Seorang perempuan, dicap perawan tua oleh orang-orang di
sekitarnya. Suatu hari seorang pemuda datang ke desanya untuk urusan pekerjaan.
Pemuda ini lumayan tampan, berpendidikan dan sopan. Pemuda ini langsung mencuri
perhatian perempuan tersebut, baginya pemuda itu sempurna. Bukan pertama
kalinya dia menyukai seorang laki-laki, tapi baginya pemuda ini unik, tidak
seperti pemuda-pemuda di desanya yang kebanyakan hanya bertani. Sepertinya rugi
jika dia tidak melakukan apa-apa. Maka untuk pertama kalinya, dia mengenalkan lipstik
ke bibirnya, tau-tau nanti pemuda itu lewat depan rumahnya. Tak perlu ditanya lagi,
semua orang tersenyum, mungkin bagi mereka lucu, norak.
Memang, mencintai itu norak, kangen itu norak, (pantaslah Kangen
Band begitu, namanya saja demikian), tapi kau tak bisa menangkisnya. Tapi mencintai
diri sendiri rasanya lebih cool, lebih keren ketimbang keliatan norak. Karena
mencintai diri-sendiri bukan mengenai luluhnya diri akan pesona dan karisma. Menerima
diri dengan segala kebaikan dan dosa* yang telah diperbuat, bukan mengenai puji-pujian
gombal lalu kemudian melayang karenanya. Tidak perduli dengan pandangan orang
tentangmu, apakah yang kau lakukan baik atau buruk, itu tidak penting lagi.
Tapi sepertinya aku masih sulit melakukannya, satiap hari
aku sibuk memikirkan, aku salah apa sama
orang lain, aku sibuk mencela diri sendiri daripada harus meminta maaf kepada
orang itu, aku banyak mengecewakan orang-orang di sekitar saya. Tiap malam,
itulah menu insomnia di kepalaku. Tapi ajaibnya, sesibuk-sibuknya aku membenci
diriku sendiri, aku terkadang masih (sempat) kangen… kamu!**
Tapi buat apa mencintaimu jika mencintai diriku sendiri saja
sudah membuatku puas?
*karena kita merasa pantas melakukannya, dan orang itu
pantas menerimanya, tak ada manusia yang sempurna.
** “cieeee cieeee” dan pura-pura batuk itu juga norak