Sabtu, 28 Januari 2012

NIA, kau cantik malam ini!

Insomnia yah tetap insomnia, selalu tidak bisa memejamkan mata lebih 'malam', ngantuknya nanti datang pas dinihari, tak peduli dia sudah berdandan cantik atau tidak. Tapi lumayanlah hari ini, saya ke rumah dua orang dosen dengan jalan kaki, tapi kasihan sih, daeng becaknya tak berjodoh dengan uangku. Tapi tak apalah, sudah lama tak 'menghayati' kegiatan satu ini, beberapa bulan ini saya jalan kaki selalu buru-buru ke tujuan, sudah lama tidak mengamati apa-apa yang kulewati. Saya melewati Pasar Terong. Serasa di kampung sendiri, kebanyakan penjual di sana saling beramah tamah dengan bahasa bugis. Sayang saya tak punya kamera, saya menemukan seorang bayi dalam keadaan tengkurap di ayunan melihat Ibunya sibuk merapikan dagangannya. Sepertinya telah lama tidak mengalami 'rekreasi hidup' seperti ini, yang kutatap akhir-akhir ini hanya setumpuk buku dan kertas yang mengurungku dalam teori-teori.

Saya memperlambat jalan, menikmati sekitar sampai saya di tujuan. Saya mengembalikan buku seorang dosen yang saya janjikan untuk dikembalikan sore ini. Tujuan berikutnya Jalan Pettarani, lagi menjumpai pasar. Masuk ke rumah dosen saya yang satu ini lagi-lagi harus melalui pasar. Saya iseng menyetel radio melalui hape, kejutan! Ada OPA (nama udara seorang penyiar di Tellstar-FM Makassar) yang membawakan acara STDK (Secangkir Teh dan Kenangan), lagu-lagu yang disajikan pun tahun-tahun 60an, musik yang tak secemerlang sekarang tapi justru itu yang membuat musik-musik jadul jadi manis. Dia merekam 'keseluruhan', bukan hanya yang 'dibutuhkan'.

Selesai berjabat tangan dengan dosen yang kedua, ada beban yang serasa terangkat. Terus terang saya makin tidak bisa tidur karena kekhilafan saya sendiri kepada beliau, tapi sore ini telah berbeda. "Terima kasih, Pak!". Acara jalan kakinya pun dilanjutkan, dari rumah dosenku tersebut menuju ke jalan tol, merasai bau amis ikan-ikan di pasar, di kepung polusi kendaraan di jalan raya, ternyata hidung saya masih hidup. Hehe.

Saya menunda pulang walau orang di rumah sudah mewanti-wanti agar pulang lebih pagi, saya ingin singgah di warnet, tempatku dulu menggantungkan nasib dompetku. Saya ingin menjenguk masa lalu saya, mereka, teman-teman saya di sana yang selama ini hanya bisa saling menyapa via hp atau dunia maya. Saya merindukan kaliaaaaaaaaan. Walau Mak marah-marah, tapi rindu telah ditunaikan, insomnia malam ini lumayan cantik!

Jumat, 27 Januari 2012

MELENGKAPI NAMA

Nama yang diberikan saat kita lahir selalu tidak lengkap, harus ada dr. (di depan) ataukah mis. ST (di belakang). Banyak orang merayakannya, tapi sungguh saya malah merasa makin tidak becus. Mungkin harus menambah lagi, gelar yang digariskan tuhan nanti, alm. Saya telah merasa lengkap untuk mati! Walau bagi banyak orang saya bukan sosok yang lengkap, saya tidak bisa menghargai (kata dosen), saya tidak bisa manis di depan mereka (kata saudara), mungkin saya harus belajar kepada si MUKA mALAYkat, seorang mahasiswi teman seangkatanku di fakultas. Dia begitu mudah memajang tampang manis depan dosen, seperti orang tidak berdosa, tapi justru itulah saya tidak menyukainya. Sedangkan saya, mungkin bagi beberapa dosen saya hanya perempuan misterius, si kurang kerjaan yang mengisi waktunya dengan kuliah.

