Selasa, 28 Juli 2015

MAKKALA' ala Pasar Sentral Part I

Pengemis (anak muda) : "Ibu, sedekahnya duluuuu!" (sambil menyodorkan toples kosong ke sasaran)
Si Ibu : "Eh, dek, kau masih muda, daripada kau pii minta-minta, lebih baik ko pergi kerja, blablablaaaa..."
Pengemis : (Kesal dan berlalu) "Orang minta sedekah kok malah diceramahin."


Anak kecil pengemis : (ngemis kepada seorang pembeli) "Kakak, uangta dulu kak!"
Penjual : "Eh, dek, sama-samajiki dek orang miskin. Itu kakak-kakak uangnya mintaji sama mamaknya"


Milih, pria, random, yang hanya kebetulan lewat.
A : "Cowo', cowo'... (si pria menoleh, si A mendekat ke temannya, si B) Teman SMPta'kah ini (si B)?"


Pembeli : "Berapa ini dek?"
Penjual : "Itu 35ribu bu!"
Pembeli : "Nda bisa 20 dek?"
Penjual : "Harganyami bu!"
Pembeli : "Kurangimiii, 25mo pade!"
Penjual : "Nda bisa bu, 35ribu itu"
Pembeli : "30 ribumo pade!"
Penjual : "Menawarmaki bu sampeta' kembar!"


Si A : "Weh, ada orang meninggal di sana kemarin eeee, bunuh diri bedeng, ngerinya."
Si B : "Iyo kauweee, prestasiki bedeng"


Si A : (mungut sandal yang ada di jalan) "Weh, sapa sandal inieeeee? Jaga i sandalnu"
Si B : "Ooo, sandalnya Katy Perry!" (sambil lempar sandal ke depan si empunya)
Si C : "Weh, jangko kasih begitu tulang rusukku!"


Si A : "Jadi berapa semua total tadi harganya nasi'ta'?"
Si B : "Lima belas" (Si A mengulurkan uang lima ribu tiga lembar, si B kemudian menghitung) "Lima jutaaaaa, sepuluh jutaaaa, lima belas jutaaa, oke pas!"


Seorang remaja perempuan, mungkin baru pertama kali ke pasar.
Pembeli : "Kak, ta'berapa jilbab parista?"
Penjual : "Sembilan ribu dek kukasihki kalau ambil sepuluh lembar" (dengan semangat nyomotin jilbab paris beda-beda warna sebanyak sepuluh lembar kemudian dihitung dan dibungkus oleh si penjual) "Sepuluh lembar, dek nah...."
Pembeli : (nyodorin uang selembar sepuluh ribu, kemudian nunggu berharap kembalian)
Penjual : "Aduh, dek, maksudku sembilan ribu per lembar ambil banyak, jadinya sembilan puluh ribu semuanya"
(si pembeli akhirnya hanya ambil satu lembar jilbab paris uangnya hanya cukup untuk selembar, kemudian ngacir karena malu)
 *ahahahaha, belum tahu dia, bahasa pasar. Dia kira selembarnya sembilan ratus rupiah, wadddduuuuh, pembeli permen.


bersambung...

Sabtu, 25 Juli 2015

Kibouteki Refrain Poster, Sugoi!

Lama gak update tentang idol grup AKB48, dapat lagu baru mereka. Keenam gambar berikut sebenarnya satu gambar yang dibagi menjadi enam, kok jadinya keren yak habis dicapture gitu.






Senin, 13 Juli 2015

jomblo, THR dan pete-pete

blablablabla...

A : weh... THRmu duluwe
B : janganko tanya THR dulu, ka tidak ada ituwe kupakek mudik eee..
A : mentong kau, anak kampungko
B : kau iya? nda' mudikko?
A : buat apa mudik, kita kan anak kota.
B : hahahaha, bagus di'. sombommu. bilang saja kere, yah bagus juga, biar kere yang penting sombong, ndak berlakumi itu rendah hati sekarang di!
A : harus ituuuu.. we, bagaimanami urusanmu sama calonnu?
B : nda tahu juga bagaimana ini, habis lebaran kupikir lagi. LDR itu sebenarnya Imposible Relationship.
A : hahahaha...
B : kau iya, berapami pacarmu mudapat cinlok di pete-pete?
A : tunggu dulu kusurveyki nah, supaya valid jumlahnya berapa...
B : yayayaya... sombong lagi
A : daripada kau, makanya kembalimoko naik pete-pete lagi...

blablablablabla.....

RAMADAN 2015

Seminggu yang lalu, mengalami kejadian yang na’as. Karena keteloderanku, tas tempat uang pembeli di lapak Om diambil orang, saat itu panik luar biasa. Tante hanya bisa pasrah, Om luar biasa kesal dengan saya. Memang sih saya yang salah, tumben juga hari itu tas uang itu tak kuselempangkan, hufh, musibah! Saya hanya bisa nangis, rasa-rasa separuh nyawa ini hilang entah kemana, belum lagi sedang puasa, sampe di rumah mata bengkak.

