Jumat, 23 Februari 2018

Surat Keempat

Terima kasih kak, sudah diberi keistimewaan membaca draft novelta. Kita pun malah nyuruh saya corat-coret siapatahu ada yang perlu saya koreksi, ya saya sudah bikin catatan buat kita di kertas lain. Membaca tiap hurufnya, seperti masuk ke dalam fikiranta. *menghibur diri :(

Saya berinisiatif untuk mengembalikan novel ini ke rumahta kak, tapi sepertinya messageku kita hapus tanpa diread. Saya tak punya maksud apa-apa kak, sekalian saya mau beli obat untuk bulan depan. Saya bukan perempuan yang suka mempersiapkan baju khusus bahkan untuk bertemu tamu khusus. Saya tak akan pernah menampilkan kepalsuan, saya menampilkan diriku, puas dengan alis tipis yang tak perlu ditebalkan, bibir tak pernah merona, pakaian kaos oblong dengan bawahan rok jeans biasa. Saya pengamat mode, tapi saya bukan pengikut mode. Sangat jauh denganmu kak..., kau sekarang klimis, jauh dari penampilan saat petama kenal dan pertama menyukaimu kak.

Jadi jangan khawatir, saya hanya akan tampil sangat biasa, bertamu seadanya, seperti saat kita ketemu, tak ada yang spesial. Tak mungkin saya akan mengajukan diri kepengen dinikahkan sama kita kak, kalaupun ada yang minta saya akan perlihatkan obat-obatan dan foto hasil pemeriksaan radiologi isi perut saya bahwa saya bukan perempuan lengkap lagi yang akan bisa nikah dan ngasih keturunan.

Saya bukan orang yang suka tebar pesona, berbeda denganmu, yang katanya sudah punya dua calon untuk dipilih-pilih. Saya tahu rasanya jadi salah satu kandidat, dibandingbandingkan mana yang terbaik. Saya memilih mundur, karena saya dan perempuan lain itu sama-sama wanita punya perasaan.

Pasti pernah kita jalan kaki, seekor anak kucing mengeong ikutiki dari belakang? Seperti itulah kak, kucing yang memilih kita, bukan kita yang memanggil dia untuk ikut. Saya tak pernah memilih yang terbaik kak karena hati sudah menentukan.