Sms-sms selamat datang, tapi saya tidak tahu apa yang harus dirayakan. Tiba-tiba seorang saudara menambahkan "sayang" di smsnya ketika menyapaku setelah dosen-dosen di meja ujian menambahkan nama saya dengan dua huruf itu.

Saya enggan pulang, saya tidak mau pulang disambut sebagai pahlawan. Saya merasa seperti Zuko yang tidak tahu mengapa orang menyambutnya sebagai pahlawan negara api karena telah berhasil memusnahkan Aang. Dalam hatinya dia justru merasa tidak berguna. Seperti itulah kira-kira, ada yang dalam dirimu yang tak kau mengerti apa itu.

Seorang sahabat yang telah lama tidak bertemu, saya menghubunginya karena setelah beberapa kali lewat UNM, tempatnya kuliah, kemarin baru sadar kalau sedang ada bangunan 'keren' didirikan di sana, lebih artistik dari Baruga A.P. Pettarani punya Unhas. Hem, saya pikir boleh juga. Tujuan saya sebenarnya waktu itu ke MP buat nonton Film Jerman, tapi lagi-lagi saya tersesat di mall, ke mall mah palingan ke gramedia. Hehe. Dapat buku komik HIDUP ITU INDAH!nya AJI PRASETYO yang udah kebuka, jadilah ngakak dulu dan kelupaan kalau sebenarnya ke MP tuh buat nonton.

Oh yah kembali ke temanku tadi. Dia bilang itu namanya MENARA PINISI,nantinya tempat seluruh administrasi UNM berpusat nantinya. Masih dalam tahap pembangunan, tapi nilai arsitekturnya sudah kelihatan. Semoga gak 'sombong' setelahnya, pendidik tak boleh sombong, jika dia sombong dia akan sukar menularkan kecerdasannya :)

MENARA PHINISI - UNM


Alangkah bodohnya mata ini, karena begitu banyak kepentingan jadi sudah lupa meluangkan waktu untuk menikmati sekitar. Saya jadi ingat, kami berdua pas SMA. Saya adalah orang yang sungguh mengaguminya karena kesederhanaannya, sedangkan dia suka ketika saya tiba-tiba sok bijak di depannya. Saya sering menuliskan banyak kata-kata penyemangat di buku diarynya setelah dia curhat, yah kami punya buku curhat, bergilirian untuk menulisinya.

Ah, ingin sekali kukatakan padanya semua yang kutulis adalah omong kosong belaka karena saya sampai hari ini tidak becus ngapa-ngapain. Sedangkan dia sekarang telah bekerja, padahal dia yunior, dua tahun lebih muda dari saya. Tapi saya menganggapnya sahabat, kami telah terlanjur nyambung, tak peduli dia lebih mudah ataukah lebih tua.

gak berani mendekatkan kamera lebih dekat, maaf ini hanya kamera laptop!

Yah, saya merasa begitu sibuk akhir-akhir ini. Sering bolak-balik ke fotokopyan, tapi baru kemarin nyadar kalau mace yang sudah nenek-nenek yang di kantin ekonomi sudah meninggal, saya yang mencoba mencari tahu dari yang pegawai fotocopy . Saat saya bertanya dalam hati saya berharap dia belum datang atau hanya sakit, tapi mereka menjawab "dia sudah meninggal sebelum lebaran haji" dan berapa lama saya tak sadar, saya telah lama tidak menoleh dan bertukar senyum dengannya? Inna lillah, semoga beliau diterima dengan baik di sisi-NYA.

Kesibukan-kesibukan ini, yang saya lakukan agar merasa penting justru membuat saya jadi sebaliknya. Saya jadi lupa menyadari hal-hal kecil, tentang Menara Pinisi yang begitu menggugah saya walau hanya saya pandang dari pete-pete, tentang mace tua yang sudah lama tak jualan lagi atau tentang senyum-senyum 'politik' yang sudah mulai menjarah pinggir-pinggir jalan. Setelah semua itu, saya masih merasa tidak penting! Omong kosong belaka... ya sudah, segitu sajalah namaku, saya tak mau menambahnya lagi.

