SI MERAH TERLAMBAT DATANG
           Siapa yang bilang 147cm itu lumayan tinggi?????  Kalau
 ada, pastilah orang tersebut positif mengidap penyakit tolol. Anak 
kecil pun tahu 147cm itu pendek. P-E-N-D-E-K. “Apa sih arti 147 cm? Yang
 penting berkaki normal, itu sudah cukup.” Begitu selalu kata mama saat 
Dayu mengeluh. Mama menyebut 147cm sama seperti 170cm, seolah-olah kedua
 ukuran tersebut sama. Sementara Dayu mulai jengah. Baginya 147cm jauh 
beda dari 170cm!!
            Mungkin
 mama perlu diingatkan bahwa Dayu sudah 17 tahun. Dan apa arti 147cm 
untuk anak usia 17 tahun? OK. Pertama, 147cm artinya kau pendek. 147cm 
artinya kau tak bisa melihat dunia lebih tinggi. 147cm artinya kau 
bertungkai mini. 147 cm artinya kau tak boleh memakai sepatu flat seumur hidupmu. 147cm artinya kau tak bisa mengambil buku di rak paling atas seperti yang ada di iklan-iklan TV. Cukup! CUKUP!!
            Dayu
 berhenti merunut. Ia tak suka 147cm. 147cm yang menjadi ukuran tinggi 
badannya. Angka itu bagaikan kutukan. Usianya sudah 17 tetapi 147cm tak 
bergeser naik, satu angka pun. Angka itu telah melekat permanen dari SMP
 sampai sekarang, setelah ia telah berseragam putih-abu. Tiba-tiba Dayu 
merasa lemah dalam pendeknya.
            Apa
 sebenarnya yang salah? Apa Tuhan sedang bercanda pada Dayu? Tapi ini 
sama sekali tidak lucu. Dayu selalu merasa seperti liliput yang tersesat
 di negeri raksasa. Ayahnya 178cm, ibunya 160cm, bahkan nenek pun 
tingginya 155cm. Dan tadaaaa!!! Dayu yang tiba-tiba  hanya 147cm. Hahaha! Tidak lucu kan Tuhan?
            Dulu waktu masih SMP, Dayu tak pernah berfikir hal tersebut serius dan mengancam kenyamanannya hidup  di
 dunia (mungkin sesi ini terlalu berlebihan!). Saat itu mereka juga 
seukuran Dayu. Mute, Genina, Rachel, Nisa, dan semua teman-temannya yang
 lain. Tapi saat SMA, mereka kemudian berkaki panjang. Dayu tak mengerti
 mengapa ia tak ikut-ikutan berkaki panjang!!Kakinya tetap sama meski 
seragam sekolahnya telah berganti. 
Teman
 bergaul Dayu sebenarnya masih sama. Mute, Genina, Rachel,dan Nisa. 
Kabar baiknya mereka satu kelas dan di sekolah yang sama di wilayah 
Jakarta selatan. Tapi kabar buruknya, Dayu merasa seperti kancil yang 
bergaul dengan jerapah. Ia merasa begitu terintimidasi. Meskipun 
teman-temannya bersikap biasa saja. Tapi bagi Dayu, ini masalah. Di 
kepalanya hanyalah: Kancil, jerapah, kancil, jerapah, kancil, jerapah, kancil, jerapah, Kancil, jerapah!! 
Argh…Dayu tak suka perumpamaan itu! Dia telah disiksa si jerapah sekian lama. Ia tentu ingin jadi Jerapah juga.  Pensiun
 jadi kancil pendek!! Dan suatu pagi, puncaknya, Dayu muncul di meja 
makan dengan pertanyaan maha tolol. Setidaknya begitu menurut papa dan 
mama.
            “Ma, aku ingin haid!” ucap Dayu tegas. Matanya begitu tajam menatap mata mamanya yang terlihat bingung.
            Reaksi
 pertama mama adalah memuntahkan roti lapis telur dari mulutnya. 
Sementara papa tak jadi menyeruput kopi pahitnya. Beberapa detik mereka 
tertelan bisu. Lantas menit kemudian papa terbahak-bahak sambil menatap 
mama yang masih diam. Lalu kata papa “ Ini teritori para perempuan kan? 
Permisi….” Itu ucapan papa sebelum menghilang dari meja makan. Padahal 
ia belum menyentuh sarapannya.
            “Dayu ingin haid, datang bulan, menstruasi, atau apapun namanya! Kalau bisa sekarang.” Dayu kembali ribut.
            Mama
 menggelengkan kepala. Ia kembali pada sikap semulanya, menyantap roti 
lapis telur dengan pelan. “Minta haid kok kayak minta dompet baru.” 
Gerutu mama tanpa memperhatikan mimik Dayu yang makin kaku. 
            “Ma! Dayu serius!!”
            “Mama
 juga serius kok! Masalah haid itu sepenuhnya urusan Tuhan. Dan Tuhan 
tidak suka ditebak apalagi dipaksa! Kalau sudah waktunya kamu akan haid 
dengan sendirinya. Tak perlu minta-minta seperti itu. Kalau pun 
terlambat, pasti ada maksudnya!”
            Dayu
 mengkerut! “Bicara soal waktu, Dayu sudah 17 tahun, 147cm, dan tidak 
haid juga!! Sementara Rachel, Mute, Genina, juga Nisa, mereka juga 17 
tahun! Tinggi mereka jelas di atas 147cm. Dan mereka sudah haid 
bertahun-tahun yang lalu!” bicara Dayu mulai panjang dan ketus. Mama 
mendelik. Moodnya pagi ini hancur sudah.
            Mama
 menarik nafas panjang. “Kamu makin hari makin aneh. Kemarin kepengen 
tinggi. OK. Itu masih wajar. Masih bisa diusahakan dengan tangan 
manusia. Tapi minta haid, itu sudah keterlaluan Yu!”
            Dayu
 gamang. Ia diam. Memang aneh meminta haid pada mama. Tapi ia terlampau 
percaya pada cerita Genina, Nisa, Rachel juga Mute! Mereka bercerita 
mulai merasa “tumbuh” setelah mengalami menstruasi. Guru Biologi juga 
bilang kalau pertumbuhan optimal wanita dimulai setelah haid. Dayu 
percaya hal tersebut. Ia juga percaya ia pendek karena belum haid. Jadi 
pertumbuhannya belum maksimal. Jadi kemungkinan tinggi badannya pun 
belum maksimal.
            “Dayu
 pendek karena Dayu belum haid ma..” lanjut Dayu pelan. “Anak perempuan 
kebanyakan haid di usia 11 sampai 13 tahun. Dan Dayu belum haid padahal 
sudah 17 tahun.” Kata Dayu lagi.
            Mama
 menarik nafas yang lebih dalam dari sebelumnya. Kali ini ia melunak. 
Mungkin ia berfikir bersikap keras pada Dayu tak akan menolong.
            “Pernah berfikir kenapa keypad HP kamu seperti itu? Sama seperti keyboard Laptop
 dan Komputer. Susunannya acak tak beraturan. Tak seperti susunan abjad 
yang dimulai dari A, B, C, dan berakhir di Z. Kita menyebutnya keypad QWERTY.
 Sesuai dengan urutan abjad baris pertamanya. Aneh kan? kenapa QWERTY? 
Kenapa bukan ABCDEF saja? Bukankah itu urutan abjad yang dianggap semua 
orang benar.”
            Sampai di sini Dayu tak paham arah pembicaraan mama. Tapi toh ia diam dan mendengarkan.
“Mama
 juga baru paham setelah selesai membaca novel Paulo Coelho, Veronica 
Decide To Die. Katanya sebenarnya si penemu mesin ketik pertama kali 
menyusun tombol berdasarkan urutan abjad ABCD. Tapi kemudian muncul 
masalah. Saat itu kalau orang ngetik terlalu cepat, jadinya tombol mesin
 ketik itu akan terkait dan tidak bisa dipakai lagi. Karena itu, dia 
merancang ulang papan ketik tanpa urutan abjad. Ia mengacak huruf 
seenaknya dan jadilah papan QWERTY yang memaksa orang mengetik lebih 
lambat.”
            Dayu masih diam. Ia setengah tertarik dengan cerita mama.
            “Tidak
 semua hal harus sesuai dengan apa yang dianggap orang banyak benar. 
Papan QWERTY` itu tak sama dengan apa yang banyak orang pahami tentang 
urutan abjad. Tapi sekarang keypad QWERTY digilai semua orang. Mama tak perlu ingatkan betapa gilanya kamu saat merengek minta dibelikan HP QWERTY itu kan?”
            Dayu bergumam pelan. Entah karena cerita mama yang kelewat panjang. Atau karena ucapan mama terlalu benar untuk dibantah.
            “Kesimpulannya,
 kamu memang 147cm, 17 tahun, dan belum haid. Lantas kenapa? Bukan 
berarti kamu tak berharga hanya karena tak sama dengan orang lainnya. 
Belajar hargai diri sendiri baru bisa bernilai untuk orang lain.”
            Kalimat
 pamungkas mama menutup debat pagi itu. Dayu masih diam. Habis sudah 
rengekannya tentang kancil dan jerapah. Tapi mungkin hanya untuk pagi 
itu saja. 
Hari
 berikutnya, Dayu memang tak lagi sibuk meratapi angka 147cm. Tapi 
setelah tragedi Kancil dan Jerapah lenyap dari kepalanya, sekarang 
giliran “Kapan Haid” yang melingkar-lingkar di benaknya. Kalimat itu 
seolah dipaku kuat di kepala Dayu. Tak heran ia selalu memikirkannya, 
hari demi hari.
            Dan
 pertanyaan itu tak kunjung hilang meskipun mereka telah ratusan 
Kilometer dari Jakarta. Kalosi. Tempat yang mereka tuju bernama Kalosi. 
Letaknya di kabupaten Enrekang. Salah satu wilayah di Sulawesi Selatan. 
Kalosi sebuah dusun kecil yang berbatasan dengan Toraja. Kata mama 
jaraknya sekitar 450 KM dari kota Makassar. Transportasi menuju Kalosi 
hanya lewat jalur darat. Mama menyebut angka 5 jam untuk sampai di sana.
 Kalosi tempat mama lahir.
            Papa Dayu seorang konsultan Food and Beverage yang
 tugas utamanya membantu klien memulai bisnis restoran atau kafe. Dan 
kebetulan lagi klien papa kali ini ingin membuka kafe kopi. Dan papa 
fikir kopi Toraja adalah ide terbaik. Dan jadilah papa riset ke Toraja. 
Dayu dan mama memutuskan untuk ikut karena Toraja berbatasan dengan 
Kalosi. Mama sudah lama tak menjenguk nenek dan oma ompong (ibu nenek) 
di Kalosi. Jadi ikutlah mama. Karena Dayu sedang libur akhir semester, 
maka ia memutuskan untuk mengekor pada orang tuanya. 
            Jalan
 menuju Kalosi berkelok-kelok. Memang wilayahnya pegunungan. Belokan dan
 tanjakannya ada di mana-mana. Tapi pemandangan yang sangat memukau 
sanggup menyogok perut Dayu agar tidak mual. Meskipun ia merasa perutnya
 agak melilit, tapi toh selama 4 jam perjalanan ia habiskan dengan 
kagum. Begitu pula papa dan mama yang hanya tersenyum kecil melihat 
reaksi Dayu.
            Saat
 mereka hampir memasuki wilayah Kalosi, mama menunjuk sebuah gunung. 
Nama gunungnya Bambapuang. Salah satu objek wisata yang paling terkenal 
di Enrekang. Dayu terpesona. Ia tenggelam dalam kagumnya. Sampai seruan 
mama menyeretnya kembali ke alam sadar. Mama memaksa Dayu melihat gunung
 itu lekat-lekat. Dayu menurut. Ia memperhatikan Gunung itu lebih detil.
 Menit kemudian Dayu terpekik. Ia tiba-tiba teringat sesuatu  yang tabu dibicarakan. 
Tuhan
 pastilah sungguh suka bercanda. Sampai gunung pun bisa mirip organ 
vital perempuan. Dayu bersungut. Mama dan papa senyum-senyum kecil. Dayu
 makin cemberut. Gunung aneh, batinnya.
            “Kok bisa ya Ma?” Dayu akhirnya berucap setelah setengah perjalanan ia habiskan dengan diam.
            “Tidak  ada yang tahu. Dari dulu  sudah begitu. Gunung Bambapuang biasanya juga disebut Gunung Nona. Mungkin karena bentuknya yang mirip Miss V.”
 Mama menjelaskan. Dayu menyimak takzim. “Katanya kalau berdoa di sini, 
lebih cepat didengar dan dikabulkan Tuhan.” Lanjut mama sambil melirik 
Dayu.
            Seketika Dayu pias. Ia harus berdoa! Berdoa! Dalam hati ia meneriakkan keinginannya. Tuhan
 aku tak lagi meminta kaki yang panjang, aku ingin haid saja. 
Teman-temanku semua sudah haid, tidak adil jika aku belum. Kabulkan ya 
Tuhan. Dayu mengulang-ulang doanya dalam hati sampai siluet Gunung 
Bambapuang benar-benar hilang. Dayu terkekeh sendiri. Ia berfikir telah 
berhasil menipu Tuhan. Pura-pura minta Haid padahal sebenarnya ia ingin 
ukuran tinggi badannya bertambah. Dayu pasti lupa kalau Tuhan Maha Tahu.
            Namun
 beberapa menit kemudian Dayu merasa perutnya melilit hebat. Dayu fikir 
ia mungkin mabuk karena jalanan yang kelewat berkelok. Ia merasa pangkal
 pahanya agak basah. Dikiranya minuman botol yang tumpah. Dan saat ia 
mulai memeriksa roknya, Dayu menemukan darah di mana-mana.     Ia memekik. Lalu kemudian tak ingat apa-apa. Yang ia ingat hanya darah dan darah. Belum pernah Dayu melihat darah sebanyak itu.
            Dayu
 pingsan tepat di jok belakang mobil. Saat Dayu mulai sadar, hidungnya 
membaui aroma ruangan yang penuh rempah. Ini bau khas nenek, ia hapal 
betul. Ini aroma nenek saat ia memeluknya. Bau yang selalu membuatnya 
merindukan nenek berkunjung ke Jakarta. Lagi dan lagi.
            Dayu yakin ia telah sampai di Kalosi, di rumah nenek.
            Dayu
 mencoba membuka sedikit matanya. Di sudut ranjang sudah ada nenek, oma 
ompong dan mama. Ketiga perempuan tersebut tersenyum lembut ke Dayu. 
Dayu hanya diam sambil meraba-raba perutnya yang masih terasa melilit. Uh sakit…
            “Sudah
 haid kan? Doa kamu terkabul tuh, harusnya senang kok malah pingsan.” 
ucap mama sambil terkekeh. “Kamu masih takut darah?” Tanya mama lagi. 
Bukannya ia tak tahu Dayu selalu ketakutan jika melihat darah, hanya 
saja mama berfikir ketakutan itu sudah hilang. Karena sejak berumur 10 
tahun, ia tak pernah lagi mengeluh takut pada darah. 
            “Apa
 mama bilang, Tuhan tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia, 
pasti ada maksudnya. Tuhan tahu kamu takut darah makanya haidnya  terlambat!
 Coba kamu haid lebih awal, pasti repotnya juga lebih awal! Bisa-bisa 
setiap bulan mogok sekolah.” Mama masih sempat mengomeli Dayu yang 
terbaring lemas di ranjang nenek. Sementara nenek dan oma ompong memilih
 diam sambil menatap lembut pada Dayu.
Mata
 Dayu sebenarnya masih setengah terpejam, tapi telinganya awas mendengar
 ocehan mama. Huh, ia benci darah. Dayu tak suka darah. Meskipun ia 
paham betul bahwa ia membawa berliter-liter darah dalam tubuhnya. Tapi 
ia tetap tak suka darah. Dayu sibuk memamah dalam otaknya. Tapi setelah ini aku akan berkaki panjang...tak masalah harus pingsan sekali sebulan, batin Dayu sambil senyum-senyum penuh kemenangan.
Mama
 menangkap senyum aneh Dayu. Sebenarnya tak hanya senyum, mama juga 
membaca apa yang Dayu fikirkan. Entah karena Dayu memang berasal dari 
rahimnya atau karena memang mama punya bakat jadi cenayang.
“Kalo
 setelah ini tinggi badan kamu nggak nambah, berarti Tuhan tahu itu yang
 kamu butuhkan. Tuhan Maha bijaksana, memberi kita apa yang kita 
butuhkan bukan apa yang kita inginkan.”
Glek.
 Dayu Terkejut. Dialog hatinya terbaca mama. Ia diam, terlalu heran 
untuk membantah omongan mama lagi. Dalam hati sekalipun.
ΩΩΩ
KAWANKU 2010
                             EFORIA NISAN KEJUJURAN
         
