Sabtu, 30 November 2013

O... KATNISS EVERDEEN



Setelah MERIDA, ketemu karakter Katniss Everdeen. Saya tidak pernah membaca novelnya, sudah dua tahun ini minat baca tumpul. Habis sudah diri ini dibikin iri sama dua karakter ini akan kemahiran memanahnya.

The Hunger Games dan Twilight merupakan genre yang sama, tapi rasanya beda. The Hunger Games jelas tidak lebay dalam menggambarkan sesi percintaan tokoh-tokohnya. Asmara hanya bumbu pelengkap, Katniss bukan Bella yang manusia biasa, bela-belain harus jadi vampir agar bisa menikah dengan seorang vampir yang dicintainya. The Hunger Games punya adegan ciuman tapi asmara yang tak sampai bikin pengen muntah.

Warning! Mau ceita sedikit sopiler. Suka sekali ujungnya yang ambigu, dimana Katniss berhasil membuat gamenya berakhir dan itu berdampak pada distrik tempat dia dan keluarganya hidup. Akting yang memukau dari Jennifer Lawrence, 3 detik sedih kemudian 3 detik berikutnya wajahnya berubah menjadi dendam, diakhiri ending credit. Dan OMG, lagu penutupnya kereeeen bangeeet! Cekidout...







Satu lagi... Dress yang dibikin buat pernikahan Katniss dan Peeta yang tertunda dirancang oleh desaigner asal Indonesia, bernama TEX SAVERIO. Keren!

Sabtu, 23 November 2013

Jika kau tidak suka tersenyum...

Jika kau tidak suka tersenyum apakah salah? Jika kau tidak suka ramah kepada tamu yang datang ke rumahmu apakah dosa? Saya waktu kecil selalu memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Saya tidak tahu, apakah saya memang punya kelainan kejiwaan atau bagaimana.
Mungkin itu pula, saya mengenal Bob Dylan dan tiba-tiba sangat menyukainya. Beribu gambar wajahnya kusimpan tapi sangat jarang yang tersenyum. Tapi yah sudahlah, belakangan saya tahu Bob Dylan termasuk orang yang lumayan pemalu. Dan kini saya tiba kepada River Phoenix. Lagi-lagi menemukan namanya, asal-mulanya bagaimana saya pun lupa.

Saya penasaran, coba goo

Minggu, 17 November 2013

JACK JOHNSON - I Got You

Kurang lebih 25 tahun, tiap hari, tiap pagi, ke sekolah, ke tempat kerja harus makek sepatu. Tapi sudah dua tahun ini saya sudah jarang mengenakan sepatu, bosan makai sepatu. Seorang Jack Johnson, si barefoot ini, hanya membuat dua pilihan untuk kedua kakinya, sandal jepit atau telanjang kaki, bahkan saat konser atau diundang ke acara televisi untuk tampil. Duh, dia kalau mau kuliah mungkin harus menghindari dosen yang mewajibkan makek sepatu, ahahaha.

Baiklah, saya berhenti bahas penampilannya, dia sudah keren!





SAMBUNGAN... Postingan kali ini diedit yah. Tanggal 18 November 2013, 03:05 dini hari, dan semenit yang lalu baru nyadar kalau Jack Johnson ini salah satu pengisi soundtrack Film IM NOT THERE, pantesan kayak de javu dengar suaranya. *tepokjidat* :)

Tambahan lagi. Jika pernah menonton Film Curious George (2006) dan terpana dengan lagu-lagu pada sepanjang film ini, yeap dialah Jack Johnson, klop banget dan kereeen...

Kamis, 14 November 2013

Baiklah, Ini Jum'at Pagi!

MARI SENAAAAAM!!! :D


DUGEM DANGDUT

Jika tiba pada lampu merah di Patung Ayam Daya, bosan rasanya mendengar lagu "dulluu dulluu dulluu" dimainkan oleh pengamen cilik yang main gitar pun masih tak karuan. Tapi tiba-tiba mereka punya lagu baru, yang sebenarnya lagu yang sudah sangat lama. Seorang atau dua orang anak menghafal lirik-lirik awal Cinta Mulia-nya Koes Plus yang bergenre dangdut. Terpaksa saya memberi anak tersebut selembar 2000an kepadanya, ahahaha! Konon, Koes Plus berhasil lepas dari bayang-bayang The Beatles, justru ketika musik mereka ada sentuhan melayu dan dangdutnya.

