Sabtu, 10 Maret 2012

GALERI ZIYA

Semua pernah mengalami mimpi buruk dalam tidur, tapi bagi saya mimpi terburuk justru terselip di kehidupan nyata. Saya pernah dua kali merasakan, memaksakan bahwa itu tidur tapi tidak, ternyata bukan! Sebelum sekolah, saya pernah 'bermimpi' mengejar dengan-setengah-mati banyak anak laki-laki, sekawanan teman kakak saya yang sudah SD bersorak-sorak, menggiring seekor kucing peliharaan saya, mereka akan membuangnya entah dimana. Saya mengejar mereka sambil menangis, saya tak akan pernah lupa kejadian itu walau saya tak ingat dengan detail kronologis kejadiannya.

'Mimpi buruk' kedua, seperti biasa, saya menggambar saat waktu senggang, saat PR telah selesai semua. Saya begitu ingat, sebelum SD saya tak pernah diizinkan meminjam peralatan menggambar saudara yang lebih tua namun sekarang saya salah satu orang yang telah memiliki mereka. Saya yang tak punya kamar dan meja sendiri, menempelkan karyaku malam itu di kamar orang tua, tempat peralatan sekolah dan segala mainanku menumpang. Saya sudah tak ingat betul, gambar apakah gerangan di kertas tersebut sehingga membuat saya sangat bangga memajangnya. Keesokan siangnya, sepulang dari sekolah, seperti biasa saya selalu antusias, mengerjakan PR matematika, saya suka berhitung waktu awal-awal sekolah, justru menjadi pelajaran favorit waktu itu. Tapi, sesuatu hilang, tidak ada di tempatnya dan tak mungkin dinding itu yang menelan gambarku.

Saya bertanya kepada Mak yang sedang sibuk di dapur, ternyata telah dibuang, bentuknya telah kucel di tempat sampah. Saya lagi-lagi merasa mati, kecuali mata saya yang mengalirkan airmata. Sejak hari itu, saya tahu bahwa kebanyakan orang di rumah tak suka saya menggambar. Saya tak berhenti menggambar sampai SMP, dengan catatan saya simpan baik-baik mereka. Tapi tiap kali menggambar, nada peringatan dari orang rumahpun tak berhenti. "Belajar, jangan hanya menggambar saja kerjamu!". Saya merasa perlu membeli buku, meski buku catatan biasa, bakal calon diari. Jadilah pelajaran mengarang menyingkirkan jauh-jauh posisi 'betapa menariknya' perhitungan di kepalaku.

Tapi, dari akun seorang teman FB, saya mengenal putrinya bernama Azka Zahra Maziya (6 tahun). Saya begitu bersemangat ketika ibunya mentagkan karya Ziya ke wall saya, saya bisa bahagia karena saya merasa mimpi saya hidup di tangan kecilnya. Betapa beruntungnya Ziya punya bunda yang pengertian dan betapa beruntungnya bundanya punya anak berbakat seperti Ziya. :)




Seorang dosen pernah menganjurkan saya untuk menyudahi kegiatan berfacebook, dalam hati saya menjawab "Tidak mungkin, Pak!". Bersosial network membuat saya merasa beruntung, menemukan banyak mimpi menembus dunia ilusi menjadi kenyataan :)

"Perasaan Senang Membuat Semua Menjadi Manis Indah dan Melayang di Angkasa"

"Koran Yotsuba Kazi"

Dia melukis salah satu mimpi dalam tidurnya
















Dasar anak-anak, imajinasinya selalu keren! Mereka masih belajar tentang semua hal-hal dasar, ucapkanlah satu kata yang asing baginya, yang tak pernah mereka lihat dan mereka dengar, maka otaknya akan membentuk 'sesuatu' tersebut sesuai imajinasinya. Yah, hanya dengan imajinasi saja, setiap anak telah sanggup membangun dunia versi mereka,. Seperti saat kecil saya merasa awan itu kembang gula yang melayang di langit, saat saya masih percaya kita butuh banyak menghembuskan udara saat bernafas daripada menarik nafas di cuaca panas agar mereka kembali menjadi angin penyejuk. Setiap kali makan buah, saya membayangkan saya nanti akan panen karena telah memakan berbagai biji buah-buahan layak telan. Saat pertamakali saya pernah melihat seorang wanita muntah-muntah (mengidam), Mak bilang itu karena dia tengah hamil tapi bayi dalam perutnya masih kecil, seketika itu saya berpendapat bahwa "Oh, mungkinkah bayi itu lahir melalui mulut?" :P