 Rupanya tak ada yang bisa lagi dipertahankan di sini. Yang namanya 
kejujuran entah sudah melapuk, busuk dan terlupa. Sedari tadi aku 
mencarinya. Tapi tak ujung jua nampaknya kudapat. Entah karena borok di 
mataku atau wujudnya sudah demikian usang tuk dikenal lagi. Yang sedari 
tadi bercokol hanya dia. Dengan garang matanya yang menohok ia 
mengamatiku. Aku layu dalam rasa sendiri, ia kini sudah hilang. Tak tahu
 ke mana. Bosan rasanya harus mengeruk idealisme yang didiktatori oleh 
nadi-nadi kenaifan sendiri. Aku butuh dia. Dan sekarang ia sudah musnah 
ditelan, terkemuflase sebagai nisan dalam sejarah. Sejarah dalam tanda 
kutip “Tidak untuk diingat”.
            Sudah
 lama aku di sini. Menunggu tanpa kata. Hanya mataku yang sedemikian 
jelalatan menyapu tiap sudut. Tapi aku tetap luput dari dia. Mataku 
sudah begitu mendambanya. Sekian waktu sudah kulewati tanpa cengkrama 
dengannya. Tanpa hangatnya bauran rasa. Kini aku mencarinya di sini. 
Tapi hasilnya nihil. Ia mungkin masih enggan tuk tampak. Kian tak 
terjamahlah ia dari jangkauannku. Sungguh kami dulu adalah dua keping 
yang berbeda yang entah atas kuasa siapa bisa beronani pada titik yang 
sama. Itu dulu. Sekarang kami benar-benar adalah dua keping yang 
terpisah tanpa bisa bergulat lagi pada titik yang sama. Kami sudah 
terpisah oleh medernisasi. 
            Kata
 mereka, sahabatku itu telah larut pada kata musnah. Terhenyak pada 
bingkai kata terbuang. Ia malu kini menampakkan mukanya. Tapi entah 
kenapa aku terus saja menantinya. Pelik rasanya terus begini. Berada 
pada ruang asing tanpa ada satu halpun yang dikenal. Seperti itu aku 
sekarang. Sendiri bertempur dengan arus tak bertepiku yang ganas. Entah 
itu harus kupanggil rasa takut atau rasa kehilangan. Mungkin keduanya.
            Aku
 masih mencarinya. Menepikan mataku pada sosoknya yang mungkin ada di 
sini. Tak ada hasil. Yang kulihat hanyalah mereka yang sedang sedu sedan  bersama
 lolongan girang tak terhingga. Aku mengenal salah satu dari mereka. 
Tapi lidahku menolak mengeja abjad namanya. Ia terlalu garang untuk ku 
sebut. Mata kami sempat bergulat pada detik yang lalu. Tapi buru-buru 
kualihkan. Aku tak berani membiarkan retinaku terkoyak bara matanya. Ia 
adalah sosok asing yang bersebrangan dengan kami. Aku dan sahabatku.
            Mata
 kami kembali beradu. Syahdu nian suasana hening itu. Tapi kemudian 
berjingkaklah aroma kebahagiaan yang sangat. Aku tak berani menepikan 
tatapanku di retina matanya lagi. Tak sanggup. Ia kelihatan sangat 
bahagia. Mata garangnya tak henti mengerjap. Sungguh ia sangat bahagia. 
Tapi saat ia menatapku, sepersekian detik ia meratap lalu berucap bengis
 tanpa intonasi.
            “Lupalah
 kau pada dia!!! Seperti kami yang sudah membuang ia ke tempat tak 
bertepi. Jangan lagi kau ingat dia. Kini kau sendiri….ha..ha..ha..”. 
tawa itu membuat ulu hatiku beringsut tidak karuan. Ia menjerit tak 
terkira. Memang aku benar-benar sendiri sekarang. Limbung di sudut 
pengap tanya. Tanya yang tak pernah akan terjawab. Mungkin aku juga 
harus mempersiapkan nisanku sedari kini. 
            “Benar.
 Kami sedang merayakan semarak hari ini. Sebuah eforia nisan kejujuran. 
Tak akan ada lagi dia di sini. Sungguh ini adalah kemenangan sepanjang 
waktu….” Ucap yang lainnya masih dalam satu frame 
kebahagiaan. Aku tak mengenalnya. Tapi ia sama-sama merayakan kepergian 
sahabatku. Aku semakin terbuang di celah pikiranku sendiri yang semakin 
sempit. Sungguh tak adakah yang tersayat ibanya saat dia telah pergi? 
Bahkan manusia-manusia bersorban pun mungkin tak mengingatnya lagi. 
Puih...apalagi para manusia berdasi itu!!
“Ha..ha..ha
 iba?!!!” tiba-tiba ia kembali bersuara. Sunguh aku tak bisa mencegah 
rasa kagetku menari di ubun. Ia tahu hatiku menyeruak. Ia tahu fikiranku
 mengagas. Ia telah meraja di tiap jengkal nafasku. “Tak ada yang iba 
padanya. Ia sudah lama menjadi tameng tak berperasaan bagi para manusia 
modern. Ia sudah menjadi idealisme terbuang yang sudah tidak layak 
lagi…..dan kukatakan padamu sebaiknya mulailah meretas pada perubahan 
ini supaya kami tak perlu lagi menari-nari di atas nisanmu seperti dia.”
Aku semakin tersungkur. Membayangkan mereka membahak di atas nisanku kelak  membuat
 jari-jari semangatku kerdil. Haruskah manusia kutinggal dengan hati 
yang benar-benar telanjang?! Tak berbalut apapun. Sekarang saja mereka 
sudah  sedemikian asing dengan sahabatku yang baru
 pergi sekian waktu yang lampau. Bagaimana jika aku juga menjadi bagian 
dari sejarah dengan sejuta kutip itu? Lalu apakah mereka benar-benar 
harus beralih pada si pemilik tatapan garang itu. Sungguh aku tak 
sanggup membayangkan hal itu. Aku harus membangun optimismeku yang 
tercekat bersama pekat. Yang nyungsep tanpa wujud. Aku harus membangunkannya.
            “Kenapa
 kau diam? Sungguh tak masukkah semua kata-kataku dalam pikirmu?” ia 
kembali berkelakar. Masih tanpa intonasi jelas. Aku tersadar . Dengan 
rasa gamang yang sangat aku menantang matanya. Mencoba menyusun kata 
tajam laksana pedang yang bisa membuat ia yakin aku masih bisa ada meski
 tanpa sahabatku….toh dengan aku saja mungkin sudah cukup……….
            “Mereka
 memang sudah mulai kehilangan semuanya. Kalianlah yang menjadi raja 
diraja dari mereka. Tapi bukan berarti aku harus merelakan semuanya pada
 kalian. Sungguh jangan pernah berfikir demikian karena hal itu tak akan
 terjadi.” Dengan sedikit keberanian aku bertuah. Menyembunyikan rasa 
kecewa yang terus menggeliat di balik hatiku. Jangan sampai ia tahu itu.
 Ia akan merasa menang nantinya. Tapi sungguh itu hal yang mustahil. 
Bagaimana mungkin aku bisa menyembunyikan rasa kecewaku, sedang manusia 
sekarang benar-benar sudah tak mengenal kami lagi!!!!! Pada akhirnya 
merekalah yang akan menggiring kami pada nisan sejarah. Sebuah sejarah 
yang tak punya tempat di kepala mereka untuk diingat lagi. Sebuah nisan 
tanpa abjad nama kami.
“Mungkin
 kau memang tak akan pernah merelakan hal itu terjadi. Tapi bukankah 
temanmu itu terlupa dengan sendirinya?!! Dan ia tak bisa menghindar 
karena manusialah yang menghendaki. Dak kamilah yang pada akhirnya 
menjadi tameng hidup mereka, panutan dalam segala hal….,kalian 
benar-benar telah terlupa.” Ia mencibirku. Membuatku semakin kehilangan 
rasa optimis yang mungkin sekarang sudah menguap. Ia benar. Manusialah 
yang mau begitu. Kami hanya pilihan. Tak bisa ngotot untuk dipilih. 
Manusia-manusia itu tetap tonggak segalanya.
“Rupanya kini kau mengerti” ia bersuara lagi. Aku tenggelam dalam desahannku. Ia kelihatan sangat puas. 
“Aku
 sangat tahu merekalah yang jadi penentu segalanya. Kami hanyalah salah 
satu pilihan dalam sekian banyak pilihan yang mereka punya dalam hidup 
mereka. Tapi bukankah jauh lebih baik menjadi pilihan yang akan tetap 
ada daripada menjadi onggokan terbuang. Aku tak mau terbuang. Aku akan 
tetap ada meskipun hanya segelintir dari orang-orang itu yang memilih 
aku.” Aku mendesis. Kata-kataku membuatnya menekuk muka.
“Mungkin
 kau memang tak akan musnah dalam artian yang sesungguhnya. Tapi kau 
akan tetap menjadi pilihan bagi mereka yang tak akan pernah terpilih. 
Bukankah hal itu lebih mengecewakan.” Ucapnya tanpa membiarkan mataku 
beralih kemana-mana. “ Sudahlah, jangan kau gamang dalam tunggumu yang 
tak bertepi itu. Mari larut bersama kami dan rayakan kematian sahabatmu 
itu. Dan tentu kau akan kembali menjadi pilihan terpilih dalam hidup 
para manusia.. tapi syaratnya kau harus jadi bagian dari kami” Ia 
menawarkan ku sesuatu yang sangat mustahil. Aku menggeleng tegas. Lebih 
baik aku menangis di atas nisanku sendiri ketimbang harus merayakan 
eforia itu di atas nisan sahabatku. Lagi pula aku masih percaya aku dan 
sahabatku masih dibutuhkan, mungkin waktu mendatang….kami akan selalu 
percaya itu. Aku membatin dalam bimbang ragaku.
“Maka
 berdirilah dalam tempat terbuang itu. Sesungguhnya kau hanya menunggu 
mati menjilatimu!!” Ucap si pemilik mata garang itu. Sekali lagi ia 
menelanjangi pikiranku. Ia kemudian pergi. Ia dan semua perayaan itu. 
Sekarang aku tinggal sendiri di depan nisan yang masih menyisakan 
sejumput sedih di kelopak mataku.. Iya, panggillah aku si bodoh karena 
masih menunggu si empunya nisan untuk bangkit.. Mereka menamainya KEJUJURAN dan aku mereka panggil dengan sebutan KEADILAN. Sedangkan aku dan sahabatku menamai mereka si pemilih wajah garang itu  KESERAKAHAN. 
Lalu tanyakanlah padaku segera, seolah kalian terseok dalam bimbang! Memangnya tanpa  kejujuran
 mana ada keadilan ?!!! Terlalu naïf rasanya mengadu keadilan dan 
keserakahan. Jika kejujuran mati maka semuanya juga akan mati!!! Aku 
yang kalian panggil keadilan ini  baru akan  ada  jika temanku yang kupanggil kejujuran itu ada, karena semuanya dimulai dari situ! Lalu jangan menuntut aku yang kalian panggil  Keadilan ini  ada jika jauh hari  yang lalu kalian manusia  sudah  binal  membunuh  ‘Kejujuran’!!!!!!!
Aku mulai meratap pedih memikirkannya. Aku di sini hanya menunggu mati saja bukan? Dan  malaikat  pun  muak menangis untukku….
            Celah............
            “Kenapa
 mamak tidak ikut makan?” bidin, bocah berusia 7 tahun berucap lirih 
pada ibunya. Sementara sang ibu hanya menggeleng lembut. Wanita kurus 
dengan mata cekung itu jelas tahu nasi yang hampir basi di hadapan bidin
 tidak akan cukup menyanggah dua perut .  Ia lebih memilih bergulat dengah perih yang sangat di perutnya ketimbang melihat Abidin anaknya berbalut lapar. 
“Ah
 sudahlah!! Jangan banyak tanya nak! Makan saja, mamak belum lapar.” 
Ucapnya kemudian setengah mendesis. Bukannya abidin tak tahu mamaknya 
juga perlu makan, tetapi ia tahu mamaknya tak akan mau menyentuh sebutir
 nasi pun jika ia tidak kenyang terlebih dahulu. Abidin sangat ingin 
berpura-pura kenyang supaya mamak juga bisa makan dengan lega, tapi ia 
tidak bisa menyembunyikan rasa lapar di perutnya. Seketika abidin merasa
 sangat durhaka pada mamak. Ia pun mengaduh dalam tiap suapan nasi yang 
tak seberapa itu.
Adegan itu bak rol film tua yang terus diputar setiap hari yang menjadi bulan, bulan yang menjadi tahun.  Sampai
 Abidin tak tahu dan merasa jengah kenapa harus mengulang-ulang 
pertanyaan itu pada mamaknya tiap kali ia menyuap nasi ke mulutnya. 
Lantas adakah kata yang lebih indah saat ia mulai menyuapi mulutnya 
sendiri sembari menatap lekat belikat mamaknya yang menonjol lantaran 
kerontang menahan lapar? Abidin yang sekecil itupun tahu mamaknya makan 
juga minum dengan cukup. Hanya saja bidin dengan nasi bau itu dan 
mamaknya dengan air asin yang katanya sedap dan bersih lantaran keluar 
dari 2 biji mata...
Aku
 hadir di antara ibu dan anak dengan mata gersang itu. Aku dikukuhkan di
 dalam hati sang ibu dan sedang mencari celah dalam hati sang anak. tapi
 aku hanya mampu meratap. Tak lagi pilu, miris pun bukan. Aku mematung 
menatap mereka. Adegannya seakan ditujukan untukkku. Mungkin di sini 
celahku satu-satunya tumbuh. Para 
manusia perih lebih menghargai kami, dan mungkin masih menjadikan kami 
idealisme. Oh...bukan!!! Bukan mereka tidak menyebutnya 
idealisme....tapi falsafah hidup...
Subur.....
“Nanti
 kalau disuruh milih, pilih saya Juragan Kumis” ujar seorang pria 
berperut tambun berwajah rakus “Bapak-ibu jangan takut, nanti saya 
bikinkan jamban di tiap rumah, biar tidak usah ke kali kalau mau buang 
hajat.” Lanjutnya dengan senyum kegirangan seolah apa yang diucapkannya 
tadi adalah ide paling cemerlang di jagad raya. Masyarakat di dusun 
siang itu hanya mengagguk-angguk, tapi raut itu tak mengerti.
“Juragan
 mau dipilih jadi apa to?” celetuk salah seorang warga dusun. Wajahnya 
menyiratkan ketidakmengertian, mengapa malam selarut ini mereka disuruh 
kumpul di rumah orang terkaya di desa mereka.
“GUOBLOKKKKKKK!!!!!!
 Sampeyan tidak tau...besok itu pemilu!!! Kalo sampeyan pilih saya, 
nanti tak sebut nama sampeyan di depan Pak Presiden!!!! Jadi anggota 
DPR, itu lho yang pakai dasi di Jakarta!!!” seketika muka rakus itu berganti garang.
Warga
 mengangguk. Tapi lagi-lagi bukan mengerti. De-Pe-eR bukan sesuatu yang 
akrab bagi mereka, tahu Presiden pun juga dari cerita anak-anak mereka 
yang di kelasnya ada foto 2 orang berdasi yang dipasang gagah mengapit 
Pancasila
“Jangan lupa....sumur yang di depan sana
 itu sumur saya...nanti kalau sampeyan semua pilih saya besok...ambil 
air di sumur itu nda usah bayar lagi.” Lanjut pria tambun tersebut 
sambil mengelus-elus perut buncitnya.  Seketika 
warga langsung bersorak. Mereka saling berpelukan haru. Sudah berpuluh 
tahun di setiap kemarau mereka harus menanggung susah lantaran kemarau, 
dan celakanya hanya sumur juragan kumis yang berair sepanjang tahun. 
Tapi lebih celakanya Juragan Kumis tak pernah mengijinkan warga 
menyentuh sumur itu kecuali yang punya duit. Oleh sebab itu, giranglah 
mereka mendengar Juragan Kumis menggratiskan sumur tersebut.
Melihat
 warga yang saling berpelukan, juragan Kumis terbahak-bahak. Di matanya 
yang ia bayangkan hanyalah rupanya dengan stelan jas dan dasi di Jakarta
 nanti. “Tapi ingat, jangan pilih nama lain. Pilih saya, Juragan 
Kumis!!” ucapnya kemudian yang disambut anggukan dan tangis haru warga. 
Dan tawa Juragan Kumis pun makin lebar nan panjang. Seperti sebuah tawa 
kemenangan. Aku mengamatinya. Keserakahan, batinku lemah. Lagi-lagi mereka. Tumbuh dengan suburnya di negeri ini.
 2005 HARIAN FAJAR MAKASSAR
Aku tahu sebuah rahasia  
Kau tahu....
Kenangan punya banyak pegawai..
Tak  digaji tapi kerja mereka brilian.. 
Membuatmu seakan hidup di dunia yang sempit 
sembari terus melenguh “Dunia selebar daun kelor” 
Dan kurasa semua pegawainya pastilah atlit maraton
Sejauh apapun berlari, ia akan terus membuntutimu...
suka atau tidak.
 Aku rela diabaikan..
Karena kau menemukan duniamu pada sebuah tiang
Andai tiang itu pandai bersolek
Dan memakai rok...
Engkau pasti selingkuh
Dan aku menangis...
 Tapi aku mencintaimu...
Walau hanya hidup di daftar inbox telpon selulermu yang selalu baru
Dan jika beruntung
Sesekali bertamasya cerita ke daftar panggilan keluarmu
Pernahkah engkau bayangkan
Betapa kayanya operator seluler kita?
Aku tak sanggup membayangkannnya
Cinta kita memang dermawan...
Aku tak cantik  lagi....
Kurang tidur kurasa
Obsesi punya novel membuatku memusuhi bantal
Engkau pun tak tampan lagi...
Tiang-tiang membuatmu lupa 
bahwa memanjat sama artinya sekian meter lebih dekat untuk menumbalkan kulit sehatmu ke matahari, 
dan kaupun legam
kurasa kita makin serasi..
           Tulisan ini dimulai dari sebuah titik jenuh yang menggunung.... 
         Kemudian gunung itu ditumbuhi banyak rumput tanya
                         “Mulai putar haluan kah? Atau mulai sedikit realistis?”
        
