita tak mungkin lupa akan kesalahan orang tersebut.

Intinya hanya mau bilang, kalau punya kesalahan ma orang lain, jangan terlalu seringlah minta maaf, nanti malah jadi annoying. Okeee, kita skip topik sok bijak ini, saya mau cerita kalau sudah sebulan ini saya pegang smartphone, barang yang bagi saya masih mewah. Apa perlu saya pajang pin BBM saya di sini... *pamer*. Hari-hari pertama saya bisa BBMan, teman-teman BBMan komplain, ‘’eh, jammoko terlalu sering ping ping kik, tassejam napingkik lagi’’, kubilang “sori, itu miscallji, masih norak bisa BBMan.’’

Handphone android ini bukan saya yang beli, tapi pemberian dari kakak laki-laki saya, salah seorang yang kukagumi di keluarga. HP bekas sih, tapi tak apalah. Hahaha... Kalau mau kubilang, dia aktif di gerakan kiri, pernah aktif di PRD, hal yang pernah membuat khawatir Mak akan keselamatannya, berbanding terbalik dengan adeknya yang anomali ini, ahahahaha.

Sebelum dia bekerja di sebuah yayasan luar negeri yang memberikan dana hibah untuk siswa SD tak mampu di sebuah kabupaten, pindahpindah lokasi kerja telah dilaluinya berkalikali, mulai LSM yang bergerak di Bidang Agraria, Pertanian, Perburuhan dan seterusnya. Ini tidak baik untuk pendidikan anak-anaknya. Maka dia dan istrinya akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan yang masih bisa berjuang untuk idealismenya tanpa perlu mengorbankan anak-anaknya.





Bidang pendidikan, sebuah bidang yang baru bagi dia. Tapi selain itu, selepas bekerja dia selalu menyempatkan bertemu dengan kelompok tani di lokasi tempatnya bekerja. Pernah dia memajang status, yang sama sekali tidak kumengerti. Tapi setelah melihat potonya, saya tanya ke dia, ternyata itu air sari bambu. Tadinya, kupikir itu adalah komoditas pangan, ternyata bukan, itu nutrisi buat tanaman, setelah di fermentasi tentunya.

Terkadang, banyak jokejokenya yang ringan yang saya tahu itu jokejoke warga desa yang dia temui. Yang bagi saya, benarbenar lucu, khas obrolan orang kampung, polos, natural, tidak butuh ilmu dan pengetahuan yang wah untuk bikin orang lain tertawa, hanya modal tulus saling membantu dan menghibur. Saya juga punya sepupusepupu yang lucu sebagaimana yang saya bilang tadi, karena sebenarnya saya orang kampung.

Ada di antara mereka yang tukang ojek, pernah nanya kayak gini ke kakak saya “Dimanakikjek kita kerja, Ndik? Kalau saya lima tahunma kerja di Dinas Perhubungan tapi belumpi diangkatangkatka kasi’ jadi PNS.’’, yah yang dia maksud kerjanya sebagai tukang ojek, hehehehe. Sepanjang obrolan saya, Mak, kakak, dan semua orang yang hadir di sana tertawatawa karena celotehannya. Saat dia pulang ke rumahnya, kami pun berdiri, berjabat tangan dengannya, dia kemudian berseloroh ‘’Salamakki twe sampe Tana Marajaaa* eee, jangan lupa celak sama air zamzamnya...’’. Kami melepasnya pulang di halaman, masih dengan tertawaan yang masih tersisa.

Salah satu hal yang membuat saya berat untuk menutup akun di facebook, bukan soal medianya, tapi soal siapasiapa yang ada di sana. Musim hujan beberapa tahun yang lalu, seorang sepupu memajang poto tanamannya yang subur dengan caption, ‘’Tinggal kenangan kasi’, tenggelam dalam banjir, ndak jadi kaya kita’’, lengkap dengan komenkomen di bawahnya, dari sanak saudara yang lain, gak kalah lucu juga untuk dibaca. Saya tidak melihat kesedihan mendalam di sana, tapi justru dia membuatnya jadi penghibur untuk dirinya sendiri. Bagi orang lain, para ahli atau siapalah, banjir ada karena ada sebab, danau kampung sebelah kadang jadi kambing hitam. Tapi bagi mereka, yang susahsusah menanam, banjir bukanlah musibah, banjir ada agar mereka bisa merelakan.

Pengen juga kembali ke kampung, kayak kakak saya yang menjadi bagian dari orangorang sederhana tadi, tapi nantilah kalau saya sudah bosan di kota. Huuuuuuuuuu....apaji!

