Senin, 02 Juli 2012

TABUNGAN RINDU (2)

--- special untuk Club PUNGGUNG


Apakah melihatmu membutuhkan teleskop atau mikroskop?*

Saya sepertinya harus sering-sering minta maaf kepada beberapa teman akrabku sendiri walau saya tahu mungkin mereka merasa saya tak punya salah. Saya terlalu banyak berfikir negatif tentang mereka terlebih-lebih mengenai diri saya sendiri, untuk apa mereka bertahan menjadi teman saya padahal saya tak punya apa-apa untuk dibanggakan. Sebenarnya, sulit bagi saya menyebut mereka sahabat, hanya masa depan yang layak mengujinya. Sahabat bagi saya adalah “barang mewah”. Sahabat itu pekerjaan hati. Bukan soal hartamu, bukan soal intelektualmu, bukan soal umur atau apapun.

Maka ketika penyakit rindu itu kumat, kita membuat benteng sendiri, planet kita sendiri, lebih banyak membayangkan daripada menerima kenyataan. Rindu itu gejala  meng-alien, menjauh dari riuh, berkonsentrasi, membuktikan bahwa kita tak pernah lupa dengan mereka. Sampai suatu saat kita benar-benar mencintai merindukannya, tak perlu lagi kehadirannya, benar-benar telah alien. Kita terus-terusan mencatat “kita pernah blablabla…”. Kenyataannya,  tidak ada yang bisa memaksa seseorang untuk terus menyukai kita.

Yah, hanya alien yang selalu rindu, selalu ingat, karena lupa dan bosan itu konon manusiawi.