 Seorang penulis pemula mungkin hampir semuanya pernah bertemu dengan 
keadaan ini. Tidak sedikit yang mati di jalan dan mulai membangun rumah 
mimpi di tempat dan bidang lain. Tapi kesatria pena harus punya banyak 
persediaan mimpi buruk (baca; DITOLAK). Jadi mulailah memupuk 
optimisme.....biarkan ia hidup dalam pupuk kalimat berikut ini. 
                                       Menyerah itu AIB....   
       Stephen King
 mulai mengumpulkan surat-surat penolakan atas ceritanya mulai ia 
berusia 14 tahun---surat-surat itu ia tusukkan pada paku di dinding dan 
paku itu bahkan sampai lepas saking berat dan banyaknya surat-surat 
penolakan tersebut. Cerpennya berhasil diterima pada saat ia berusia 25 
tahunan... 
       Cerita pertama John Grisham ditolak
 oleh 21 penerbit, ketika kemudian ia menemukan penerbit tak dikenal 
yang bersedia menerbitkan ceritanya. Dan sekarang, siapa yang tak kenal 
dia ...    
       J.K Rowling sedang bangkrut dan novel Harry Potter-nya juga ditolak oleh beberapa penerbit. Dan sekarang jangan tanykan seperti apa dia... 
       Bahkan Naskah Supernova telah mengelilingi penerbit-penerbit besar di Indonesia ketika kemudian dee berhasil
 menemukan truedeebooks dan berhasil membuat banyak orang jatuh cinta 
setengah mampus pada tokoh diva pada novelnya (termasuk saya sendiri) 
Juga naskah Jakarta Undercover yang berkali-kali ditolak ... 
Bahkan Thomas Alpa Edison membutuhkan percobaan 1011 kali ketika kemudian ia berhasil menerangi dunia...     
        