Padahal sehari sebelumnya seorang pencuri tertangkap basah sedang mengambil dompet seorang penjual. Si penjual menggiringnya keliling pasar sambil berteriak “Weeee, inimieh mau ambil uangku tadi eee, tandai memangmi mukanya”. Si pencuri, seorang ibu-ibu, tak berdaya diseret sana-sini. Jalanan tiba-tiba macet luar biasa, apalagi saat itu banyak orang berbelanja untuk lebaran. Tidak ada kejadian saja, pundak baku pundak bertemu, perjalanan menuju wc terdekat atau ke masjid buat shalat sungguhlah sebuah perjuangan luar biasa, apalagi sedang ada hal heboh kayak gini.

Itu pencuri yang merupakan “lawan” dari penjual di pasar, lain pula dengan pencopet dan preman yang tidak mengganggu penjual, justru ada yang berteman baik dengan penjual, sasarannya adalah pengunjung/pembeli, bahkan saya mengenal beberapa di antara mereka. Jika Anda tidak mengganggu mereka, mereka pun tak akan mengganggu Anda, bahkan bisa akrab dan jadi penolong Anda.

Asal Anda tutup mulut ketika mereka beraksi maka Anda akan aman-aman saja dari hajaran mereka, maksud saya, mereka tidak main-main, akan memukul Anda. Pun dengan preman ini, jika Anda seseorang dari luar daerah (Jawa, Maluku, Papua dan sebagainya), berhati-hatilah berbelanja. Jika di film-film Anda bisa melihat preman-preman itu memalak para pedagang, lain halnya dengan di Pasar Sentral Makassar ini. Preman-preman ini akan memaksa Anda membeli barang yang Anda tawar dengan harga tinggi. Ini semacam kerjasama antara si penjual dengan preman tersebut. Jadi saran saya, alangkah baiknya jika teman Anda saja yang membelikan barang yang Anda ingini.

Inilah pasar, tidak ada peraturan yang menjamin keamanan Anda. Hari ini Anda menyaksikan orang lain sedang sial, mungkin besok giliran Anda! Tetaplah waspada, apalagi para pencopet ini pasti sedang senang-senangnya beroperasi sekarang karena pasar ramai akan ibadah “tawaf” para pembeli, yang baginya adalah sasaran empuk. Selamat menunaikan ibadah “tawaf”, tetap waspada!

Ngomong-ngomong soal lebaran, tahun ini, style yang paling diminati adalah Jodha, seiring dengan merebaknya serial India di tivi. Istilah Jodha buat menyebutkan barang-barang/fashion yang memiliki aksen emas pada bahannya. Jilbab jodha, tas jodha, sandal jodha, bahkan daster jodha pun ada, ckckck. Saya bukan penggemar berat India, tapi saya tidak bisa menafikkan betapa cantiknya kain-kain mereka. Beberapa hal yang membuatku bertahan menonton tivi, fashion dan desaign. Bahkan saya kadang-kadang pantengin Dangdut Academy demi melihat apa yang dikenakan oleh pesertanya, kalau menurutku "jelek" yah tinggal pindah chanel, hahahaha. Tapi apapun yang Anda kenakan, selamat berlebaran, selamat berkumpul dengan keluarga.

SALAAAAAAAM! *pegang dahi, hormat ala Jodha Akbar

Selasa, 07 Juli 2015

Bukan Puisi

Sudah lama rasanya tidak menulis surat cinta, rasanya bahagia sekali saat ada sesuatu yang menuntut untuk diungkapkan. Saya tidak tahu, saya semakin tidak percaya kata puitis, bagiku itu semua gombal. Jadi, maafkan jika nanti kau merasa digombal, kalau memang lebay, itulah saya sekarang. Lebay hanya cara orang lain menyalahkan kita dengan apa yang kita rasakan, menuduh dan mencap kita berlebihan, mereka hanya sedang tak merasakannya sekarang. Mereka tidak tahu, bahwa mereka akan lebay juga jika tiba pada gilirannya.

Setiap hari rasanya berat sekali, tapi ada ingatan-ingatan ini yang membuatkanku perahu senyum, penyelamat untukku sebelum ditenggelamkan berbagai macam masalah seharian. Mengingatmu, adalah hal yang paling menyenangkan akhir-akhir ini. Tak ada waktu luang lagi karena setiap jam selalu saja terngiang namamu. Tak ada yang mendengarnya, termasuk dirimu. Namamu menjelma mantra bagiku, bahwa ketika saya sedang berhadapan dengan masalah ada dirimu, yang di pikiranku, yang menyingkirkan semua itu.