Selasa, 24 Januari 2012

masih nyampah

Mampir edit photo buat dimasukkan dalam daftar alumni unhas, padahal saya merasa hanya 'mantan', bukan alumni. Kembali lapar melanda, praktek bunuh diri dimulai lagi...

Donat bertabur meses dua tambah jus apel di warkop langganan, hasilnya tidak beracun. Dinyatakan GAGAL!

masih nasi(b) yang kemarin...

Cerita ini sudah basi, sudah bersambung sekitar lebih dari 7 tahun, paling tidak CINTA FITRI dan TERSANJUNG masih punya saingan. Pagi ini Mak membuatkan sarapan, mie goreng dengan kopisusu, paduan yang aneh. Halo, mahasiswa/ahli gizi di luar sana, apakah paduan ini bisa membuat keracunan? Itulah yang kufikir sepanjang perjalanan tadi saat naik angkot ke kampus. Status sebenarnya telah terusir, jadi mahasiswa tua namun tetap lahir prematur ini, namun keluarga membuatnya terpaksa harus 'enak'.

Sekarang, sedang berkumandang adzan ashar. Tak terjadi apa-apa, ternyata masih harus berlanjut nasib ini. Saya baru akan makan siang (padahal sudah sore), ada saran menu aneh lainnya selain nasi(b) basi ini? :p

Rabu, 18 Januari 2012

I Start A Revolution From My Bed

Judul di atas adalah petikan lirik dari lagu Oasis "Don't Look Back In Anger", sepertinya Noel Gallagher sang pencipta lagu memang mengkhususkan lagu ini tentang John Lennon walau pada bagian reffnya bisa dibilang tak berhubungan sama sekali dengan sang legendaris. Tak ada yang bisa menafikkan, bagaimana intro pembuka lagu ini mengingatkan kita pada lagu "Imagine".

Apa yang dilakukan seseorang di tempat tidur sehingga harus menyinggung kata revolusi segala? Revolusi bukannya dengan demonstrasi, atau perang? Tapi tidak bagi John Lennon yang bisa dibilang orangnya pemalas, namun 'jenius'. Maka berhati-hatilah kalian orang yang rajin, jika sang pemalas mempergunakan sedikit saja otaknya maka bisa akan mengalahkan seluruh usaha yang telah kalian lakukan. Haha! Sok tahu, tapi saya bukan jenius yah, saya hanya pemalas biasa tanpa embel-embel.

Maka, kamar hotel biasa yang dia tempati tak sepi akan penggemar, pendukung, wartawan yang meliput, dunia begitu memperdulikan aksi ini.

 John Lennon yang baru saja menikah dengan Yoko Ono berbulan madu, tapi ini bukan bulan madu biasa. Selama sepekan, mereka tetap hanya duduk dan tidur-tiduran di kamar hotel. "I'm gonna start a revolution from my bed, cause you said the brains I had went to my head." Begitulah sebuah petikan wawancara dengan John Lennon. Mungkin dia pernah muak akan kepopularitasan sisa-sisa keBeatlesannya, tapi tidak, dia kemudian sadar harus berbuat sesuatu selama dunia masih menganggapnya seorang yang harus didengar dunia. Daripada pergi berbuat kekacauan, pengrusakan, perang lebih baik duduk, diam, tidur-tiduran di atas kasur. Yah, bisa menjurus ke make love no war.

Bed-Ins for Peace
Saya pernah begitu membenci Yoko Ono, bagi saya dia itu wanita aneh dan mengapa bisa John Lennon mencintainya? Dia adalah salah satu penyebab bubarnya The Beatles. Itu dulu, dan sekarang saya justru maklum. Betapa kau butuh seseorang yang mendampingimu, mengerti dirimu, menemanimu mewujudkan mimpi-mimpi gila. Dunia bisa saja menghina akan pilihan itu tapi kau yakin dia orang yang tepat! Saat John Lennon telah muak akan popularitasnya, maka mengliarlah mereka berdua, pada mulanya semua mencaci, tapi seiring waktu mereka bisa membuktikan justru mereka adalah dua orang yang bersatu yang layak didengarkan dunia!