 Dan sekarang...aib itu melumat dalam banyak tanya   Hanya beberapa kali
 penolakan telah membuat seseorang limbung dalam sudut pengap dilema..
        
 Entah sudah berapa lama..yang pasti cukup untuk membuat lupa bahwa si 
siput dan si badak punya mimpi yang sama...tapi sekarang si badak mulai 
merangkak pasti...dan siput sedang terperangkap dalam cangkang tanya-nya
 sendiri yang susah ia taklukkan.... 
        Tapi bukankah menyerah 
adalah aib? Jadi menulislah sebisamu...sampai dunia melihatmu...atau 
setidaknya sampai kau mulai pikun melahap abjad.... 
*Nasehat untuk diri sendiri dan siapapun yang sedang mandek ide.. 
 Kepada : (Pecahan Hatiku Yang Entah Harus Kusebut apa)
           Aku tahu, perbuatan sia-sia menulis surat
 ini untukmu. Semuanya tidak akan mengubah kenyataan bahwa kita adalah 
dua hal tak bisa disatukan. Jadi aku lebih memilih menyayangimu dengan 
caraku sendiri. Menyayangimu dalam sunyi dan dalam semua surat-suratku 
yang hampir semuanya kutulis pada dini hari. Iya, aku memang senang 
mencintaimu dan memikirkanmu dalam senyap. Bukankah dini hari semua 
orang terlelap? Jadi aku tak usah takut akan ada yang memanggilku 
abnormal.
          Mungkin
 saat ini kau sedang kasmaran dengan bantalmu. Atau sedang bergelayut 
mesra dengan buku-buku pelajaranmu. Aku tahu kau pintar. Dari dulu kau 
selalu bilang ingin jadi seorang ilmuan. Aku selalu menyanggah 
cita-citamu. Mendukungmu dalam sebuah kedok yang aku tak suka. Seorang 
kakak!!
          Tahukah
 kau seberapa hati ini berkerut saat kau mulai tidak konsisten 
memanggilku? Kadang kau memanggilku “Mbak” kadang “Kamu” dan tidak 
jarang “Anda”.
          Semua
 panggilan itu menyisakan Tanya di benakku. Apa kau juga sedang bingung 
mengartikan posisiku? Sungguh memalukan untuk mengatakan ini, tapi 
terasa ada jarak jika kau memanggilku “Anda”. Aku lebih suka kau 
memanggilku “Kamu”. Aku merasa kita seolah dekat.  Dan bila  kau
 memanggilku “Mbak”. Aku sontak teringat betapa dalam kuburan perasaan 
yang aku gali dengan harapanku sendiri. Bolehkah aku jujur? Tolong 
panggillah aku dengan namaku saja, itu akan mendekatkan kita. 
Percayalah.
          Oh
 iya, cukup dengan perasaanku sendiri!! Apa kabar hatimu? Masihkah kau 
merindukan saat kita bercerita panjang lebar? Aku merindukannya, 
sungguh!! Rasanya tiap detik aku ingin membaca deret abjad dari tanganmu
 saat dunia maya mempertemukan kita. Tapi sungguh aku takut terlalu 
intim denganmu. Takut kau akan merasakan kejanggalan kedokku. Aku 
seorang kakak. Dan kau seorang adik. Kodok mabok pun tahu itu!!  Jadi
 aku harus pandai memetakan waktu pembicaraan kita. Seminggu sekali aku 
akan selalu menyapamu. Kau tahu, itu sebenarnya tidak cukup. Rinduku 
terlalu banyak untuk kunetralkan dengan waktu 3 jam bercerita denganmu. 
Tapi sekali lagi aku harus kalah, tanpa pretensi. Harus belajar 
memposisikan diriku. Tapi sampai sekarang aku hanya tahu memposisikan 
diriku saja. Sedangkan hatiku, aku masih sumir harus memposisikannya di 
mana.
          Aku
 mencintaimu! Aku mencintaimu!!!!!!!! Tak bolehkah aku meneriakkan itu 
di depanmu? Aku benci ibumu juga ibuku!! Mereka jahat telah memisahkan 
jurang usia di antara kita. Aku ingin sekali saja hidup sebagai 
perempuan umur 13 dan agar bisa mencintaimu yang sekarang berumur 14, 
dalam batas normal. Atau mungkin lebih baik kalau aku tetap 23 dan kau 
jadi seorang pria berumur 25 misalnya!!!
          Kau
 tahu yang paling aku benci sekarang ini? Yang paling kubenci adalah 
bangun di pagi hari dan menyadari bahwa menunggumu bisa membuatku 
keriput. Tak menarik lagi. Dan saat kau berumur 28, aku  sudah
 tak lebih dari perempuan tua yang pantas kau panggil nenek. 
Hahahah…lucu? Tidak!!!! Ini menyakitkan bagiku. Memikirkannya berat.
          Tapi
 dari semua hal menyakitkan itu, ada sesuatu yang sangat aku benci. Aku 
benci mendapati diriku sendiri yang tiap malam menuliskan surat dini hari untukmu. Surat yang tak akan pernah diantarkan pak pos manapun sampai ke tempatmu. Surat itu hanya berujung di laciku dan telah menumpuk sekian lama di situ. Iya aku benci surat yang tak sampai itu.
                                                                                 Dari:.......
        Dear…..  
        Percayakah engkau,bahwa ini benar-benar metamorfosis untukku…            
   
