Kamis, 18 Agustus 2011

(SEMOGA) MALAM-MALAM SELALU AJAIB

Malam, pinjamkan telingamu sejenak kepada Ayahku!

Kau mendengarku, Ayah? Kau berada di sini? Aku sedang sangat mengingatmu, sedang butuh pertolonganmu.

Aku hanya memohon kau sejenak bisa menyisip ke mimpinya, memberitahukan bahwa yang sedang kulakukan kepada Ibu adalah ‘hanya’ membahagiakannya, seburuk apapun usahaku itu. Aku ingin mengabdi dengan caraku sendiri, bukan dengan memberinya materi, tapi mencintainya dengan diam, dengan menangis tiap malam sebagai upayaku untuk sedikit mencicil semua rasa bersalah itu.

Yah, aku merasa tugas membahagiakannya telah merambat kepadaku setelah kau tak ada di sini. Yah, memang telah lama saya menyangka diri ini telah menjadi teman bercerita yang membosankan bagi semua orang. Seorang teman mengaku sebagian besar tema percakapan dan isi goresan penaku melulu tentang kalian berdua, bukan soal pacar yang bisa dibanggakan, bukan pula tentang soal prestasi seperti orang lain pamerkan. Cerita-ceritaku yang sebetulnya tak bisa membahagiakan kalian secuilpun. Tapi beginilah caraku.

Kutanggung dosa itu dengan asin yang mengalir dari kedua mataku. Semoga sebagian kecilnya menguap, bergabung dengan udara malam, menjelma sebuah bumbu rahasia. Semoga kelam bersedia meramunya menjadi masakan yang super rahasia karena dimasak dalam lindungan gelap, saat semuanya justru sedang dipermainkan mimpi. Dan saat Ibu mencicipi wangi ramuan ‘udara pagi’ ketika dia membuka pintu awal hari, semoga aromanya akan membuatnya bahagia. Walau aku sendiri masih tidur dengan asinan mataku yang bengkak.

Begitulah caraku membahagiakannya Ayah, maafkan aku karena telah berkali-kali merasa gagal.


*sambil dengar The Beatles ~hey , you've got to hide your love away!