Lalu apa yang bisa saya lakukan di tempat tidur. Sebelum tidur, saya hanya memuaskan birahi insomniaku yang menunya telah tersusun panjang, bahkan tiap hari makin bertambah. Saya mengingat orang-orang yang pernah marah dan kecewa kepada saya, saya mengingat orang-orang yang menuntut saya membahagiakan mereka dengan brebagai macam cara, saya mengingat ambisi-ambisi yang tak terwujud. Gambar-gambar yang kubuat semasa kecil, yang telah almarhum dimangsa api tempat sampah di rumahku dulu... Garis-garisnya terus menghantui pikiranku, mereka seolah-olah meminta untuk digambarkan kembali.

Mau tak mau, justru insomnialah yang jadi ninabobo saya tiap malam. Saya sudah terbiasa tidur jam empat pagi, terkadang menunggu adzan subuh dulu, itu penanda pagi bagi saya karena jam hape dan laptop sering kubuat tak konsisten dengan waktu sebenarnya. Jika beruntung saya harus tidur walau beberapa jam, beruntunglah lebih banyak hari untung daripada buntungnya. Jika buntung, saya tak akan tidur karena saya tidak boleh bangun telat, biasa ada agenda pagi dan jadinya berjalan kayak orang mabuk, perasaan seperti hantu (melayang-layang di udara), mencicil-cicil ngantuk di atas angkot. Lalu apa relevansinya dengan John Lennon dan judul di atas?

Mungkin tak ada, saya hanya mau bilang kalau saya harus tidur. Biasanya kalau saya tidak tidur, kegiatan 'menabung' saya terhambat. Itu saja, maka itu saya harus tidur kalau tidak bisa kewalahan mencari WC di jalan. Hehe! Nda' penting kan? Ini bukan revolusi sama sekali, ini hanya semacam rekreasi kenangan akan lagu ini, saat Oasis masih sering muncul di MTv, saat saya masih SD. Dengan begitu bisa tertawa minimal tersenyum, itu saja. :)

Kamis, 12 Januari 2012

SEDANG GALAU

Daripada yang membaca ikutan galau lebih baik saya sodorkan video, dimana ALLEN GINSBERG membacakan salah satu puisinya yang saya suka, berjudul : AMERICA. Lagi dan lagi mendapatkan puisi ini dari salah satu cuplikan dokumenter NO DIRECTION HOME. Oh yah, ALLEN GINSBERG adalah sahabat BOB DYLAN. Kalau begitu langsung saja simak!




America
Allen Ginsberg

America I've given you all and now I'm nothing.
America two dollars and twenty-seven cents January 17, 1956.
I can't stand my own mind.
America when will we end the human war?
Go fuck yourself with your atom bomb

I don't feel good don't bother me.
I won't write my poem till I'm in my right mind.
America when will you be angelic?
When will you take off your clothes?
When will you look at yourself through the grave?
When will you be worthy of your million Trotskyites?
America why are your libraries full of tears?
America when will you send your eggs to India?
I'm sick of your insane demands.
When can I go into the supermarket and buy what I need with my good looks?
America after all it is you and I who are perfect not the next world.
Your machinery is too much for me.
You made me want to be a saint.
There must be some other way to settle this argument.
Burroughs is in Tangiers I don't think he'll come back it's sinister.
Are you being sinister or is this some form of practical joke?
I'm trying to come to the point.
I refuse to give up my obsession.
America stop pushing I know what I'm doing.
America the plum blossoms are falling.
I haven't read the newspapers for months, everyday somebody goes on trial for
murder.
America I feel sentimental about the Wobblies.
America I used to be a communist when I was a kid and I'm not sorry.
I smoke marijuana every chance I get.
I sit in my house for days on end and stare at the roses in the closet.
When I go to Chinatown I get drunk and never get laid.
My mind is made up there's going to be trouble.
You should have seen me reading Marx.
My psychoanalyst thinks I'm perfectly right.
I won't say the Lord's Prayer.
I have mystical visions and cosmic vibrations.
America I still haven't told you what you did to Uncle Max after he came over
from Russia.