     Aku tiba-tiba seperti siput tua yang sekarat. Begitu lambat, 
merunut nikmatnya detik berlalu. Merunut tanpa menuntut. Engkau tahu? 
Kompleksitas itu nyaris hampa. Sejak engkau ada, kokoh menyelimuti 
hatiku, semuanya terlihat sederhana.          
        Apa sebenarnya
 yang engkau tawarkan? Sehingga aku mabuk kepayang di tiap jengkal 
napas? Konsep brilian macam apa yang kau punya? Mengapa aku tiba-tiba 
tidak takut menghadapi mortalitas hidup? Aku berubah….sampai sempat tak 
mengenal diri sendiri. Padahal aku pemilik sel-sel ini!!! Engkau 
benar-benar telah menjadi inti dariku. Datang seangkuh orang asing yang 
 memasuki bilirubin hatiku. Kenapa kau tidak rampok dan bawa semuanya 
pergi? Kenapa kau harus bersemayam dan tinggal dalam hati itu lalu 
membuatku mati rasa terhadap dunia?   
        Engkau orang asing 
itu, yang membangunkanku dari kematian fiktif ini. Dari remah-remah 
dunia yang dulu kuanggap hidup tapi ternyata bukan. Engkau sudah 
mengambil semuanya. Tapi tolong, sisakan tempat tertinggi itu. Jangan 
sesatkan aku. Bukankah manusia harus memiliki Dia? Bukankah Dia yang 
mengajarkan kita cinta? Lantas cinta versi apa yang akan kita jalani 
tanpa Dia?  
        Percyakah engkau bahwa aku semakin kehilangan kemampuan untuk percaya pada apapun…           
    
     Ini sungguh menggelikan, membaca peta hatiku dan hatimu membuat 
pipiku terus bersemu. Jatuh cinta membuat kita asing. Entah kenapa cinta
 ini melumat segenap kepercayaanku…            
        Aku manusia 
matematis. Butuh logika sekaligus rasa. Tapi entah kenapa dalam 
percabangan gelisah saat menunggumu, aku merasa dunia berubah ritme. Aku
 menuduh jam berkonspirasi memperlambat waktu. Dugaanku mereka tidak 
senang melihat kita. Bukankah saat kita bersama, jam tak lagi ampuh 
untuk menakutimu hingga harus terbirit-birit? Aku menikmati momen itu…  
         
         Aku mencintaimu. Sebuah kalimat naïf. Oh iya 
ajarkan aku senaif dirimu yang dengan mudah mengucapkan kalimat itu saat
 kita bertemu. Tolong ajarkan…karena lidahku bandel!! Saat bertemu 
denganmu…ia mogok untuk melafalkan 2 kata itu. Bukan karena tak cinta. 
Tapi entah kenapa di hadapanmu semuanya nihil terucap. Mendadak aku tak 
percaya pada lidahku sendiri…            
        Percayakah engkau, betapa cinta ini merubah strategi terbesar hidupku…           
    
     Rencana terbesar hidupku bukan lagi sebuah masterpiece yang kuharap
 berujung pada nobel. Haha…bagiku nobel sastra pencapaian terbesar. 
Tapii meringkuk bersamamu membuat aku berubah haluan. Tujuan hidupku 
bukan hal remeh itu lagi. Yang paling kuinginkan saat ini hanya 
legalitas agar aku bisa terbangun di tiap pagi dan menjumpaimu masih 
terlelap. Sensasi itu tak terbayarkan dengan nobel sekalipun. Tidak 
cukup sederhanakah ini untuk kau mengerti? Tentang Legalitas itu. 
Mungkin kau menyebutnya komitmen. Atau mau yang lebih rumit lagi? Kau 
bisa menyebutnya ijab-qabul…          
        Percayakah engkau, aku yang 21 ini sudah berfikir untuk menjadi istrimu….          
   
     Menurutmu apa terlalu aneh memikirkan pernikahan di usia kita? Atau
 tepatnya menakutkan? Aku tahu konsep itu pasti menakutkan. Terlebih 
berkat selebriti kita yang baik hati, perceraian semakin popular. 
Oh…jangan ingatkan aku pada kata itu. Memikirkan pernikahan saja nyaris 
menyita semua kaloriku menjadi energi tak berguna. Tak terbayang rasanya
 harus memikirkan “cerai” sekaligus!!!                                
        Percayakah engkau, betapa rumit kesederhanaan yang aku bangun…            
   
     Aku mencintaimu. Kalimat agung itu sudah terlalu sering digemakan 
ke semesta alam. Ia bahkan masuk kategori klise. Aku malas menyebutnya. 
Tapi harus bagaimana lagi, hanya kalimat itu yang paling jujur bagiku 
saat ini….sesederhana aku menyebutnya tapii memaknainya sangat rumit. 
Sederhana ternyata relatif.           
         Hm…apa aku ngelantur?
 Bicara seenaknya? Mungkin saat membaca surat ini dahimu bekerut 
bingung… Tapi percayalah…,seperti aku selalu belajar untuk percaya bahwa
 dalam bahasa cinta yang rumit, Ia sebenarnya sangat sederhana..tak 
lebih dari sebuah kepercayaan…               
         Percayakah engkau dengan semua apa yang aku tulis di surat ini yang tak bertanggal ini….           
    
     Iya, percayalah…karena apa yang aku tuliskan bukan rayuan…  
          Tolong percayalah…aku mencintaimu sampai segenap waktupun tak 
bisa mengulum kita dalam penatnya. Aku tak melengkapi suratku dengan 
waktu. Tanggal, tahun ataupun hari. Bukan, bukan karena aku memusuhi 
mereka. Aku hanya berfikir, pada tanggal, harii dan tahun kapanpun. 
Surat yang akan kutulis untukmu tak akan berubah…Isinya tetap akan sama…
            
        Bukankah menulisakan waktu hanya mengurung 
rasaku pada dimensi sempit sang waktu? Dan itu akan mematikan surat ini,
 karena ia kutulis untuk kau baca setiap saat. Jadi tolong 
percayalah…surat terjujur adalah surat yang tidak bertanggal….        
                                                                   
                                                                                         Dari : .........     
        Dear…..  
        Percayakah engkau,bahwa ini benar-benar metamorfosis untukku…            
   
     Aku tiba-tiba seperti siput tua yang sekarat. Begitu lambat, 
merunut nikmatnya detik berlalu. Merunut tanpa menuntut. Engkau tahu? 
Kompleksitas itu nyaris hampa. Sejak engkau ada, kokoh menyelimuti 
hatiku, semuanya terlihat sederhana.          
        Apa sebenarnya
 yang engkau tawarkan? Sehingga aku mabuk kepayang di tiap jengkal 
napas? Konsep brilian macam apa yang kau punya? Mengapa aku tiba-tiba 
tidak takut menghadapi mortalitas hidup? Aku berubah….sampai sempat tak 
mengenal diri sendiri. Padahal aku pemilik sel-sel ini!!! Engkau 
benar-benar telah menjadi inti dariku. Datang seangkuh orang asing yang 
 memasuki bilirubin hatiku. Kenapa kau tidak rampok dan bawa semuanya 
pergi? Kenapa kau harus bersemayam dan tinggal dalam hati itu lalu 
membuatku mati rasa terhadap dunia?   
        Engkau orang asing 
itu, yang membangunkanku dari kematian fiktif ini. Dari remah-remah 
dunia yang dulu kuanggap hidup tapi ternyata bukan. Engkau sudah 
mengambil semuanya. Tapi tolong, sisakan tempat tertinggi itu. Jangan 
sesatkan aku. Bukankah manusia harus memiliki Dia? Bukankah Dia yang 
mengajarkan kita cinta? Lantas cinta versi apa yang akan kita jalani 
tanpa Dia?  
        Percyakah engkau bahwa aku semakin kehilangan kemampuan untuk percaya pada apapun…           
    
     Ini sungguh menggelikan, membaca peta hatiku dan hatimu membuat 
pipiku terus bersemu. Jatuh cinta membuat kita asing. Entah kenapa cinta
 ini melumat segenap kepercayaanku…            
        Aku manusia 
matematis. Butuh logika sekaligus rasa. Tapi entah kenapa dalam 
percabangan gelisah saat menunggumu, aku merasa dunia berubah ritme. Aku
 menuduh jam berkonspirasi memperlambat waktu. Dugaanku mereka tidak 
senang melihat kita. Bukankah saat kita bersama, jam tak lagi ampuh 
untuk menakutimu hingga harus terbirit-birit? Aku menikmati momen itu…  
         
         Aku mencintaimu. Sebuah kalimat naïf. Oh iya 
ajarkan aku senaif dirimu yang dengan mudah mengucapkan kalimat itu saat
 kita bertemu. Tolong ajarkan…karena lidahku bandel!! Saat bertemu 
denganmu…ia mogok untuk melafalkan 2 kata itu. Bukan karena tak cinta. 
Tapi entah kenapa di hadapanmu semuanya nihil terucap. Mendadak aku tak 
percaya pada lidahku sendiri…            
        Percayakah engkau, betapa cinta ini merubah strategi terbesar hidupku…           
    
     Rencana terbesar hidupku bukan lagi sebuah masterpiece yang kuharap
 berujung pada nobel. Haha…bagiku nobel sastra pencapaian terbesar. 
Tapii meringkuk bersamamu membuat aku berubah haluan. Tujuan hidupku 
bukan hal remeh itu lagi. Yang paling kuinginkan saat ini hanya 
legalitas agar aku bisa terbangun di tiap pagi dan menjumpaimu masih 
terlelap. Sensasi itu tak terbayarkan dengan nobel sekalipun. Tidak 
cukup sederhanakah ini untuk kau mengerti? Tentang Legalitas itu. 
Mungkin kau menyebutnya komitmen. Atau mau yang lebih rumit lagi? Kau 
bisa menyebutnya ijab-qabul…          
        Percayakah engkau, aku yang 21 ini sudah berfikir untuk menjadi istrimu….          
   
     Menurutmu apa terlalu aneh memikirkan pernikahan di usia kita? Atau
 tepatnya menakutkan? Aku tahu konsep itu pasti menakutkan. Terlebih 
berkat selebriti kita yang baik hati, perceraian semakin popular. 
Oh…jangan ingatkan aku pada kata itu. Memikirkan pernikahan saja nyaris 
menyita semua kaloriku menjadi energi tak berguna. Tak terbayang rasanya
 harus memikirkan “cerai” sekaligus!!!                                
        Percayakah engkau, betapa rumit kesederhanaan yang aku bangun…            
   
     Aku mencintaimu. Kalimat agung itu sudah terlalu sering digemakan 
ke semesta alam. Ia bahkan masuk kategori klise. Aku malas menyebutnya. 
Tapi harus bagaimana lagi, hanya kalimat itu yang paling jujur bagiku 
saat ini….sesederhana aku menyebutnya tapii memaknainya sangat rumit. 
Sederhana ternyata relatif.           
         Hm…apa aku ngelantur?
 Bicara seenaknya? Mungkin saat membaca surat ini dahimu bekerut 
bingung… Tapi percayalah…,seperti aku selalu belajar untuk percaya bahwa
 dalam bahasa cinta yang rumit, Ia sebenarnya sangat sederhana..tak 
lebih dari sebuah kepercayaan…               
         Percayakah engkau dengan semua apa yang aku tulis di surat ini yang tak bertanggal ini….           
    
