Senin, 26 Desember 2011

HADIAH DARI SINTERKLAS


Dengan gembira, buru-buru saya membuka kotak besar dan berat yang diberikannya kepadaku. Ternyata isinya cangkul dan sabit. Saya memandangnya dengan seribu tanya.

“Hohohoho, sarjana itu tidak penting, Nak!” Dia menepuk pundakku.

Tiba-tiba semuanya gelap setelah dia menepuk pundakku, ada apa ini? Apakah barusan saya sedang di bawah pengaruh hipnotis, dan kukucek mataku segera mencari cahaya, ada yang menyelip di bawah jendela yang tertutup, ini ternyata pagi. Tak ada cangkul dan sabit, ternyata itu hanya mimpi.

Ah, syukurlah hanya mimpi. Hari begini, mau jadi petani dimana? Tak lucu jika saya diam-diam pergi menggusur gedung-gedung tinggi agar ada yang bisa saya garap. Lagipula kesuburan yang dikandung bekas tanah gedung-gedung tinggi tersebut telah dipakai cebok oleh orang-orang di dalamnya. Adapun kotoran mereka yang bisa jadi pupuk, apakah bisa mengembalikan kesuburan tanahnya? Makanan mereka banyak mengandung zat kimia yang bisa saja malah jadi penyakit bagi tanah itu sendiri.

Saya sebenarnya menyesal, tak sempat menyarankan kepada SinterKlas untuk menulis sebuah kalimat basi di keretanya “Tuhan memberikan apa yang kau butuhkan, bukan apa yang kau inginkan!”.

Pagi ini tidak ada apa-apa di dapur, saya hanya sarapan nasi(b) yang kemarin, untuk diteruskan hari ini…