Jumat, 26 Juni 2009

Cerita BUNGA HARAM


tentang GADISSEDIH



Bungamu kian hari semakin indah. Aku iri padamu... Tapi kau tak pernah berkisah tentang milikmu yang satu itu. Adakah ceritanya hanya punyamu sendiri?

Aku menanam bunga itu bersama lelaki di taman hatiku sedasawarsa yang lalu. Karena dititipkan padaku dan kewajibanku untuk memeliharanya maka diputuskan akulah Ibunya. Kusiram selalu dengan airmata yang berdo'a secukupnya. Kusinari dengan senyum harapanku bermasa depan yang panjang dengan Ayahnya.

Pikirku asli matamu memang bengkak, ternyata kira-kiraku salah...

(tersenyum)
Bisa kuterbenam di pundakmu sejenak?

Tentu, bagilah kebahagiaanmu. Aku selalu ada untuk berbagi apapun denganmu! (dia segera terpagar pelukanku)

Dua hari lalu, Ayahnya tak mengakui bunga itu sebagai anaknya! (dia menggetarkan pundakku, kerudungku terbilas airmatanya)

(---sesudahnya segera kuganti kainku dengan yang baru karena kerudungku yang basah telah kusiangi di atas bunga itu. Tanpa kuperas langsung untuk memandikan bunganya karena tanaman hanya butuh air bertetes-tetes. Biarkan kuyupnya dihisap matahari...)

Aku pulang dulu. Kapan-kapan panggil aku lagi saat matamu segera bersungai!

(aku membalikinya...)