I'm addressing you.
Are you going to let our emotional life be run by Time Magazine?
I'm obsessed by Time Magazine.
I read it every week.
Its cover stares at me every time I slink past the corner candystore.
I read it in the basement of the Berkeley Public Library.
It's always telling me about responsibility. Businessmen are serious. Movie
producers are serious. Everybody's serious but me.
It occurs to me that I am America.
I am talking to myself again.

Asia is rising against me.
I haven't got a chinaman's chance.
I'd better consider my national resources.
My national resources consist of two joints of marijuana millions of genitals
an unpublishable private literature that goes 1400 miles and hour and
twentyfivethousand mental institutions.
I say nothing about my prisons nor the millions of underpriviliged who live in
my flowerpots under the light of five hundred suns.
I have abolished the whorehouses of France, Tangiers is the next to go.
My ambition is to be President despite the fact that I'm a Catholic.

America how can I write a holy litany in your silly mood?
I will continue like Henry Ford my strophes are as individual as his
automobiles more so they're all different sexes
America I will sell you strophes $2500 apiece $500 down on your old strophe
America free Tom Mooney
America save the Spanish Loyalists
America Sacco & Vanzetti must not die
America I am the Scottsboro boys.
America when I was seven momma took me to Communist Cell meetings they
sold us garbanzos a handful per ticket a ticket costs a nickel and the
speeches were free everybody was angelic and sentimental about the
workers it was all so sincere you have no idea what a good thing the party
was in 1835 Scott Nearing was a grand old man a real mensch Mother
Bloor made me cry I once saw Israel Amter plain. Everybody must have
been a spy.
America you don're really want to go to war.
America it's them bad Russians.
Them Russians them Russians and them Chinamen. And them Russians.
The Russia wants to eat us alive. The Russia's power mad. She wants to take
our cars from out our garages.
Her wants to grab Chicago. Her needs a Red Reader's Digest. her wants our
auto plants in Siberia. Him big bureaucracy running our fillingstations.
That no good. Ugh. Him makes Indians learn read. Him need big black niggers.
Hah. Her make us all work sixteen hours a day. Help.
America this is quite serious.
America this is the impression I get from looking in the television set.
America is this correct?
I'd better get right down to the job.
It's true I don't want to join the Army or turn lathes in precision parts
factories, I'm nearsighted and psychopathic anyway.
America I'm putting my queer shoulder to the wheel.

JADI HAKIM

Tujuh tahun belajar hukum, ternyata orang-orang di sana memang dididik jadi hakim. Pada dasarnya semua orang adalah hakim, termasuk saya sendiri, sayangnya saya (pulalah) tersangka satu-satunya.

NDA' BECUSSSSSSSSMU JADI ORANG, NAY!

Rabu, 11 Januari 2012

HARI TERSINTING DI DUNIA (Episode 1)

12 JANUARI 2012

*teori pertama tentang sarjana adalah bukan seberapa tahan kau mengerjakan tugas, tapi seberapa kuat dirimu menghamba kepada beberapa orang untuk mengoleksi begitu banyak tandatangan. puffffh! hari ini hari 'terpaksa' proposal, kalau kemarin-kemarin merekalah seleb-seleb yang kukejar-kejar untuk mendapatkan tandatangan mereka, pagi ini (beberapa jam lagi) saya yang akan jadi seleb, ditanya-tanya soal skripsi. ini hari ujian proposalku. postingan ini tidak penting sih, hanya ingin membuang semua kegusaran dan kepenatan yang terjadi, tak bisa tidur. dengan memajang tanggal ini, (justru) saya ingin lupa! sekian.

