Rabu, 24 Juli 2013

Ramadan 2013

Saya tidak tahu persis mengapa di Bulan Juli ini kantor kebanjiran job survey produk susu formula untuk anak-anak (bayi). Ini lumayan berat dijalani apalagi Juli ini bertepatan dengan bulan puasa. Sebagian tenaga yang dulunya terkenal suka memborong banyak job tiba-tiba serempak jadi "ngoyo" padahal para supervisor sedang tercekik banyak deadline.

Ketika masih dalam tahap survey "mayoritas", kalangan menengah ke bawah, interviewer akan merasa sangat terbantu dengan responden yang kooperatif. Kalau istilah di kantor, mereka ini dikelompokkan ke dalam kelas ses C. Mereka dengan senang hati menerima. Bukannya menuduh mereka memang matre atau tidak tulus, mereka kebanyakan percaya bahwa tamu itu pembawa rezki.

Namun berbeda halnya jika interviewer mendapat tugas untuk survey produk bermerk premium (lebih mahal). Kebanyakan yang mengkonsumsi produk semacam ini adalah masyarakat secara ekonomi kalangan atas, yang dikelompokkan dalam ses A/ses B. Ciri-cirinya : rumah bagus, luas dan besar. Kemudian selidiki halamannya, apakah si mpunya rumah punya mobil.

Ciri-ciri tambahan yang membuat interviewer biasa putus asa di lapangan adalah pada umumnya mereka menolak untuk diwawancarai. Banyak hal negatif yang tiba-tiba menggerayangi pikiran mereka. Jika mereka kebetulan ada di halaman, dua meter Anda menuju rumahnya, mereka sudah memandang Anda penuh curiga.

Sebenarnya mereka tak perlu repot menutup pintu, pagar mereka rapat dan tinggi sehingga tak memberi celah untuk mengintip. Saya tidak mau mencela mereka, itu hanya sebagai wujud rasa was-was mereka, apalagi kami harus sampai minta nomor hp sebagai bekal callback untuk yang bertugas mengecek kualitas kerja kami, bahwa responden yang kami wawancari bukan tokoh fiktif bikinan interviewer. Bisa dibayangkan, betapa banyak nomor hp yang membuat kami harus kerja dua kali karena nomor hp yang diberikan responden tidak bisa dihubungi atau salah sambung (bukan nomor hp yang sebenarnya si responden).

Begitulah kira-kira suka-dukanya. Begitupun bulan Ramadan, tiba-tiba banyak peminta-minta/pengemis. Itu artinya kaum pemalas semakin meningkat, tapi paling tidak mereka sudah berusaha walau panas/hujan. Saya tak hanya membaca ini sebagai fenomena yang negatif. Dengan masih adanya pengemis, ini juga bisa berarti baik, bahwa banyak dari kita yang masih mau memberi.