     Iya, percayalah…karena apa yang aku tuliskan bukan rayuan…  
          Tolong percayalah…aku mencintaimu sampai segenap waktupun tak 
bisa mengulum kita dalam penatnya. Aku tak melengkapi suratku dengan 
waktu. Tanggal, tahun ataupun hari. Bukan, bukan karena aku memusuhi 
mereka. Aku hanya berfikir, pada tanggal, harii dan tahun kapanpun. 
Surat yang akan kutulis untukmu tak akan berubah…Isinya tetap akan sama…
            
        Bukankah menulisakan waktu hanya mengurung 
rasaku pada dimensi sempit sang waktu? Dan itu akan mematikan surat ini,
 karena ia kutulis untuk kau baca setiap saat. Jadi tolong 
percayalah…surat terjujur adalah surat yang tidak bertanggal….        
                                                                   
                                                                                         Dari : .........      
 

aqla_nn_siput: cie..ganti headshoot!!!!!!!!
aqla_nn_siput: pangeran badak kok ijo
inayahmangkulla: hehehehe
aqla_nn_siput: bang ham..
aqla_nn_siput: ada betulan di jawa
inayahmangkulla: Ia tiba-tiba bertanya : untuk apa dinding diciptakan?
Dinding,
 kataku, dibuat untuk memisah-misahnkan; yang satu jadi dua atau jadi 
bilangan-bilangan berlainan, jadi kawan dan lawan, jadi ada aku jadi ada
 kau.
Sebab, sesungguhnya, sebelum ada dinding, segala sesuatu hanya satu, hanya satu.
…
Setelah dinding-dinding didirikan, kataku, orang-orang membuat cela, membuat jendela.
Untuk apa, tanyanya.
Untuk mengantarkan uap hujan dan jari-jari angin. Untuk menghasilkan cuaca dingin.
…
Aku berbisik di telinganya : Apakah kau mau tahu untuk apa cuaca dingin diciptakan?
Agar yang terpisah direkatkan. Agar yang aku dan yang kau disatukan kembali
…
(Riwayat Dinding dan Dingin >>>> k AAN lagi!)
aqla_nn_siput: dapat di mana yang ini?
inayahmangkulla: sy krg tau...
inayahmangkulla: yg jls pernah kucatatn...
inayahmangkulla:
 bgs tinayahmangkulla: k Muhary, k Aslan, k Edo saja bilag dia jago... 
jadi mana mungking saya yg pemula bilang diabiasa sja...
aqla_nn_siput: hehe
inayahmangkulla: coba bndingkan dgn diksi kalimat ini....
aqla_nn_siput: iya jago setuju
aqla_nn_siput: hebat...em..tunggu dulu
inayahmangkulla: CERIWIS  GERIMIS
Hujan kecil-kecil mengetuk setiap kepala makhluk pemenuh jalan
isyaratkan rombongan umatnya akan lebih banyak bertamu
Mereka bercinta dengan tanah kemudian menempeli setiap kaki pembenci perzinahannya
sebagian lagi percikannya melumuri plastik lusuh tempat penumpang sepeda beroda tiga
Beberapa terpental melompat kain payung pejalan kaki
juga menabrak kepala tukang ojek motor hanya berpayungkan helm
petualangan baru membuatnya berselingkuh pada kertas buku-buku di sekolah beratap bocor
Mungkin banyak berkeinginan menyerang pejabat
ingin mengetuk pikirannya mempertanyakan mengapa dompetnya lebih tebal dibandingkan rambut bumi sang kekasih sejati
sayang tidak kesampaian karena sasaran terlanjur masuk di mobil mewah
inayahmangkulla: Sang pejabat memandang ke kaca mobil sambil menyeka gerimis yang sempat mampir
dia lega terhindar serangan air hujan
Peluru-peluru cair belum kedatangan lelah mengetuk kaca mobilnya
tak sabar memandikan si empunya walau air hujan tak pernah cukup untuk membersihkannya
aqla_nn_siput: baruka nyadar...kebanyakan puisi2 nya tentang hujan
inayahmangkulla: bgimn? bgs tdk?
aqla_nn_siput: bagus judulnya
aqla_nn_siput: ceriwis
inayahmangkulla: LEGENDA  MERAHPUTIH
Kakek tak pernah absen menyisihkan waktunya bercerita untukku
paling sering bercerita dongeng Kerajaan Nusantara kaya nan indah
dari kisahnya terbentuk mitos ibu bernama Pertiwi
Kepada Kakek saya sering minta mengulanginya
saya suka bagian terhadap asal-muasal panji dwiwarna Kerajaan Nusantara
Ibu Pertiwi menghadiahi merah pada keberanian rakyatnya
Putih atas kejujuran abdi-abdinya
Malamnya saya bermimpi Ibu Pertiwi mencuci bersih warna merahnya dengan air matanya
Pertanyaan membangunkanku : putihnya bermakna apa?
Tidak, bukan suci lagi…
Apakah berarti kalah atau mati?
aqla_nn_siput: itu kalimat tercerdasnya...
aqla_nn_siput: bahasanya tidak sepadat di KANTOR itu
inayahmangkulla: sdh bc yg kedua?
aqla_nn_siput: belum..
aqla_nn_siput: tunggu
aqla_nn_siput: hehe...maknanya dalam
aqla_nn_siput: puisi kedua tidak main dengan kata2
inayahmangkulla: hallah...
aqla_nn_siput: dia cuma petualangan makna saja...tapi bagus juga..mana lanjutannya
inayahmangkulla: terima ksih atas pujianmu...
inayahmangkulla: karena sbnranya.... itu
aqla_nn_siput: itu puisimu?
inayahmangkulla: PUISI SAYA
aqla_nn_siput: yang MANA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
aqla_nn_siput: yang kedua?
aqla_nn_siput: yang pertama?
aqla_nn_siput: dak...metamorfosa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
aqla_nn_siput: tertinggal berapa poin ma?!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
inayahmangkulla: KEDUA2NYA....
inayahmangkulla: makasih....
inayahmangkulla: klw bac tulisanmu... sya suka...
inayahmangkulla: gya tulisan kita beda...
inayah mangkulla: DEWI bgt...
haqra siput: bedami puisimu...
inayah mangkulla: pintar mainkan kat....
inayah mangkulla: hebat dia...
haqra siput: ko tau rike diah pitaloka menang di kata...
inayah mangkulla: makanya semangt lagi nulis... ok!
inayah mangkulla: saya lagi yg smgt ini...
haqra siput: puph..masih harus banyak belajar dia...
inayah mangkulla: klw saya lsgi yg down... kw lagi yg smangatikak
inayah mangkulla: iyya...
haqra siput: iya...semangat...tapi terlalu sibukaka fikir status PENGANGGURANKU..
inayah mangkulla: tapi chatkak ma k Alifiah, mantannya k AAN
inayah mangkulla: napromosikan bukunya AYU UTAMI
inayah mangkulla: BILANGAN FU**
inayah mangkulla: katanya bagus...
haqra siput: banyak buku yang mau kubaca..
haqra siput: nayla..
inayah mangkulla: iyya...
haqra siput: bukunya kak AAn..
inayah mangkulla: klw gak slah ingat... DJENAR kah?
inayah mangkulla: anah mirip2ji...
haqra siput: ayu utami yang LARUNG
inayah mangkulla: hahahaha
haqra siput: tamara geraldine
haqra siput: DEE yang perahu kertas
haqra siput: huh...
haqra siput: banyak..
inayah mangkulla: iyya.. AYU UTAMI
inayah mangkulla: gak mungkin DJENAR 
inayah mangkulla: AYU UTAMI lbh bgs tulisannya, kataya ttg politik bgt tp dia bikin tdk berat... 
inayah mangkulla: sdhmi kiutany PROF GOOGLE...
inayah mangkulla: dia ngangguk..\hehehehe\
haqra siput: hehehe...
haqra siput: hm...ayu utami...bahasanya terlalu abstrak..segmentasi p[embacanya jadi sempit..
inayah mangkulla: saya suka...
haqra siput: tapi dia tetap jago..
inayah mangkulla: penganalogian sesuatu dengan yg lain yg sama sekali gak nyambung...
haqra siput: iya
haqra siput: baru kadang dia ambigu menulis...
haqra siput: tapi aneh utu yang bikin dia bagus...
haqra siput: nah itu bedanya dia dari DEE
inayah mangkulla: helvi tiana
haqra siput: kalo DEE bahasanya luwes..makanya best seller...
haqra siput: tapi dua2nya jago
haqra siput: punya karakter masing2
inayah
 mangkulla: katanya kebanykn penulis latah, krn tlsan AYU UTAMI bgs... 
mereka ingin seperti dia, tapi terkesan PORNO daan VULGAR...
haqra siput: helvy tiana rosa?
inayah mangkulla: peniruan gagal...
iinayah mangkulla: pas debat di TV one>>> smsnya bang arham...
haqra siput: saya suka bahasa2nya andrea hirata..
haqra siput: iya
haqra siput: kalo helvy
haqra siput: dia agak teoritikal
haqra siput: kalo andrea otodiksi sasstra
haqra siput: makanya agak frontal ki
haqra siput: tapi melihat 2 orang pintar berdebat...
inayah mangkulla: bukanya ANDREA >>> O'ON?
haqra siput: yang nonton ju8ga jadi pinter
haqra siput: hehehe
haqra siput: mukenya OON....
haqra siput: otaknya...mah kagak!!!
inayah mangkulla: heheehehe
inayah mangkulla: tapi gaya bicaranya juga bioasa...
haqra siput: iya...
inayah mangkulla: gak sehebat NEO...
haqra siput: penekanan intonasi bahasa datar
inayah mangkulla: hehehehe
inayah mangkulla: tpi tulisanji mungkin di!
haqra siput: plus mimik nya juga flat..
haqra siput: tapi gagasannya bagus
haqra siput: katanya sastra itu tak harus metafora...
haqra siput: betul tuh...
haqra siput: neo?
haqra siput: siapa tu?
inayah mangkulla: noe...
inayah mangkulla: keyboardnya sdh stres....
haqra siput: heheh
haqra siput: djeng ko bilang tadi NEO
haqra siput: dia mah wajar..
haqra siput: liat bapaknya..
haqra siput: mungkin dari bayio dia sudah melek bahasa sastra
inayah mangkulla: iyya...
haqra siput: plus filsafat
inayah mangkulla: kucari di google
inayah mangkulla: dia lulusan fak fisika dan matematika di luar negeri/....
inayah mangkulla: bahaya... dua skaligus...
haqra siput: hah?
haqra siput: dia produk kapitalis
inayah mangkulla: iyya....
inayah mangkulla: MBAH>>> anggilan bgi org kampung
haqra siput: tapi kita kaum sok anti kapitalis ujung2nya bertanya ke dia
haqra siput: hehehe
inayah mangkulla: saya kn msh mhsw mknya pangil PROF...
inayah mangkulla: pulagmak dulu...
haqra siput: saya juga mo off..
inayah mangkulla: assalamu alaikum
haqra siput: hehehe
haqra siput: walaykumsalam
PERCAKAPAN VIA YM...DAK aku sayang kamu...(wuek) 


