Minggu, 30 Agustus 2015

MAKKALA' ala Pasar Sentral Part 5

si A : (kelaparan) Waduuu, manami Mbak tempatku pesan gado-gado? Lamaanaaa...
si B : Pingsammi kapang maccobe'


Seorang anak kecil menghampiri Bapaknya yang sedang jaga jualan, dia ingin menangis karena barusan terjatuh di tengah jalan.
si Anak : Jatuhka, Bapaaaak! (sambil megang lutut yang lecet)
si Bapak : Di manako Nak jatuh sede'?
si Anak : Di sana tadi...
si Bapak : (menghampiri mengusap luka si anak) Ndak papaji itu, Nak. Asalkan jangan jatuh dari helikotter.


si A seorang cowok, naksir ke si B, seorang cewek. Mereka sering bertemu di Pasar lantaran tempat kerja mereka berhadapan.
si A : Sudahmako makan, Dek? Kupesankanko, apakah nusuka, mie, gado-gado, nasi goreng?
si B :  Sudahmaka, kenyangma, makan basso barusan.
si A : Oooo... Sudahmi mubayar bassomu? Ne'ang (si C, korban becandaan) pa yang bayar bassomu...


si A : Weee, pergi laloomookoo naik pesawat.
si B : Kenapa tossi nu suruka naik pesawat?
si A : Bosamma liatko, Ne'aang. Kalau perlu kubayarkanko pesawatmu.
si B : (mulai khawatir akan jadi korban)
si A : Kalau naik pesawatko, kecelakaanko, langsungka' jadi ahli warismu...
si B : Siala'
si A : Iyo, nanti tooo, kalau perlu kutegel kuburannu, kupanggilkanko Udztas Maulana untuk acara takzia, kalau perlu kupanggilkanko elektone.
*paraaaaaaah*


si A : We, kenapa lama duduwi mupilih itu parfum?
si B : Cari'ka parfum rasa kaldu ayam.


Pembeli : Ada pasmina polos warna hijauta', Bu?
Penjual : Hijau apa dek, hijau daun? Lango-lango dadar? Hijau tai kuda? Atau hijau tai ngongo?


Jam 05.30 sore
"Mas, nasi gorengta, kasi banyak ayamnya, ka penghabisanmi to!"


si A : (kepada penjual gado-gado langganan) Mbak, gado-gadota satu nah!
si B : Pedas?
si A : Nasrami, seperti biasaji, Mbak.
si B : Oke, tunggumi.
si A : Kalau perlu yang pedasnya membunuh mertua.


Seorang anak kecil memukul anak tetangga lapak Bapaknya. Nasehatnyakayak gini, "Janganko jadi preman begitu, Nak. Kalau perlu, pigiko Masjid sana eee, ikutko Jama'ah Tabligh, trus jadimako pengusir jin kafir, tinggalmako di Perumas.
Seseorang nyeletuk, "Kenapa tossi Perumnas?"
si Bapak jawab, "Kan ada ayatnya begitu di Qur'an"
"Sotta'koooo"
si Bapak kembali membalas, "Ada tweee, jangko begitu nah. Bunyinya ginieee, minal jinnaati wannaas, tohh, sini kukasihtahukanko artinna, artinna sesungguhnya jin-jin itu tinggal di Perumnas, bagaimana? Cocok toooh?"


bersambung...