Selasa, 10 Januari 2012

HOW DEEP IS YOUR LOVE*

Saya menggali dan terus menggali perasaan saya sendiri, sedalam-dalamnya. Tanpa sadar saya justru membuat 'galian' buat diri-sendiri, justru menjauh dari hal-hal yang dicintai. Cintaku berhenti hanya pada tahap membangun semegah-megahnya perasaan tanpa adanya usaha nyata. Saya asik sendiri membahagiakan mereka dengan caraku yang kupikir mereka membutuhkan apa yang kulakukan, ternyata tak segampang itu. Mereka butuh lebih dan saya tak tahu itu karena saya justru telah membuat benteng dari keping-keping perasaan saya tersebut : "saya benar telah membahagiakan mereka!". Tak ada pintu ataupun jendela yang membuatku harus melihat wajah mereka apakah bahagia atau tidak.Galian perasaanku semakin dalam, yang terlihat oleh pandanganku tinggal gelap, dan kini identitas sebuah cinta telah ditelan gelap, saya pun tak bisa merasakannya lagi apakah itu cinta atau perasaan yang lain, saya tak tahu lagi, saya tak bisa percaya lagi apakah ini benar-benar cinta!

Saya mungkin sedang menunggu seseorang atau lebih yang membawakan pelita, membantu saya melihat apa saja yang tertera pada dinding lorong galian yang telah kugali dalam gelap tersebut. Mungkin mereka bisa mencintai saya tapi saya telah tak yakin apakah bisa mencintainya...

*salah satu lagu THE BEE GEES, yeah... tahun 60an itu ajaib!

Sabtu, 07 Januari 2012

Akhirnya Mengerti...

Kau gak punya IQ, hanya itu yang bisa kau ucapkan : "SORRY"!
--- CINTA (Slank) 

Pada akhirnya nanti, saya hanya bisa mengulang-ulang takdir mereka yang telah lebih dahulu ada, orang-orang yang kalah dan hanya bisa mengucapkan maaf. Saya pernah mencaci seorang dosen dalam diam, tapi lagi-lagi malah membuat saya membenci diri saya sendiri. Rintangan-rintangan itu justru menampar saya, bahwa sebenarnya saya orang yang tak becus mencintai, saya tak pantas mendapatkan 'dicintai' balik. Semua uang untuk membuat diri ini (mungkin) lebih berguna sepertinya sia-sia saja, menghabiskan isi kas keluarga saja. Persis seperti pejabat yang membuat nyaman dirinya dengan berbagai fasilitas negara dan akhirnya terlalu 'nyaman' sehingga lupa akan tugasnya yang sebenarnya. Pun saya pernah mencaci mereka (para birokrasi) dengan segala sumpah serapah, dan saya ternyata tak jauh bedanya dengan mereka! Itulah mengapa saya membenci diri dan saya tidak mengerti mengapa kebanyakan orang malah menggiring untuk mencintai diri sendiri. Saya tak pernah mengerti...

Untuk seorang dosen yang pernah kucaci-maki, seorang kawan pernah menyarankan saya untuk meneror Anda, agar membuat Anda tidak bisa tidur, agar Anda terus dihantui wajah saya, tapi saya tak lakukan. Anda pengajar, oleh karena itu Anda adalah orang yang penting untuk negara. Tidurlah nyenyak malam ini dan malam-malam berikutnya, agar Anda selalu tepat waktu, agar Anda bisa mengucilkan semua orang yang tak bisa menyamai Anda baik dalam hal kesempatan, pendidikan maupun semangat. Tak memberikan tandatangan Anda sepertinya memang hak Anda, buat apa saya sarjana? Itu hanya perintah semua orang, bukan kemauan saya, saya hamba semua orang, dan sekali lagi : 'telah terlalu banyak tuhan'.

