Rabu, 11 November 2009

Kepada Nd, Perempuan Senja


Baik, aku menjawab pertanyaanmu yang terlampir di sebuah pesan yang mampir di hpku. "Ya, kau penting!". Kau yang paling penting bagiku saat ini! Saya mengandaikan Facebook atau jejaring sosial lainnya yang selalu mempertanyakan apa yang kita pikirkan. Seperti itulah bagiku, meski kau tidak bertanya seperti itu tapi saya merasa perlu untuk mengupdate 'status'ku padamu. Puas?

Heheheh.. Terima kasih telah berusaha mendalamiku walau sudah ada lampu kuning dari dua teman tentang pertemanan kita. Saya sudah terlatih menjadi 'jiwa tersangka' jadi jangan khawatir! Saya tak akan membela diri, saya meyakini bahwa saya memang patut dihati-hatikan (mungkin, saya dipandang kurang 'hati' sampai-sampai kata 'hati' harus diulang jika mengarah ke saya!). Bukankah dulu kuperingatkan, saat pertama kali kita bertukar kisah. "Jangan terlalu percaya padaku!". Mengapa hanya pada awal? Yah, karena jika sudah terlanjur, 'hati' itu sudah jadi bubur, seperti yang kau alami sekarang kan? Jadi nikmati saja!

Alien itu sebenarnya banyak ragam, beda 'bahasa' tapi semengerti. Dan saya tahu, kau bukan bagian dari kami tapi kau sendiri yang telah menjerumuskan dirimu ke tengah-tengah dunia kami yang tak biasa. Saya beruntung! Sedikit orang-orang sepertimu, saya dapat satu dari 'sedikit' itu. Kebanyakan orang menganggap 'konyol' kemauan-kemauan kami, bahkan ada yang memutuskan untuk lebih baik diam jika diam itu bisa lebih membahagiakan sekitarnya dengan cara meniadakan dirinya, menjadi tak eksis walau wujudnya ada. Jadi saat ada kesempatan untuk eksis, yaitu ke dirimu, mengapa harus kuabaikan? Jadi percayalah, kau penting!

Oh ya, katamu si N0l itu alien juga. Saya rasa tidak, lebih tepatnya hanya 'menyeolahkan' dirinya alien. Istilah lainnya 'sok alien'. Keluarganya mendukungnya, dia juga lihai mengeksploitasi kebaikan teman-temannya. Lingkungan memberikannya kesempatan untuk populer, jadi dia tak perlu merasa terpenjara untuk mengungkapkan yang diinginkannya. Gagasannya tidak jarang berhasil sampai ke sasaran masing-masing. Terang saja demikian, dia diberi kecerdasan yang bisa dikategorikan brilian. Pikiran orang-orang yang mendengarkannya berbicara dibuatnya mencengang saat dia sesekali memanfaatkan istilah-istilah ilmiah nan intelek, yang tak terumus oleh otak berpengalaman dangkal. Begitulah wajah-wajah yang kutangkap saat diskusi-diskusi mempopulerkan namanya. Kalau tidak, mana mungkin kau rela menitipkan sebagian hatimu ke ujung sepatunya agar bisa terus berdetak, melangkah menemuimu... Ya kan?

Astaga! Pikiran ini terlalu bersemangat sehingga surat terima kasih ini terlampau jauh bercerita. Bagaimana tidak, mengingatmu malah menyeretku membayangkannya juga! Memoriku tentangmu lebih banyak malah menjadi jatahnya. Baiklah, kita kembali ka jalur...

Seperti biasa, setelah ucapan terima kasih atas penghargaan yang telah diberi, maka seperti biasa, topik berikutnya adalah 'maaf'. Telah kubuat kau menangis dengan kisahku, telah kau sayat hatiku dengan dongeng hidupmu, maka mohon maaf 'batin' dan/dengan 'batin' atas segala tetes yang sudah turun dari mata...


Dari

-NY-