*Mekkah









Selasa, 23 Februari 2016

habis tidur

kayaknya ini cemen banget yah, dihapus deeeh...


untuk Q (yang bukan fiksi)

Inilah saya, yang mungkin membosankan, lebih enak didiamkan daripada diajak ngomong, diajak bertengkar di DM twitter. Soal memanfaatkan dan memerlukan, oooh di sana titiknya. Kita pernah saling memanfaatkan, kalau kau mau tahu, apalagi pas saya skripsi.

Tulisan-tulisan yang menyinggungmu, itu hanya hayalanku saja yang kulebaylebaykan sebagai pengisi blog. Kau yang betah di sana, kau biarkan diriku menghayalkan dirimu di sini, itu kenyataan yang kukembangkan jadi fiksi. Bukankah katamu sebenarnya penulis itu curhat colongan di novelnovelnya.

Saya sebenarnya gak mau bikin note ini, karena mungkin kau sudah ilfil saya meminta maaf. Dan saya yakin, kau terusterusan meyakinkan dirimu bahwa kau terluka dengan notenoteku, jadi saya percaya kau menengok lagi apa yang terbaru kutulis tentangmu di sini.

Jika tersinggung, katakan! Saya bukan peramal... Baiklah, saya tak berharap banyak. Kalau pun dapat maaf, saya yakin kau tak akan lupa lagi, bahwa waktu mencopot teman satu per satu, kau berhak mempertahankan yang mana.

Salam, si ''DRAMA QUEEN''


Sarah Jaffe - Clemetine

gitaran dan bassnya asik!

Sabtu, 20 Februari 2016

Film Terbaik Bulan Ini* : ZOOTOPIA



Silakan tontonlah dulu trailernya. Pusat perhatian di video tersebut adalah seekor kungkang yang memang dikenal lambat. Tapi di Zootopia dia bekerja di kantor pemerintah, tempat mengurus surat-surat kependudukan, pergerakannya berkebalikan dengan namanya, Flash. Lucu secara gambar maupun realitas kita, bukankah pengurusan surat-surat memang selalu lama. Hahaha...

Yah, inilah Zootopia, hewan telah berevolusi, beradab, hewan pemangsa dan yang dimangsa hidup berdampingan. Judy Hopps, seekor kelinci yang bercita-cita membuat dunia lebih baik dengan menjadi polisi. Tapi pantaskah seekor kelinci yang lucu menjadi polisi yang selama ini diisi oleh hewan buas dan besar seperti badak dan gajah.

Judy berhasil membuktikannya lewat prestasi. Di saat dirinya baru bertugas beberapa hari, wabah misterius menimpa kota tersebut. Beberapa hewan buas yang menghilang ditemukan di sebuah laboratorium. Hewan-hewan tersebut berubah liar secara misterius. Ditemani seorang rubah yang usil dan licik : Nick Wilde, Judy mempertaruhkan pekerjaannya untuk menelusuri kejadian di balik wabah tersebut.




Persahabatan Nick dan Judy diuji di sini. Kenyataan bahwa Nick adalah binatang pemangsa merupakan kekhawatiran terbesar bagi Nick sendiri. Dia takut, dia akan berubah serupa seperti hewan-hewan di laboratorium tersebut. Dia takut akan memakan sahabatnya sendiri, si kelinci kecil, Judy Hopps.

Kebanyakan penikmat film boleh merayakan setelah menonton berbagai film yang tayang bulan ini, terutama Deadpool, dan seterusnya. Tetapi saya, setelah menonton ini, tak sabar untuk mengirim pesan kepada seorang teman di sebrang pulau bahwa ini film terbaik yang saya tonton di bulan yang penuh cinta ini. Zootopia akan membuat Anda bahagia, jika Anda penyuka animasi seperti saya.

Scene favorit : ketika Judy Hopps naik kereta, pemandangan Zootopia yang bagus dilengkapi iringan lagu Try Everythingnya Shakira, musim hanya dibatasi oleh dinding... wow!


*Menurut saya loh yaaa iniiii...

Sabtu, 23 Januari 2016

Tak Ada Foto Kita Berdua

Tak ada gambar kita bersama, ini menyedihkan melihat bahwa sekarang semua hal tak ada yang luput dari mata digital. Sepertinya kita malas memanfaatkan kecanggihan zaman sekarang. Ada banyak fotomu, tapi tak ada saya di foto tersebut.

Yah, begitulah, sepertinya banyak yang akan kita lalui, secara tidak bersama.

Kamis, 07 Januari 2016

7 Januari 2016



Orang yang gak gaul banget ini, yang penasaran bagaimana rasanya karaokean, akhirnya terbayarkan sudah. Beberapa jam yang lalu, beberapa teman mengajak karaokean. Teman yang traktir dan lainnya kebanyakan memilih lagu dangdut kekinian (Ayu Ting-Ting, Cita-Citata, Siti Badriah dan seterusnya). Walau ada yang memilih lagu band-band 2010an, tapi hanya empat lagu, selebihnya lagu random.