Salam ROVVO

Jumat, 06 Januari 2012

TWO OF US

David Bailey


Paul, ambil remah-remah ini, ambil ilusi ini, ambil ketenaran ini, karena aku akan meninggalkanmu.
--- John Lennon, September 1980

John beruntung, ia bisa mengeluarkan semua rasa sakit hatinya. Sifatku berbeda. Masih banyak kepedihan dalam diriku yang harus dibereskan.
--- Paul McCartney, Oktober 1986

Kamis, 05 Januari 2012

O'ON

Barusan punya kenalan kayak dia, memikirkannya langsung perut teraduk-aduk pengen muntah, keringat dingin dan pengen berak sekaligus. Mungkin itu reaksi tubuh saya menghargainya, semua kotoran dalam tubuh saya berlomba untuk memberikannya penghormatan. Tak hanya itu, saya merasa mental saya sedikit lagi cidera karena harus berhadapan dengannya, itulah penyakitnya dan sayangnya menular ke semua orang. Oh Tuhan, saya berlindung kepadamu agar tidak tertular karena semua keluargaku (yang bahkan tak pernah bertemu dengannya sekalipun) telah ditularinya, mereka semua telah menjelma agennya untuk mengikut kepada mereka, mencoba sedikit demi sedikit menciderai mental saya.

Yang di luar sana, yang sedang membaca postingan saya kali ini, jika suatu waktu sedang depresi, jika ingin merasakan rasanya sinting atau punya keinginan lenyap sekalipun, tolong hubungi saya, dengan senang hati saya akan memberikan nomor hape dan alamat rumahnya...

Selasa, 03 Januari 2012

RESO-iLUSI 2012



Sudah tiga hari berjalan 2012, semacam kebiasaan (macam apa) orang-orang pada umumnya membuat resolusi untuk diwujudkan. Ada uang kita yang terbuang percuma untuk menghiasi langit pada malam tutup tahun kemarin. Ini 2012, sebagaimana yang diprediksikan suku maya bahwa 2012 akan kiamat, bumi akan terkena banjir dahsyat, jadi sudahkah Anda membuat perahu? Daripada membuat perahu, saya hanya akan menangis saja, memohon dikutuk jadi ikan, bukan manusia lagi. Walau dengan membuat mataku menetaskan air mata tak akan membuat apa-apa, justru membuat diri ini makin bersalah. Saya tak akan minta maaf karena saya yakin akan membuat kesalahan lagi. Maaf, hanya pantas diucapkan bagi yang bisa melaksanakan komitmennya untuk tak mengulang kesalahannya.

Maaf, yah seperti yang selalu dilakukan oleh ‘generasi tua’ jika tak bisa melakukan hal-hal yang semestinya mereka lakukan. Dengan mudah, mereka akan  ‘cuci tangan’ dengan menyerahkan kesalahan itu kepada ‘generasi muda’ untuk dilaksanakannya kelak, dengan alas an supaya generasi berikutnya lebih baik lagi dari mereka. Cwih, betapa gampangnya mewariskan kesalahan, mereka hanya menyerahkan dan tak mau tahu kerusakan-kerusakan yang telah mereka perbuat. Dengan mudah jari telunjuk mereka menunjukkan apa-apa yang harus dilakukan padahal sebelumnya mereka tak pernah melakukan itu. Seperti anak sulung yang menasehati si bungsu untuk membahagiakan ibunya, dengan hal-hal yang tak bisa mereka capai. Jika mereka tak bisa, mengapa dosa-dosa itu harus beralih ke tangan kita? Yah sayalah generasi muda yang egois, mudah merasa bersalah tapi bisa tiba-tiba membunuhnya dengan menulis. Menulis bagi saya obat sekaligus racun. Saya bisa jadi apapun dengan menulis fiksi.