Musik Iwan Fals juga pernah bernuansa dangdut pada lagu Sunatan Massal dan Potret Panen Hama Wereng. Dangdut, memang dicap kampungan. Liriknya to the point, lebih frontal, entah itu mengenai seorang lelaki yang masih mengharapkan jandanya untuk kembali, atau tentang seorang kekasih yang mencari kuburan pacarnya yang telah meninggal. Lirik-lirik yang aneh jika dipasangkan ke dalam musik pop, sepertinya semua genre musik "gengsi" untuk dipasangkan dengan lirik dangdut. Semua lagu bisa didangdutkan namun lagu dangdut belum tentu bisa diubah menjadi musik dengan genre baru.

Dangdut, ibunya dari musik India dengan pengaruh Melayu. Akhirnya, saya bisa ikhlas The Beatles tidak pernah ke Indonesia. Belajar musik rakyat Indonesia yah sama saja kalau belajar musik India. Hehehe. Dengan label "musik merakyat" itu pulalah, dangdut sering digunakan untuk meramaikan sebuah acara, terutama untuk keperluan kampanye. Namun harus disadari, dangdut hanya alat. Jika Anda punya hp kamera, tujuannya untuk memotret pemandangan atau merekam saat Anda telanjang lalu hp kamera menjadi terlarang? Tidak, kan? Kamera hanya fasilitas, yang menggunakannya ya itu Anda.

Saya hadir bukan sebagai pahlawan, tidak ada keinginan untuk membela dangdut, bukan... Saya bisa dibilang penikmat segala jenis musik, jika itu cocok di telinga dan saya bisa menikmati, maka saya akan dengar. Di penglihatan saya, dangdut sama saja dengan genre lain. Sekumpulan orang berkumpul di depan sebuah panggung dan mereka menikmatinya. Di masa depan, mungkin saja kampanye-kampanye itu hadir di diskotik, akan ada DJ saweran, bisa saja terjadi. Orang kampungan depresi larinya ke dangdutan, orang kota mengusir stres dengan main ke diskotik. Jadi, sama saja kan? Ahahahah...

MELUKA dan MELUKI 2

Apa yang kita dapatkan dengan hanya saling mendoakan? Apa yang kita dapatkan dengan saling merelakan? Kau masih terluka, dan aku sakit dengan keadaan itu.

Aku menyukaimu. Tak pernah kutemui orang sebaik dirimu, kau mendengar semua masalahku, dan membiarkan dirimu hanya sebuah misteri. Kau terlalu baik, kamu jahat! Kau biarkan aku menanggung beban rasa berhutang padamu.

Kau sering meminta maaf, dengan segera kumaafkan karena kutahu kau juga memaafkan semua khilafku, kita impas begitu saja, setelahnya tak ada lagi. Kau tidak punya lagi masalah denganku, tapi rasanya begitu hampa, seperti perpisahan tanpa harus mengucapkan "selamat tinggal". Rasa-rasanya dibenci olehmu lebih baik daripada harus menjalani keadaan seperti ini.

Mungkin kau merasa aku hampir tidak pernah menanyakan kabarmu, atau mungkin sama sekali kau tak memikirkanku. Kuberitahu kepadamu, diam itu berbeda dengan tidak berbuat apa-apa. Seseorang yang jarang menyapamu ini, justru orang yang paling mengkhawatirkanmu. Lalu dia, pergi kemana? Yang telah merubahmu seperti dia ; tumpul, tuli, buta, dangkal.

Seperti katamu, jarak memang membuat tuli dan buta. Jadi itu maksudmu menjauh? Mengapa kau gampang sekali menyalahkan jarak? Mengapa dengan mudahnya kau bisa berlindung di balik "jarak" itu? Tapi kali ini aku bisa membantahmu, jarak menajamkan insting dan perasaanku, sia-sia saja kau menjauh menyembunyikan sakitmu.

