Oke, itu bukan masalah besar,
Tapi, saya harus bersyukur, kurang lebih setengah tahun membantu Om menjaga lapaknya. Saya belajar banyak hal. Betapa beratnya hidup para penjual kaki lima mereka masih bisa bercanda satu sama lain, saling menghibur. Membantunya membuat saya sedikit demi sedikit pulang ke "kesederhanaan" saya, yang selama ini ditutupi oleh gengsi akan kesarjanaan, pendidikan tinggi, harus sekolah luar negri, blablabla.
Tiga hari ini ada job fair diadakan besar-besaran oleh Disnakertrans Makassar di Graha Pena Fajar, tapi tak tertarik melayangkan lamaran selembar pun. Saya sebenarnya tak tahu ini gejala buruk atau baik untuk diri saya, apakah karena menjaga (yang katanya) "idealisme" atau sekedar menurutkan rasa malas. Pernah satu dua kali menemukan pegawai kantoran mentereng membeli di lapak, lagaknya seolah menganggap enteng kami, yang mungkin baginya hanya tammatan SMA. Saya tidak suka!
Akhirnya, terbuka pintu itu, kembali ke "kesederhanaan", menghargai kerja-keras, yang tak perlu mengumpat mengapa nilai rupiah terhadap dolar mencapai Rp. 14.000/satu dolar Amerika, itu urusan ekonom dan analis pasar dan semacamnya, kami tahu apa! Kami hanya tahu bilang "halo misteeeer!" kepada bule yang kebetulan lewat depan lapak.