Diagram piramida, bukan soal kuantitas, tapi kualitas kecerdasan. |
Lingkaran, hubungan IDIOT dan JENIUS |
Bagaimana Eropa menggulirkan isu lingkungan ini agar kita senantiasa ‘mengerti’ alam, kemudian kita mencoba untuk menanam pohon dan memeliharanya. Tapi, pemerintah dan beberapa pihak masih saja melewatkan (atau sengaja?) bahkan mengacuhkan oknum-oknum yang mengeksploitasi secara berlebihan. Kita yang setengah mati menanam dan menjaga, merekalah yang memanen untuk kepentingan dompet mereka. Yang jelas bagi saya, menjaga lingkungan adalah tugas kita bersama. Kalau mereka yang cerdas namun pesimis dan ‘cuek’, ada semacam kecerdasan yang mubazir/terbuang percuma, tapi kembali lagi itu hak mereka.
Kebanyakan orang optimis itu, selalu berpikir kalau bisa menularkan keoptimisannya kepada orang lain. Mengutip berbagai macam kalimat para motivator agar bisa mengubah si pesimis, seperti cahaya yang melabrak kegelapan, akhirnya cahaya itu sekedar lewat, ada yang berhasil tapi lebih banyak yang sia-sia. Memangnya jadi pesimis itu selamanya ‘nyampah’? Beberapa bulan lalu, saya iseng mencari, adakah seseorang yang bangga dengan kepesimisan. Memang tak ada yang secara gamblang mengatakan dirinya lebih cenderung pesimis tapi ada kalimat yang lumayan membuat saya bersyukur :
Orang optimis dan pesimis sama pentingnya.
Orang optimis membuat kapal, orang pesimis membuat pelampung.
(Pepatah Cina)
Orang optimis membuat kapal, orang pesimis membuat pelampung.
(Pepatah Cina)
Begitulah dunia diciptakan, kita tidak bisa
menerima hanya putih, namun ada juga hitam dan kemungkinan besar datang pula
abu-abu. Kita tak bisa memilih hanya satu saja, kita harus menerima ‘satu paket’
hidup ini. Kita bisa menawarkan berbagai hal kepada orang lain, namun kita tak
bisa memaksakannya. Seperti A yang mencintai B, namun B belum tentu
punya perasaan yang sama kepada A. Bagaimana kalau B ternyata lebih mencintai
si C, dan begitulah seterusnya. Konon, kita akan menerima kebaikan yang telah
kita lakukan di masa lalu, memang klise. Klise, karena memang itulah yang akan
terjadi. Saling mencintailah atau punah, nasehat Prof. Morrie kepada Mitch Albom (Buku SELASA BERSAMA MORRIE).