Jumat, 27 Januari 2012

MELENGKAPI NAMA

Nama yang diberikan saat kita lahir selalu tidak lengkap, harus ada dr. (di depan) ataukah mis. ST (di belakang). Banyak orang merayakannya, tapi sungguh saya malah merasa makin tidak becus. Mungkin harus menambah lagi, gelar yang digariskan tuhan nanti, alm. Saya telah merasa lengkap untuk mati! Walau bagi banyak orang saya bukan sosok yang lengkap, saya tidak bisa menghargai (kata dosen), saya tidak bisa manis di depan mereka (kata saudara), mungkin saya harus belajar kepada si MUKA mALAYkat, seorang mahasiswi teman seangkatanku di fakultas. Dia begitu mudah memajang tampang manis depan dosen, seperti orang tidak berdosa, tapi justru itulah saya tidak menyukainya. Sedangkan saya, mungkin bagi beberapa dosen saya hanya perempuan misterius, si kurang kerjaan yang mengisi waktunya dengan kuliah.

Sms-sms selamat datang, tapi saya tidak tahu apa yang harus dirayakan. Tiba-tiba seorang saudara menambahkan "sayang" di smsnya ketika menyapaku setelah dosen-dosen di meja ujian menambahkan nama saya dengan dua huruf itu.

Saya enggan pulang, saya tidak mau pulang disambut sebagai pahlawan. Saya merasa seperti Zuko yang tidak tahu mengapa orang menyambutnya sebagai pahlawan negara api karena telah berhasil memusnahkan Aang. Dalam hatinya dia justru merasa tidak berguna. Seperti itulah kira-kira, ada yang dalam dirimu yang tak kau mengerti apa itu.

Seorang sahabat yang telah lama tidak bertemu, saya menghubunginya karena setelah beberapa kali lewat UNM, tempatnya kuliah, kemarin baru sadar kalau sedang ada bangunan 'keren' didirikan di sana, lebih artistik dari Baruga A.P. Pettarani punya Unhas. Hem, saya pikir boleh juga. Tujuan saya sebenarnya waktu itu ke MP buat nonton Film Jerman, tapi lagi-lagi saya tersesat di mall, ke mall mah palingan ke gramedia. Hehe. Dapat buku komik HIDUP ITU INDAH!nya AJI PRASETYO yang udah kebuka, jadilah ngakak dulu dan kelupaan kalau sebenarnya ke MP tuh buat nonton.

Oh yah kembali ke temanku tadi. Dia bilang itu namanya MENARA PINISI,nantinya tempat seluruh administrasi UNM berpusat nantinya. Masih dalam tahap pembangunan, tapi nilai arsitekturnya sudah kelihatan. Semoga gak 'sombong' setelahnya, pendidik tak boleh sombong, jika dia sombong dia akan sukar menularkan kecerdasannya :)

MENARA PHINISI - UNM


Alangkah bodohnya mata ini, karena begitu banyak kepentingan jadi sudah lupa meluangkan waktu untuk menikmati sekitar. Saya jadi ingat, kami berdua pas SMA. Saya adalah orang yang sungguh mengaguminya karena kesederhanaannya, sedangkan dia suka ketika saya tiba-tiba sok bijak di depannya. Saya sering menuliskan banyak kata-kata penyemangat di buku diarynya setelah dia curhat, yah kami punya buku curhat, bergilirian untuk menulisinya.

Ah, ingin sekali kukatakan padanya semua yang kutulis adalah omong kosong belaka karena saya sampai hari ini tidak becus ngapa-ngapain. Sedangkan dia sekarang telah bekerja, padahal dia yunior, dua tahun lebih muda dari saya. Tapi saya menganggapnya sahabat, kami telah terlanjur nyambung, tak peduli dia lebih mudah ataukah lebih tua.

gak berani mendekatkan kamera lebih dekat, maaf ini hanya kamera laptop!

Yah, saya merasa begitu sibuk akhir-akhir ini. Sering bolak-balik ke fotokopyan, tapi baru kemarin nyadar kalau mace yang sudah nenek-nenek yang di kantin ekonomi sudah meninggal, saya yang mencoba mencari tahu dari yang pegawai fotocopy . Saat saya bertanya dalam hati saya berharap dia belum datang atau hanya sakit, tapi mereka menjawab "dia sudah meninggal sebelum lebaran haji" dan berapa lama saya tak sadar, saya telah lama tidak menoleh dan bertukar senyum dengannya? Inna lillah, semoga beliau diterima dengan baik di sisi-NYA.

Kesibukan-kesibukan ini, yang saya lakukan agar merasa penting justru membuat saya jadi sebaliknya. Saya jadi lupa menyadari hal-hal kecil, tentang Menara Pinisi yang begitu menggugah saya walau hanya saya pandang dari pete-pete, tentang mace tua yang sudah lama tak jualan lagi atau tentang senyum-senyum 'politik' yang sudah mulai menjarah pinggir-pinggir jalan. Setelah semua itu, saya masih merasa tidak penting! Omong kosong belaka... ya sudah, segitu sajalah namaku, saya tak mau menambahnya lagi.