Gadis Surat, sungguh tidak kekinian. Barangkali memang ada baiknya mengganti nama blog ini dengan ''curhat picisan'' saja. Makin hari tidak ada postingan bagus, saya juga tak ada niat untuk menghilangkannya, bahwa saya juga pernah alay, menye-menye dan semacamnya, agar saya tidak sok eksklusif, saya pernah melalui fase itu. Dengan begitu saya tak mudah mencela selera orang lain.
Jadi ingat seorang kawan, kini diakui sebagai penulis, sekarang malang-melintang di festival-festival. Ketika pertama kali membacakan puisinya, seorang senior seperti memandangnya sebelah mata. Kini, senior itu justru berbalik jadi jempolers di setiap apa yang diposting di wall facebooknya, betapa alaynya...
Maksud saya, jangan terlalu cepat meremehkan kemampuan orang lain, hanya karena dia bukan teman komunitasmu sehari-hari beraktifitas bersama, hanya karena kau tak melihat bagaimana dia berusaha. Atau mungkin penggiat seni itu memang butuh eksklusif? Bergaul di antara mereka saja? Masa bodoh.
Jadi penulis kesannya keren, tulisan saya pernah dimuat di beberapa buku. Rasanya biasa saja. Mungkin ini yang dirasakan oleh tokoh pedagang yang di Novel Alkemis, seumur hidupnya dia memimpikan naik haji, namun seumur hidupnya pula dia enggan mewujudkannya, dia takut kalau keinginan satu-satunya tersebut terkabul, maka hidupnya tidak berarti lagi. Dia bukan manusia yah? Yang benar saja, manusia itu banyak keinginan.
Tapi itulah yang terjadi. Tuh lihat, novel yang kukutip saja termasuk novel lumayan mainstream, saya malas baca buku memang. Saya tidak ada keinginan lagi bikin tulisan yang bagus, walau sebenarnya selama ini saya tak yakin tulisan saya benar-benar bagus. Saya pernah bikin puisi, tapi kata abangku, apa artinya semua puisi kalau egomu yang berkuasa, ''kau sekedar indah di kata-kata''. Sempat juga tertarik jurnalisme sastra, tapi belakangan sadar, keindahan hanya dijadikan orang-orang menyelipkan hal-hal yang sebenarnya buruk, yang membaca jadi memaklumi, tapi itu tergantung sih.