Kalau berkunjung ke toko buku akhir-akhir ini, ada yang
aneh. Sedang ramai buku mewarnai untuk dewasa, ramai pula dibahas di medsos.
Katanya terapi anti-stres, yang benar saja, saya sampai sekarang masih suka
mewarnai. Saya tidak tahu siapa yang tidak normal, saya yang kekanak-kanakan,
atau orang-orang dewasa yang “mendadak” menganggap seru kegiatan mewarnai ini.
Mungkin kebanyakan orang ke toko buku untuk membeli buku, oke, saya juga
membeli buku jika kebetulan lagi ada uang, tapi saya akan paling lama
memelototi lemari, khusus memajang sebuah merk alat tulis-menulis paling
terkenal di dunia, mau beli semua jenis-jenisnya, pensil warna, cat warna, cat
akrilik, blablabla, pokoknya mau membeli satu set suuuuper lengkapnya, mungkin tak
ada orang yang mau merelakan uangnya untuk itu, begitupun orang-orang di
sekitar saya, buang-buang duit saja kan? Tidak bisa memenuhi obsesi saya yang
ini, maka sebagai gantinya, saya hanya bisa memeriksa stok pensil warna para
krucil di rumah, kalau pensil-pensil mereka sudah sekarat, saya merasa
bertanggung jawab membelikan mereka yang baru. Kasiyan mereka jika harus
bernasib sama dengan saya waktu kecil, pensil dan spidol warna hanya untuk tugas
kesenian kakak-kakak di sekolah, setelahnya pensil dan spidol warna itu
diumpetin agar saya yang belum sekolah tak merengek karena melihatnya.
Bicara tentang ‘mewarnai’, mungkin
orang yang paling terhindar dari stres adalah tukang cat, mungkin. Tapi, mereka
melakukannya untuk bekerja, lebih kepada kewajiban (untuk mendapatkan materi,
nafkah) daripada kesenangan. Atau, perempuan yang tiap hari make-up, mewarnai
wajahnya, bisa dibilang terhindar dari stres, jadi ini juga salah satu
kebingungan saya mengapa ada buku mewarnai untuk dewasa. Tapi trend jilbab,
rok, baju (terutama untuk wanita), mulai dari pertengahan tahun ini adalah monochrome,
dua warna saja. Pakaian dengan lebih dari tiga warna kurang diminati sekarang,
terkesan norak, murahan. Agh, bagi saya membosankan sekali, seperti hitam dan
putih, rasanya dunia sepi sekalilah kalau begini keadaannya, hahahaha. Seperti
warna bendera kita, tapi sepertinya jarang orang yang mau memakai trend ‘merah-putih’
doang, nanti dikira bendera berjalan.
Tapi lihatlah, bendera negara
lain, Amerika misalnya, pernah juga tuh trend Bendera Amerika diaplikasikan ke
fashion. Bendera merah-putih terlalu membosankan, berIndonesia bukan lagi soal ‘berani’
dan ‘suci’, seperti dunia yang tak lagi melulu hitam dan putih, benar atau
salah.