Saya ingat celana jeans tuamu tiga tahun lalu. Robekan di lututnya itu menunjukkan betapa setianya dia menemanimu. Sepuluh tahun mengenalmu sebagai kenalan biasa, membuatku merasa telah berfikir salah tentangmu, bahwa kau suka tampil klimis dan rapi, saya salah. Kau tak seperti dugaan saya selama ini. Kemeja kotak-kotak hitam-biru itu juga, terlalu sering kau kenakan, beruntungnya dia, menjadi kemeja kesayanganmu.

Sepuluh tahun mengenalmu tapi mungkin baru enam bulan ini tahu, kalau ada lesung pipi yang menghiasi wajahmu. Ada dua titik tai lalat mengawal bibirmu. Hal-hal sekecil itu, entah mengapa terasa manis dan penting. Dan jangan khawatir, saya tidak ingin mendesak dan memaksa, izinkan saya mengenal dirimu sedikit demi sedikit, seperti halnya detail-detail itu. Biarkan saya menghayati semua itu, saya tidak mau terpaksa menghafal kalau ujungnya harus lupa dan itu hanya akan membuat dirimu berlalu, kau tahu, maksudku kita jadi kenalan biasa lagi. Saya tak mau.

Baru bulan lalu tahu kalau kau itu suka film drama, entah ini cute atau lucu, katakan saja saya memang usil, sering menertawai seleramu, menyepelekan lagu-lagu favoritemu. Terkadang saya berfikir, sayalah lelakinya, kaulah perempuannya. Hahaha, oke saya memang usil, kau tak mungkin mau jadi perempuan bagi saya yang lelaki. Oke, oke, saya tetap perempuannya, saya mengalah. Lalu kau tertawa menang, tak indah tawa itu karena suaramu sejujurnya cempreng, hahaha. Nah tuh usil lagi kan saya! Tapi itu yang menyenangkan karena itulah jalan yang bisa kutempuh untuk mendengar tawamu, sesering mungkin.

Saya tak mungkin lupa tempat kita berdiskusi, saling menertawakan selera musik dan film masing-masing. Saya sering duduk di situ, dengan kursi kosong tempatmu duduk, di depanku. Terbayangkan, kau di sana, ketika kita hening, kehilangan topik, kita buru-buru menengok gadget masing-masing, handphone poliponik yang tidak canggih yang entah mengapa tibatiba membuat empunya sibuk. Kau menyembunyikan apa dengan itu? Rasa canggungkah? Kalau saya, berharap ada seseorang yang ingin menculikku segera sebelum aktingku ketahuan olehmu.

Mengapa harus menyembunyikan itu semua? Karena saya tak mau mendesakmu, saya tak memaksamu mengambil keputusan, entah itu baik atau buruk untukku. Tak ada yang bisa menjamin kita akan terus menjalaninya seperti ini, melangkah lebih jauh lagi atau justru berlalu begitu saja, tidak ada yang tahu. Jadi saya tak mungkin menuntut kau atau saya akan berjanji sesuatu, hubungan ini jangan terlalu dibebani dengan hal-hal seperti itu, itupun kalau kau masih menikmati hubungan ini. Karena berjanji sehidup-semati, bersama dalam suka dan duka, kedengaran sangat gombal, ya kan? Biarkan puisi-puisi itu mewakilinya, jangan kita, kita bukan puisi. Kita, tak percaya lagi dengan itu semua. Betapa tidak romantisnya kita.

Sabtu, 04 Juli 2015

Kini Baru Kau Rasa - Dewi Yull

Sedikit demi sedikit, selera musik sedikit bergeser gara-gara sering main ke Pasar Sentral. Okelah, banyak lagu mereka, yang sering mereka senandungkan atau mainkan bukan seleraku. Tapi ada satu lagu yang ngena banget. Pergi Pagi Pulang Pagi, memang sih agak suka dengan mereka, bagi saya musik mereka lumayan berkualitas dan matang, setelah ST12 bubar, kayaknya Armada ini penggantinya. Dan lagi, lumayan suka dengan lagu-lagu mereka yang lain, tapi gak ada yang sekena dengan lagu yang satu itu, hahahaha. Kenal mereka sejak mereka masih bernama Kertas Band ; Kekasih yang Tak Dianggap dan Selamat Tinggal Kekasih Terbaik.

Tadi siang, tiba-tiba mendengar lagu ini, diputar oleh penjual CD di dekat lapak Om yang kadang-kadang saya hadir di sana buat bantuin dia menjual. Saya ikut bersenandung, Tante yang liatin saya jadi tertawa. Hahaha, ini salah satu lagu favorite alm. Bapak. "Semakin dalam kau coba melupakan dirinya, semakin dalam kau rasa", bagian lirik favorite beliau. Hehehe... #rinduBapak