Jumat, 24 Februari 2012

SEPERTI APA DEWASA ITU?


“Dia itu masih kekanak-kanakan!”
Saya selalu diam, saya telah lama menganggap semua masalah yang muncul tak penting untuk kalian ketahui, saya berusaha bisa mengambil keputusan sendiri atas masalah saya sendiri dan akan mempertanggungjawabkan resikonya. Mengapa kalian datang dan menuntut ini-itu? Susah-susah saya merencanakan menikmati ‘penyesalan’, menerima diri apa adanya, lalu tiba-tiba kalian datang, membagi tugas, menambah daftar tuhan yang harus kutaati, menunjukkan jalan yang baik menurut kalian. Tiba-tiba ada yang jadi sok pahlawan, yang membuatku merasa tidak penting bahkan bagi kisahku sendiri. Yah ini memang kisah hidup saya, tapi lagi-lagi orang lainlah pahlawannya, saya tetap jadi pemeran figuran bahkan bagi kisah hidup saya sendiri, saya melulu jadi pihak yang ditolong. Cwih! Orang-orang yang merasa terpuji, mendapatkan pengakuan kelakuan baik dari semua. Apakah itu dewasa, jika tak mengijinkan orang lain menyesal akan apa yang telah dipilihnya? Kalian semua, orang tua yang kekanak-kanakan, terus-terusanlah menua dengan pikiran-pikiran kerdil kalian.


“Semoga dia bisa belajar dan menyelesaikan masalahnya sendiri!”
Yah, saya siap dengan segala konsekuensi pilihan saya sendiri, tapi justru kalian telah membuat diri ini seperti anak-anak yang tangannya selalu ditarik kemana-mana, digiring ke arah kalian yang mau. Bukankah itu sama saja dengan menganggap saya anak-anak, mendidik saya untuk tetap menjadi anak-anak. Agh, saya memang selalu anak-anak bagi kalian walau saya telah capek dianggap seperti itu, sayangnya tak ada tuhan yang capek karena menjadi tuhan memang menyenangkan.


SAYA MAU DEWASA, TAPI KALIANLAH YANG MEMAKSA SAYA TERUS-TERUSAN  JADI ANAK-ANAK!!!
Cwiiiiiiiiiiiiiiiiiiih!