Minggu, 29 November 2015

NORAK VS COOL



Seorang perempuan, dicap perawan tua oleh orang-orang di sekitarnya. Suatu hari seorang pemuda datang ke desanya untuk urusan pekerjaan. Pemuda ini lumayan tampan, berpendidikan dan sopan. Pemuda ini langsung mencuri perhatian perempuan tersebut, baginya pemuda itu sempurna. Bukan pertama kalinya dia menyukai seorang laki-laki, tapi baginya pemuda ini unik, tidak seperti pemuda-pemuda di desanya yang kebanyakan hanya bertani. Sepertinya rugi jika dia tidak melakukan apa-apa. Maka untuk pertama kalinya, dia mengenalkan lipstik ke bibirnya, tau-tau nanti pemuda itu lewat depan rumahnya. Tak perlu ditanya lagi, semua orang tersenyum, mungkin bagi mereka lucu, norak.

Memang, mencintai itu norak, kangen itu norak, (pantaslah Kangen Band begitu, namanya saja demikian), tapi kau tak bisa menangkisnya. Tapi mencintai diri sendiri rasanya lebih cool, lebih keren ketimbang keliatan norak. Karena mencintai diri-sendiri bukan mengenai luluhnya diri akan pesona dan karisma. Menerima diri dengan segala kebaikan dan dosa* yang telah diperbuat, bukan mengenai puji-pujian gombal lalu kemudian melayang karenanya. Tidak perduli dengan pandangan orang tentangmu, apakah yang kau lakukan baik atau buruk, itu tidak penting lagi.

Tapi sepertinya aku masih sulit melakukannya, satiap hari aku  sibuk memikirkan, aku salah apa sama orang lain, aku sibuk mencela diri sendiri daripada harus meminta maaf kepada orang itu, aku banyak mengecewakan orang-orang di sekitar saya. Tiap malam, itulah menu insomnia di kepalaku. Tapi ajaibnya, sesibuk-sibuknya aku membenci diriku sendiri, aku terkadang masih (sempat) kangen… kamu!**

Tapi buat apa mencintaimu jika mencintai diriku sendiri saja sudah membuatku puas?




*karena kita merasa pantas melakukannya, dan orang itu pantas menerimanya, tak ada manusia yang sempurna.
** “cieeee cieeee” dan pura-pura batuk itu juga norak