Berbagai ragam motivasi seseorang menulis, ada yang menganggap sedang mengemban misi besar membawa kebaikan lewat kata-katanya, ada yang ingin menguak kebenaran, tidak! Mungkin saya belum semulia itu, saya kaum muda yang picik, lebih doyan curhat daripada menyuarakan resah orang banyak. Dalam fiksi saya bisa membunuh orang-orang yang saya benci (termasuk diri saya sendiri) dan mengungkapkan cinta kepada orang-orang yang saya sayangi. Pernah seorang menasehati dan katanya, puisi itu tak ada artinya jika saya tak berusaha untuk membahagiakan orang tersebut. Jika memang orang yang saya singgung dalam puisi tak bisa memahaminya, paling tidak saya memahaminya. Puisi itu adalah keyakinanku sendiri bahwa saya mencintainya, saya tak punya apa-apa, saya hanya punya kata-kata. Saya tak ada bedanya dengan pejabat yang banyak mengumbar janji, tak ada aksi. Jadilah saya malah justru menyadari, saya menulis untuk percaya akan diri ini, saya menulis untuk diri sendiri, membuat perasaan saya nyata walau tak terasa oleh siapapun. Saya menulis untuk membuat rumah bagi semua apa yang ada di pikiran saya. Haha, jadi terdengar lucu. Kuliah telah membuat pikiran ini terkekang, justru bagi saya fiksilah yang memerdekakan pikiran saya, mungkin otak saya tak cocok untuk kuliah.

Kuliah yang telah membelenggu lebih dari tujuh tahun, setahun berhadapan dengan dosen yang satu itu dan saya tak membaca dia menampakkan muka ingin membantu walau mulutnya berkata lain. Yah telah lama bahasa berfungsi untuk ‘tidak’ mengungkapkan yang sebenarnya ingin diungkapkan, justru untuk menyembunyikan. Oh Tuhan, jika kemudian hari saya jadi seperti orang ini saya ingin jadi bodoh saja (baca : tidak berpendidikan). Saya jenuh, menu insomnia saya bertambah dengan wajahnya. Saya jadi lebih mudah menangis karenanya, itulah selemah-lemahnya perlawananku karena saya pantang ‘tidak menghormati’ orang yang lebih tua. Karena ‘hormat’ inilah juga, saya menerima kutukan ini, harus segera memegang ijazah sarjana yang bagi saya membuat diri saya malah jadi budak bagi ilmu (lebih tepatnya ‘sekolah’). Banyak orang berpendidikan tinggi bukan untuk meluaskan pikirannya, memberi kesempatan untuk orang lain untuk menjadi bagian darinya, tapi tidak. Sekolah telah jadi kemewahan tersendiri, membuat diri bisa merasa eksklusif, sulit terjangkau oleh siapapun. Saya jenuh! Orang-orang yang dulu, tempatku mengungsi dari semua hujatan dan cercaan, kini pun di dalamnya telah dihinggapi para penyihir memantrai diri ini paling tersangka di dunia jika tidak segera menyelesaikan tugas besar ini.

Huhhh, tak ada rumah Bob. Terima kasih untuk Bob Dylan dan The Beatles yang tak lelah-lelah kusuruh bernyanyi via winamp di laptopku. Sungguh, sepertinya tandatangan kalian jauh lebih berharga untuk kukejar daripada tandatangan orang-orang glamor akan sekolah itu. Suara kalian, tempat mengungsi paling nyaman sekarang ini. Kita sama, tak ada rumah, mari kita jadi rumah satu sama lain, mari kita menghibur satu sama lain. Zaman 2000an telah terlalu banyak menyakiti saya, tapi sejak mengenal kalian yang justru lahir dari zaman 1960an membuat saya pelan-pelan menyenangi hidup.

Sebuah wajah lelah Bob Dylan pernah berkata “I just want to go home, you know what home is?”, ah separah itukah sampai dia lupa bagaimana rasanya punya rumah, bagaimana nyamannya suatu tempat sampai kita menamakannya “rumahku”, tempat rehat saat lelah menguasai tubuh dan pikiran? Tak ada rumah lagi, Bob. Waktunya membakar kuncinya!


Wahai Ibu AB, semoga bulan depan kita bertemu sebagai sesama manusia biasa, haha! Semoga bukan ilusiku semata. Betapa jelatanya otak kita jika hanya memamerkan pendidikan itu saja!

*tak bosan-bosan mendengar 'LIKE A ROLLING STONE'