Habis baca buku OKSIGEN JAWA, Biografi Visual Hanafi. Buku ini adalah 'pendamping' pameran lukisan Hanafi, dengan judul yang sama. Di dalamnya terdapat satu bab, semacam Kata Pengantar oleh Afrizal Malna, tapi justru kelihatan kalau tulisannyalah yang paling banyak memakan tempat di antara interpretasi kata-kata akan lukisan oleh Hanafi sendiri.
Baru nyadar mengapa Afrizal Malna menjadi salah satu penyair keren yang dimilik Indonesia, mengapa saya berkata demikian? Silakan googling sendiri puisi-puisi beliau. Di dalam satu bab di Oksigen Jawa ini, Afrizal Malna memaparkan bagaimana tepatnya zaman lukisan abstrak dan realis di Indonesia.
Maka, wajarlah jika selama ini, ketika membaca puisi-puisi beliau jadi merasa sedang melihat lukisan. Ada bantal, tiba-tiba ada demo buruh, tiba-tiba bicara jemuran dan seterusnya. Hanafi mengaku sebagai teman dekat dengan Afrizal Malna, saya percaya pelukis lebih ''terasing'' daripada penyair, saya pun yakin Afrizal Malna ''penyepi'' macam begitu.
Afrizal Malna, seorang pelukis, melalui kata-kata.
*apa sih ini, gak konsisten banget, padahal postingan ssebelumnya justru apatis ma puisi. piye :P