Sabtu, 25 Februari 2012

AKU dan DIA


Bagimu, sayalah biang keroknya, yang justru membuatmu akan semakin mencintainya saja. Kau memasak tiap hari untuk saya tapi saya tak berselera lagi makan di rumah, saya telah kenyang akan pemaparanmu tentang ketidakpercayaanmu kepada saya.

Saya sebenarnya sedih tiap kali kau mempertanyakan tentang ketulusan perasaanku, saya hanya punya rasa walau saya masih tak punya bukti untuk itu. Saya sedih, terkadang saya merasa butuh seseorang, untuk bercerita, bersandar, bahkan untuk menggantikanmu. Namun, karena rasa ini telah mengungkungku, saya telah lama menjadi lelaki sekaligus perempuan bagi diri saya sendiri, saya tak butuh siapa-siapa. Kesepian ini,lebih dari cukup sebagai teman untuk menghabiskan sisa hidup ini.

Ada tiga kali panggilan tak terjawab dan satu sms, semuanya darimu. Pesan itu berisi pesanmu agar saya bisa pulang lebih awal. Maaf, telah lama saya jarang menjenguk hp, jika tiba-tiba kau menelponku, meminta tolong karena sesuatu terjadi, mungkin saya tak akan datang. Saya bukan kebahagiaanmu, tak usah mengharapkan saya datang, hanya akan membuatmu sakit saja. 

Kalau orang takut pulang malam, mengapa saya harus dipaksa seragam dengan mereka? Kita sama sekali tak bertanggung jawab atas tercemarnya malam oleh dosa-dosa, bukan kita yang berbuat kesalahan-kesalahan itu, jadi buat apa takut? Lalu mengapa saya masih pulang? Masih adakah yang patut kubuktikan darimu? Saya mengingatmu, saya mencintaimu, walau kau tak beranggapan seperti itu! Saya tak bisa menyangkal mencintaimu walau kau lebih mencintainya…