Saya kenal lagu-lagu tersebut, sering diputar dimana-mana, di pete-pete (angkot), di TV, di pasar. Ada yang hafal karena keseringan dengar, atau nyantol di kepala karena easy-listening. Ingin deh memilih, satu lagu saja, tapi kuurungkan. Mungkin “High and Dry” bagus, tapi takut merusak suasana “hura-hura”, teman-teman sudah joget-joget masak saya nyanyi lagu Bahasa Inggris yang mereka mungkin tak pernah dengar dan “nikmati”.

Me”nikmati” musik, saya memberi tanda petik. Sebagai penikmat musik awam, saya telah menganggap musik adalah hal yang serius. Terkadang saya mendengar lagu tak melulu untuk senang-senang. Maka pengalaman pertama kali karaokean tadi, saya merasa memasuki zona musik yang payah. Bukan berarti saya memandang sebelah mata mereka yang hanya sekedar mengincar sisi senang-senang dari musik, itu cara mereka mengapresiasi musik.

Di perjalanan pulang, kepikiran untuk belajar main gitar, satu dari sekian keinginan-keinginan kecil yang belum terwujud, dari dulu, karena sebenarnya saya sedarah dengan dua lelaki jagoan gitar di kampung, Daus dan Udin. Sampai hari ini sepertinya mereka berdua tidak berminat sekaligus malas mengajari saya. Jadi mungkin wajarlah menurutku, ketika saya mendengar petikan gitar, saya bisa menilai, yang memetik gitar itu sudah mahir, amatiran atau sekedar jreeeeng-jreeeeng doang. Dua saudara saya, yang saya sebut tadi, sepertinya merekalah yang bertanggung jawab akan selera musik saya.

Kembali ke soal karaokean, mengapa saya kepikiran belajar main gitar? Karena saya merasa, tadi itu saya tidak menyanyi, tapi berteriak. Suara musiknya terlalu besar atau bagaimana yah, volume yang sepertinya bukan untuk dimasuki suara manusia, padahal itu musik rangkaian manusia/orang juga. Nggak tahu, saya juga bingung. Rasanya menyanyi akustikan lebih ngena, meski saya jarang suka musik akustikan yang dibikin (mulai) tahun 2000an, yang banyak bertebaran di internet. Kedengaran terlalu cemerlang, terlalu canggih, terlalu jernih. Coba dengar “The Great White Horse” oleh Mimi Farina dan Tom Jans. Waw, sepertinya sulit bikin rekaman suara gitar macam begitu lagi yah, kedengaran vintage gimanaaaa gitu.

Jadi kesimpulannya, karaokean itu murni hura-hura, senang-senang, hiburan semata, payah sekali. “Dasar kau itu, Nay! Sok selektif, belagu seolah pengamat musik, gengsian banget kalau bicara soal selera musik.”

Yah, mungkin saya bikin tulisan ini hanya karena iri, ternyata suara saya jelek. Mungkin pula saya besok-besok berubah pendapat, saya tak akan menolak jika diajak karaokean, yang gratisan yah pastinya.

Sabtu, 02 Januari 2016

Lukisan-Lukisan Afrizal Malna

Habis baca buku OKSIGEN JAWA, Biografi Visual Hanafi. Buku ini adalah 'pendamping' pameran lukisan Hanafi, dengan judul yang sama. Di dalamnya terdapat satu bab, semacam Kata Pengantar oleh Afrizal Malna, tapi justru kelihatan kalau tulisannyalah yang paling banyak memakan tempat di antara interpretasi kata-kata akan lukisan oleh Hanafi sendiri.

Baru nyadar mengapa Afrizal Malna menjadi salah satu penyair keren yang dimilik Indonesia, mengapa saya berkata demikian? Silakan googling sendiri puisi-puisi beliau. Di dalam satu bab di Oksigen Jawa ini, Afrizal Malna memaparkan bagaimana tepatnya zaman lukisan abstrak dan realis di Indonesia.

Maka, wajarlah jika selama ini, ketika membaca puisi-puisi beliau jadi merasa sedang melihat lukisan. Ada bantal, tiba-tiba ada demo buruh, tiba-tiba bicara jemuran dan seterusnya. Hanafi mengaku sebagai teman dekat dengan Afrizal Malna, saya percaya pelukis lebih ''terasing'' daripada penyair, saya pun yakin Afrizal Malna ''penyepi'' macam begitu.

Afrizal Malna, seorang pelukis, melalui kata-kata.

*apa sih ini, gak konsisten banget, padahal postingan ssebelumnya justru apatis ma puisi. piye :P