hehehe....iseng
 nih...tiba-tiba aja mau nulis tentang seseorang...hari ini unik katanya
 lantaran tanggal 8 bulan 8 tahun 2008...hm...unik dari hongkong!!!
hari
 ini samasekali tidak spesial...buruk malah....bangunnya telat,solat 
subuh hampir jam 7,mimpi aneh....(dapat kucing tapi kok mukanya kek ibu 
kos annisa dulu...wuek!!)..pokoknya hari ini aneh.....
    Yang 
paling aneh lagi...tiba-tiba saya begitu rajin ngebuka semua poto-poto 
lama....hm..hm...trus tidak tau kenapa mataku nyantol di potonya 
ITCI...hehehe...si ITCIANDAY yang unik...aneh.....oh iya tiba-tiba jadi 
ingat juga komentar pendek KEONG..."iya si itci itu coll,fresh look,dan 
muka pinternya kentara banget..."
hm....hm...keong sayang itci 
menurutmu pinter?hm..menurutku dia cerdas..gak banyak omong...tapi suka 
bercanda...sekali ngomong dunia juga ikutan ngakak..hm..sayang itci 
NONMUSLIM...hehehe...
    kalo itci baca ini...jujur saya mau bilang 
kalo banyak tuh yang ngefans sama kamu ci...dan biarpun selama ini kita 
selayaknya musuh...tapi jujur saya rindu moment 3 bulan itu...moment 
magang yang tak terlupakan...ingat seminar super sibuk itu?atau ke tim 
ajudikasi yang sok sibuk...hehehe...sudah ah...keong si itci memang 
pinter...jadi kalo ko ngefans sama dia...hm..buat dia jadi muallaf 
saja...UPS..hehe
 
    Ini benar-benar sebuah kiamat personal. Sungguh menggelikan bahwa ternyata kiamat punya edisi khusus...
   
 Siapapun tahu tidak ada yang lebih kejam dari sebuah fitnah. mungkin 
saat itu terlalu pagi untuk berdedar di kampus. Bukan masalah krusial, 
hanya persoalan alis saja. Tapi fitnah tetap fitnah. Dan hati terlalu 
dongkol untuk mempertanyakan hal remeh. Juga malas untuk sekedar ralat. 
Pada akhirnya hanya berlalu dari kampus dengan memasang wajah paling 
menyeramkan yang ditambahkan keengganan untuk menyapa 
siapapun!!!!!!!!!!!!!!!!!!
   
 Sisa dongkol itu bermuara di kamar. Menghabiskan waktu dalam ruang 
kecil itu, mungkin cuma perbuatan idiot abad 21. Tapi sejak kuliah kelar
 dan badan menjadi melar, kegiatan ini tiba-tiba menyenangkan. Detik 
menjadi menit, dan menit menjadi jam dengan hanya memandang si patner 
menulis yang sedang kasmaran dengan virus...
   
 "Secantik apakah virus itu?Sampai kau mogok untuk merealisasikan abjad 
demi abjad dalam cerpenku?Yah...nikmatilah saja momentum itu dan tunggu 
sampai duniaku sesak dengan jenuh dan memutuskan untuk membasmi virus di
 tangan sang avatar komputer...!!! Lagipula, apa kau tidak kasihan pada 
aku dan si printer, pacar lamamu? Kami terlalu lama menunggumu untuk 
sembuh dari perselingkuhan absurd itu."***
   
 ARGHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!! Dan kiamat ini semakin lengkap pada titik di 
mana hanya ada banyak percabangan tanya. lanjut sekolah? Ikut kuliah 
praktisi pengacara atau kenotariatan? Cari kerja dulu?Atau stagnan di 
titik terendah cita-cita untuk jadi penulis?Hiks...kabur!!!!
   
 EMMMMMM...kiamat ini semakin lengkap saja saat tahu si beb...bebek 
sedang marah. ia mungkin masih sibuk dengan "KOMPLAIN AJAIB"nya. Entah 
ditujukan pada siapa.
    Dan marilah kita menutup sesi menjemukan ini sembari berdoa pada ALLAH AZZAH WAL JALLA....
    "Yang
 Maha Mengetahui, tolong ingatkan aku, selalu, bahwa kiamat personalku 
hanya awal dari kiamat besar yang akan melumat bumi dengan begitu 
elegannya. Dan ingatkan aku juga untuk mempersiapkan segalanya...karena 
Engau Maha Mengetahui seberapa sering aku melupakannya. Dan yang 
terakhir, maafkan kalau doa kali ini kurang anggun, aku hanya sedang 
jengkel karena si penjual es krim belum muncul.AMIN!!!!!!!"
***Percakapan irrasional, bukan 2 arah, bahkan 1 arahpun bukan. Tepatnya tanpa arah... 
 
  
Alhamdulillah
 “MY THING”…pertamaku akhirnya kelar juga…setelah ngegenjot badan 
begadang melulu trus porsir tenaga dan fikiran habis-habisan, akhirnya 
kerjaannya kelar. Hm..biarpun masih bukan novel ataupun kumpulan cerpen 
tapi cuman skripsi (hehe..). tapi tetap saja bangganya selangit!! 
Menulis kan bisa dalam banyak hal, skripsi juga bisa jadi kebanggaan..apalagi kalo dikerjainnya bercucuran keringat..hiks!!! 
Nah
 skripsi kelar…selamat tinggal bahasa super kaku bin ‘njlimet!! Sekarang
 yang bikin dilema lagi adalah style KATA PENGANTARNYA (ribet banget 
sih..). sebenarnya kalo mo nyontek skripsi yag dipajang diperpustakaan, 
nulis Kata Pengantarnya gampang n datar. Kata-katanya banyakan sederhana
 banget…(buat saya lo!!!), gak ada yang sesuai dengan apa yang ada di 
kepalaku. Nah karena merasa kurang sreg..akhirnya mulailah membuat 
haluan baru…hehehe..maksudnya mengkonsep kata pengantar bin jijay n sok 
puitis sebagai pembuka skripsiku cayang!!! Kan jarang tuh yang seperti itu…hehe
Hm…seperti
 biasa kata pengantarnya dimulai dengan basmalah. Trus mulailah 
kalimatnya mengalir menuju ke orang-orang yang menurutku patut n kudu 
dapat ucapan makasih!! Hm..ada banyak di list ku…sampai puyeng 
ngaturnya..karena ternyata kalo mo dikasih masuk semuanya Kata 
Pengantarnya ada 11 halaman (haha serakah ya!!!). Alhasil berdasarkan 
pengiritan n penyeleksian secara terperinci jadilah Kata Pengantarku 6 
halaman yang memuat orang-orang yang menurutku ngebantu banget dalam 
nulis skripsi baik itu langsung atopun gak langsung. Heheh…saya sampe 
bacanya berkali-kali saking senangnya!!
Gak
 mentok sampe situ, saking bahagianya iseng-iseng nge-SMS beberapa orang
 yang ada di list ucapan terimakasihku di kata pengantar. Jawabannya 
beragam..ada yang bikin senang, ada yang bikin bibir manyun…dan ada yang
 bikin nyesel!!yaks..
 SMS PERTAMA
Aqla :  “Molekum. Apa kabar?Eh..neng kemarin sudah skripsi n namamu     ada
 di list ucapan terimakasihku. Pelupa begini, saya masih inget kalo kita
 sahabatan dari TK..heheh jadi namamu wajib ada di ucapan 
terimakasihku.” (pamer..)
Inna : “Iya…gak perlu laporan!! Mungkin karena seorang aqra terlalu   berarti buat saya, jadinya DeJavu deh….”
                          *em..bacanya sambil nyari tissue saking terharunya!                
              SMS KEDUA  
Aqla :     “Ass. Wi’ di kata pengantarku ada special thanks untuk kau.                  Soalnya bantuanmu banyak ke saya, makasih yah…skripsiku dah kelar. Maksih banyak.” 
Dewi’:  “Wss…aduh aqra tidak usah soalnya di kata pengantarku juga tidak ada namamu di list terimakasihku...”
                          *Hiks..langsung manyun semeter...KEJAm!!!!!  
SMS KETIGA  
Aqla       :  “Ass.Pandu lagi apa? Em..marah tidak kalo namamu kupajang di  ucapan terima kasih di kata pengantar skripsiku?Wss”
Pandu : “Iyya gak papa aqra....malah saya senang!! Tapi ada syaratnya..ntar kalo mo poligami siap-siap kuhubungi yak?!!!!”
                   *Mata
 terbelalak…candaan garing yang terlalu sering Pandu bilang!!! Tapi sesi
 ini apa hubungannya, gak nyambung!!!!!!!!!! Setia banget anak yang satu
 ini ngerayunya…tapi lama-lama menakutkan!! Sudah kesekian kali dia 
bilang gitu..hiiii..ngeri!! Nyesel SMS dia…
             SMS KEEMPAT  
Aqla  :     “Ass.Namamu
 nongol di skripsiku djeng!! Kutaruh di ucapan makasih bagian kata 
pengantar. Ntar namaku juga nebeng yak di kata pengantar skripsimu kalo 
dah skripsi (ngarep). OK beb!!Wss”
Ayu :   “Wss.
 APA?!!!!!!!!!! Sudah kelar ujian meja?!!!!!!!!! Knp tidak kasih 
kabar..penghianat!!!!! Besok ketemu di tempat biasa, trus meluncur ke 
MINAK JINGGO. Jangan lupa bawa uang banyak…soalnya warga Annisa semua 
dah baca SMSmu!! Jangan lupa…besok jam 3. Ok!!!wslm”
       *hiks..hiks..baca SMS sambil  ngeraba-raba dompet,,serasa dirampok..padahal
 niatnya pamer klo saya sayang mereka...makanya  namanya nongol di 
ucapan makasihku!! Huh..kalo tau ujungnya gine..gak usah laporan..GAK 
PENTING!!!
*temenku bilang iseng...tapi tetep kucantumkan bang arham di ucapan makasihku...hehehe gak percaya?
 
