Sabtu, 17 Maret 2012

DONGENG : BUKAN PENGANTAR TIDUR

Seorang Ibu, malaikat yang membesarkan anaknya tiap malam dengan dongeng-dongeng. Putri kecilnya pun percaya pada semua cerita-cerita Ibunya itu, cerita-cerita yang mengantarkan sang anak membuka pintu mimpi.

Tiap hari dia sengaja berlama-lama di depan cermin untuk menyisir rambut panjangnya, dia mungkin menyangka dirinya Rapunzel yang suatu hari akan diselamatkan dengan rambut panjangnya dari kungkungan menara sang penyihir. Dia terus menghidupkan Rapunzel pada dirinya, seorang gadis cantik yang tak perlu mengenakan berbagai emas berlian karena di kepalanyalah telah tumbuh rambut kuning-keemasan, yang berkilauan jika diterpa sinar matahari yang menembus kaca jendelanya.

Tiba-tiba bayangannya di dalam cermin berbicara kepadanya.

"Hey, untuk apa kamu memelihara rambutmu itu sampai segitu panjangnya?"

"Kau lupa, saya ini Rapunzel!" jawabnya.

"Lalu kau ingin diselamatkan dari apa? Tak ada penyihir yang mengekangmu?"

Dia bingung menjawabnya. Sementara bayangannya di cermin terus-terusan menunggu jawaban darinya.

Keesokan paginya, saat sang Ibu tengah menyiapkan sarapan, dia menemukan sebuah surat kecil di meja makan.

"Bu, siapakah penyihir dalam hidup kita? Bukan Ibu kan?

Si Ibu pun bingung menjawabnya, tapi yang lebih membuatnya bingung adalah cara putrinya bertanya yang kali ini melalui surat. Dia segera ke kamar putrinya, mengetuk pintunya namun tak ada jawaban. Dibukanyalah dengan paksa pintu kamar, alangkah terkejutnya dia mendapati putrinya mengalungkan rambutnya di lehernya. Dia membenci bayangannya di cermin dan ingin membunuhnya, dia pikir hanya dengan cara membunuh dirinya baru bisa membuat bayangannya pun turut mati. Tubuhnya terbujur kaku bersandar pada kursi riasnya yang mewah, matanya melototi bayangannya di cermin, dirinya dan bayangannya saling memandang dengan benci.

Demikian, dongeng ini justru tak mengantarkan kita kepada nyenyak!



@MENULIS ON THE SPOT 17 Maret 2012