Aku sangat tahu kau sakit, mungkin bagimu bukanlah aku yang bertanggung jawab. Tapi kumohon beri celah sedikit untukku agar bisa menjengukmu. Mungkin benar, aku bukan obat, tapi justru dengan begitu akupun ikut terluka, kau tak mengijinkanku sembuh.

Tak adakah yang bisa kita lakukan lebih dari semua ini? Mengapa kita masih berharap bahwa kita masing-masing bisa bahagia? Nasib belum mau melepaskanmu sebagai mainannya, yah, mungkin akupun suatu hari harus ditampar oleh takdir, bahwa luka itu sudah lama sembuh oleh waktu, aku saja yang selalu dan terlanjur meraung-raung, lupa berhenti, lebih tepatnya tak mau berhenti.

Jumat, 08 November 2013

DEMO BURUH Ala Gue

You have so many relationships in this life
Only one or two will last
You go through all this pain and strife
Then you turn your back and they're gone so fast
And they're gone so fast
So hold on to the ones who really care
In the end they'll be the only ones there
When you get old and start losing your hair
Can you tell me who will still care?


Yaelah, Hanson lagi, maaf… maaf… lagi musim Hanson di telingaku, salam Mmmbop, ehehehe. Seperti petikan lirik di atas, kita bisa menjalin hubungan dengan banyak orang, kita berharap semuanya berjalan lancar, kita berusaha mempertahankannya. Tapi di luar dugaan, kita akan tersandung banyak masalah yang membuat satu atau bahkan lebih hubungan yang kita jalin akan renggang, semua usai sampai hanya tertinggal satu atau dua.

Sudah setahun bekerja di tempat kerja, sampai tiba pada waktu rasa teraneh yang pernah kualami dan beberapa teman alami juga. Seorang atasan terbaik, lumayan ngemong kepada kami berhenti. Sudah sebulan tidak ada gelak ngakaknya memecah suasana serius kala rapat. Sms ancaman “deadline” darinya tidak akan ada lagi, saya sebenarnya sms beliau tapi tidak dibalas. Semoga dia segera mendapatkan kerja yang lebih layak, amin!

Ketika seseorang memasuki sebuah kantor, tugas seorang Bos untuk menjamin bahwa kita akan nyaman bekerja di bawah kepemimpinannya. Kita butuh upah dari dia, dia butuh tenaga kita, hal yang sudah lumrah. Tapi lama kelamaan, rasa nyaman itu terkikis sedikit demi sedikit. Bos yang baik seharusnya bisa mengembalikan rasa nyaman bekerja bawahannya, idealnya sih begitu. Namun, Bos juga manusia biasa, segala hal di dunia ini punya batas, termasuk rasa nyaman tadi.

Terkadang membangun rasa nyaman, terkadang orang lain menyapa kita dengan kata sapaan (bahasa pokem) agar kita seolah telah dekat dengan mereka padahal mungkin saja baru kenal, seperti beberapa teman di kantor juga.  “Beib”, “Ciiint”, juga “Sayang”, saya sendiri tak biasa dan ogah mengobral sapaan seperti itu. Entahlah, kata-kata itu jadi bergeser makna setelah terlalu sering ‘disalahgunakan’. Besok-besok, kita akan berkelahi/tawuran dengan sapaan itu juga. Aneh sih, tapi mungkin saja terjadi. Semua bisa bilang sayang, kayak lagu yah. Eh, coba dengarkan “Semua Bisa Bilang Sayang” versi Balawan (hallah, kok malah promo?).

Ada yang pergi ada pula yang datang, untuk sementara ini saya masih bisa menghadirkan rasa nyaman itu. Namun, nasib teman sekantor tadi bisa saja menimpa diri saya sendiri juga. Ada terbersit keinginan untuk latah,  nyaleg saja, tapi kemudian  saya teringat pendapat teman, katanya saya sulit tersenyum di depan kamera, lah, bagaimana mau kepilih kalau tidak bisa pajang senyum, mungkin saya pasang emoticon saja yak! Hahaha…

Jadi ingat, saya di sekolah pernah beberapa kali jadi provokator karena benci kepada beberapa guru, bahkan kepala sekolah. Kurang ajar yah saya, ahahahah… Tapi saya hanya berhasil menggalang tenaga paling banyak tiga orang. Gak bisa demo dengan tenaga minim seperti itu, yang berhasil saya lakukan dan beberapa teman hanya meneror Pembina yang bersangkutan. Pernah bikin nangis guru, dua kali, sekali di smp, sekali di sma.

