Kalau pulkam ke rumah tante, kalau sudah maghrib, tak ada lagi bebunyian kecuali suara alam. Dengan mudah telingamu bisa menangkap suara tetangga yang sedang tertawa terbahak-bahak saling melucu di antara penghuni lainnya. Tanpa punya radio pun, kau bisa terhibur dengan suara penyanyi dangdut dari radio sebelah rumah. Tapi, sudah banyak keributan yang diada-adakan di sana, listrik sudah masuk.
Kalau malam dinginnya melebihi dinginnya ciptaan pendingin ruangan, lebih nyaman berbaring di dalam kelambu apalagi banyak serangga-serangga terbang yang mengincar. Saya paling ingat, kalau subuh tiba, Nenek menyuruh saya memunggungi punggungnya, kedua tangan saya dilipat di depan dada melawan dingin.
Alm. Bapak dulu selalu begadang untuk memenuhi order cuci fotonya (jaman foto masih pakek negatif/klise), saya sering menemaninya. Suatu dini hari dia bilang kalau dia mendengar suara kakek sebelah rumah batuk-batuk lebih parah dari biasanya. Dan benar saja, subuhnya terdengar suara anak-cucunya menangis, sang Kakek meninggal.
Jaman dulu, belum ada FB atau Twitter untuk mengisi waktu kejombloan para jomblowan/wati, jodohmu tergantung dari orang tuamu. Jika para orang tua sudah bertemu, biasanya para gadis-gadis sudah was-was. Sekarang banyak yang mengeluhkan jomblo tapi tak mau dijodohkan.