Tapi yang terakhir, saya pernah benci sama Kepala Sekolah saya sendiri. Pernah satu kali kami bolos, keliaran di dalam sekolah karena tidak ada guru. Seketika dia datang, kami berhamburan masuk kelas termasuk saya. Sementara ada beberapa teman yang ‘berkuping tebal’ tetap berdiri di taman. Di giringnya teman-teman masuk kelas satu-satu, seperti anak kecil yang dituntun.  Kemudian, di depan kelas, mulutnya menamai kami dengan nama binatang. Saya sangat benci terhadap sikap kepsek saya saat itu.

Tapi saya tidak bisa apa-apa. Teman-teman yang punya andil di kelas kebanyakan anak bangsawan, kepsek saya itu dibilang dekat dengan bangsawan, bahkan ada kebijaksanaannya yang membuat saya bingung, ‘anak arung’ yang hampir menghilangkan nyawa seorang guru terbaik di sma itu dengan gampangnya naik kelas. Bahkan saya mempertanyakan lagi kebangsawanan adik kelas saya itu, orang tuanya seharusnya malu punya embel-embel Andi di depan namanya.

Kebangsawanan, sepertinya itu pulalah yang membuat teman-temanku enggan menerima sepenuhnya pendapatku untuk membenci kepsek. Arung dari kecil dituntun oleh orangtuanya untuk sopan santun, tidak bicara keras, memuliakan orang lain. Berlebihan memberlakukan aturan baku tersebut membuat banyak bangsawan mengubur kekritisannya.

Jadi saya tak bisa apa-apa selain memaklumi kepsek yang baru menjabat di sekolahku baru setahun saat itu, apalagi saya teringat cerita Bapakku sendiri ketika menolak ditawari olehnya menjadi Ketua Komite. Sehingga tak aneh lagi bagi saya, ketika keputusan membangun masjid sekolah padahal sudah ada masjid yang berdiri di depan sekolah. Dia pun berlindung pada hadis Nabi untuk menghalalkan keputusan aneh itu, ketika seorang muslim tiba pada suatu tempat maka perbuatan yang paling mulia baginya adalah membangun masjid. Ya Allah, maafkan dia!

Baiklah, itu saja dulu curhatan/demo saya, berdo’a di lanjutkan! Jika banyak yang mencaci kalian berdo’a di socmed, abaikan saja, itu hak kalian. Bukan hanya kalian yang salah karena cengeng dan kelihatan ‘salah tempat’, mereka juga salah kok, perhatian banget mereka sama kalian yang masang status kayak gitu. Kalau Tuhan enggan mengabulkan do’a itu, paling tidak ada si nyinyir tadi yang dengar. Tuhan tidak butuh bikin akun di FB atau twitter untuk mengetahui apa isi doa di statusmu, dia (si nyinyir) yang manusia biasa bisa baca statusmu apalagi Tuhan yang Maha Mengetahui. Ini seperti mempermasalahkan, mengapa sinetron yang tokoh-tokohnya bisa pakek kata “dalam hati”, itu hak sutradaranya. Tapi tak apalah mereka yang nynyir hadir, paling tidak kita bisa berfikir, dan akhirnya  kita bisa memilih untuk tetap “bodoh” atau menjadi “cerdas”.

Berdo’a dilanjutkan kembali…. Karena sudah terlalu panjang, maka ini doa terakhir di note ini. Hindarkanlah kami dari bos yang koro-koroang*. Amin!



Nb : Dibikin untuk turut memeriahkan demo buruh yang sudah berlangsung kurang lebih dua pekan ini.
* Koro-koroang (Makassar)   :  khawatir berlebihan