  
arham rasyid: walaikumsalam..
arham rasyid: dimana q? warnet?
haqra siput: invisibleq?
haqra siput: iya..
haqra siput: temani sepupu..
arham rasyid: sorry, jam segini koneksiku dodol..
haqra siput: kak jadi harganya bukuta tetap sama kayak kemarin?
haqra siput: ato pihak gramed kasih naik?
arham rasyid: wah, itu bukan saya yang tentukan de'..
arham rasyid: yup, pihak gramed keknya..
haqra siput: hm...
haqra siput: hm...
haqra siput: hm..
haqra siput: hm..
haqra siput: em...waktu tinggal di MKS kita tinggal di mana kak?
arham rasyid: kerja dimanaq?
haqra siput: hiks
haqra siput: hiks
haqra siput: tua sekali mukaku?
haqra siput: iya kah...?
haqra siput: masa kerja..
haqra siput: saya anak kuliahan kak...
haqra siput: teman sefakultas juga se-jurusan sama nayah...
haqra siput: saya anak hukum UNHAS
haqra siput: belom kerja..
arham rasyid: nda pernahka tinggal di Mks, paling jalan2 ji.. 
haqra siput: oh...
haqra siput: tapi kita orang bugis kak?
arham rasyid: ooow..
arham rasyid: sa kira sama-sama nayah di hikari cellular 
haqra siput: hm...
haqra siput: mau saya ceritakan?
haqra siput: kita kayaknya sibuk...
arham rasyid: huhuhuhu.. koneksiku lemot.. 
haqra siput: hihih
haqra siput: gratisan toh kak...
haqra siput: jadi terima apa adanya..
haqra siput: iya jangan balas saja
haqra siput: biar saya yang cerita...
haqra siput: saya suka cerita...
haqra siput: hehe
arham rasyid: huaaaa...
arham rasyid: iya, lanjut deh..
haqra siput: hm...saya ma nayah sama-sama anak hukum yang mangkir dari HT
arham rasyid: mending lemot tapi gratis, daripada smsan mandre ongkos.., wakakakaka
haqra siput: hehehe
haqra siput: gratisan itu tidak kenal kata mengeluh kak...
haqra siput: makanya jangan mengeluh..
haqra siput: aduh apa yang mo kucerita tadi di?lupa mika kak...
arham rasyid: HT? hizbuttahrir?
haqra siput: iya...
haqra siput: hehehe
haqra siput: saya ngaji di situ...
haqra siput: suka...
haqra siput: tapi lama-lama...ada yang bikin tidak nyaman...
haqra siput: saya sama nayah keluar...
haqra siput: nayah ikut di KAMMI
haqra siput: saya tidak ikut mi apa-apa...
haqra siput: gitu...
haqra siput: saya ma nayah bukan patner kerja tapi patner kuliah ji kak...
haqra siput: tapi saya ma dia cocok kalo bicara...
haqra siput: jadinya sahabatan mi
arham rasyid: Ooow, sama je q..
haqra siput: dia yang kasih tahu tentang kita
haqra siput: heheheh
arham rasyid: saya malah lbh ekstrim, sy pernah aktif di wahdah..
haqra siput: tapi bukan perusak sistim
haqra siput: pas saya tinggal perasaan sistemnya tidak rusak ji
haqra siput: hehehe
haqra siput: em iya
haqra siput: tahu...
haqra siput: nayah cerita....
haqra siput: knp kita keluar kak?
haqra siput: maaf kalo cerewet ka
haqra siput: hihih
haqra siput: kak...mo ma pulang....
haqra siput: tidak marah kalo CHATNYA kuposting?
haqra siput: heheh
haqra siput: tidak dibalas arinya iya tidak marah
haqra siput: hore...
haqra siput: wslm..
arham rasyid: hehehe, gpp ji..
arham rasyid: sy nda keluar, sy msh seringji dipanggil kalo ada kegiatannya..
haqra siput: oh... 
 Tidak
 tahu mau mulai cerita ini dari mana…mau mulai dari rasa benci, takutnya
 ujungnya dosa lagi…..kalo mau dimualai dari rasa senang…walah gimana 
caranya wong saya benci banget ma nih orang!!!!!!!!!!!! Namanya Mulan 
Jameela, aslinya sih Wulan Sari (jauh amat!!!!!!!). Seantero Indonesia pasti  sudah tahu dia dan mungkin gak sedikit yang menjadikan dia idola….
  Tidak
 tahu mau mulai cerita ini dari mana…mau mulai dari rasa benci, takutnya
 ujungnya dosa lagi…..kalo mau dimualai dari rasa senang…walah gimana 
caranya wong saya benci banget ma nih orang!!!!!!!!!!!! Namanya Mulan 
Jameela, aslinya sih Wulan Sari (jauh amat!!!!!!!). Seantero Indonesia pasti  sudah tahu dia dan mungkin gak sedikit yang menjadikan dia idola….
Maaf kalo tulisan kali ini rada emosi....                
RONDE 1
            Kemarin
 lagi ngurus skripsi di kampus...ngejar tanda tangan dosen dan sedikit 
revisi. Hari itu kampus lagi sepi...karena dosennya belum datang, 
akhirnya saya putuskan nunggu di halaman fakultas..adem di sana, banyak 
pohon-pohonnya. Mood saya hari itu lagi 
bagus-bagusnya...tapi...tiba-tiba segerombol mahasiswa cowok lewat depan
 saya. Mereka juga agaknya mau duduk di taman...iya benar mereka duduk 
di taman depan fakultas dekat tempat saya duduk... awalnya mereka cuma 
bercanda-canda sambil ketawa tidak jelas...tapi 15 menit kemudian, 
suasananya jadi semakin ricuh terutama saat salah satu dari mereka 
nyetel lagunya Mulan Jameela keras-keras...
            Mereka
 semua ikut bernyanyi tapi...mengganggu sekali...saya jadi sewot...tapi 
saya milih diam saja...tapi ada yang bikin saya marah sekali...hiks 
sedih juga..mereka seperti bukan civitas akademika yang berpendidikan...
            Tau kan lagunya mulan jameela...MAHLUK TUHAN PALING SEKSI...pada bagian Chorus nya ada suara aneh (desahan...) yang untuk saya  annoying
 banget!!! Iya pas bagian itu, segerombolan anak cowok yang depan saya 
pada kompak ngikutin dengan suara yang disetel lebih nepsong dari Mulan 
Jameela sambil cekikikan dengan muka aneh..saya tahu apa yang bikin 
mereka cekikikan gitu...
            Mereka gak
 nyanyi sebenarnya...Cuma kayak bersenandung..tapi pas bagian desahan 
itu..mereka kompak bersuara sambil kembali cekikikan dengan muka 
aneh,,,gak hanya sekali tapi berkali-kali..dan hanya pada bagian ”itu” 
yang mereka ulang-ulang...shit..saya gak tahu mo bilang apa!! Tapi 
sebagai perempuan saya ngerasa mereka gak ngehargai saya...saya kan 
duduk pas depan mereka...hiks..
            Sumpah saat itu saya jengkel gak tahu mau bilang apa...sedih juga...ternyata kampus gak menjamin orang punya attitude.
 
RONDE 2
            Hari
 itu semua sepupu lagi kumpul-kumpul di rumah nenek. Adik-adik sepupu 
saya banyak yang masih kecil, umur 5-6 tahunan. Masih pada lucu-lucu. 
Gemas lihatnya...imut banget mereka. Fikirannya pasti masih lugu-lugu. 
Saya dekat sama semuanya...mungkin karena saya masih kekanak-kanakan 
dibanding sepupu lainnya yang seumuran saya.
            Sedikit
 bosan juga di rumah nenek, rame sih tapi gak ada kegiatan berarti. 
Sampai akhirnya susana jadi rame pas salah satu tante nyalain TV...trus 
manggil semua adik sepupu yang masih ingusan itu untuk bergaya depan 
TV..
            Moment itu benar-benar hampir 
bikin saya muntah..adik-adik sepupu saya yang tadinya saya pikir lugu, 
imut...berubah jadi monster...
            Mereka
 bergaya sambil pilin baju sampai di atas perut..trus bernyayi dengan 
riang ngikutin si penyanyi di TV..coba tebak siapa penyanyinya? Yup 
Mulan Jameela lagi...
            Hiks..adik-adiku
 yang manis muncul dengan wajah lain. Mereka hapal lagu itu...mereka 
fasih menyanyikannya...termasuk desahan gak jelasnya itu,hiks...saya 
cuma bisa miris...kasian mereka...belum saatnya sampah itu mereka 
dengar..yang lebih aneh..tanteku hanya ikut ketawa-ketiwi bangga lihat 
anaknya sejago itu menirukan Mulan jameela...Hiks.. 
RONDE KE-3
            Tahu
 acara di salah satu stasiun TV yang sedang populer banget di kalangan 
ibu-ibu?Itu lho...acara yang artis ma mamanya duet...yang ada madam 
ivannya, ruben onsunya..plus eko patrio. Dah tahu?
            Saya
 gak suka acara ini. Dan ketidaksukaan saya semakin lengkap pas jumat 
tanggal 9 mei jam 09.05 WITA. Ada apa sih tanggal itu? Tanggal itu ada 3
 DIVA MANULA sedang beraksi (masing-masing ibu dari DENNY CAGUR, YADI 
SEMBAKO, dan BEDDU). 3 Diva manula ini sudah tua..mungkin 57 
tahunan-lah, tapi malam itu mereka disetel dengan muka lain…mereka 
tampil sebagai 3 diva manula genit dengan muka Full riasan dan bernyanyi
 dan bergoyang a la Mulan Jameela  (again…?!!!!!!!!!). Lagu yang mereka bawakan secara MAHLUK TUHAN PALING SEKSI.  Naudzubillah…pas
 bagian yang mendesah itu mereka semua di mata saya buka seorang ibu 
lagi…saya ngelihatnya aneh (coba bayangkan ibu anda bernyanyi dan 
bergaya a la Mulan Jameela)..ada perasaan yang kurang bisa saya 
jelaskan. Yang pasti perasaan itu mixed!!! Sejahat itukah Mulan Jameela?
            Ada
 yang salah di tatanan nilai sosial kita…dulu musik adalah sebuah 
estetika yang penuh dengan pesan dan nilai kesopanan yang mengajarkan 
kebaikan. Dan sekarang buka mata kita lebar-lebar….masihkah musik diartikan seperti itu?
            Saya benci lagu MAHLUK TUHAN PALING SEKSI…..!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!    ] 
  
 molekum......
molekum......
hai ini aqla lagi......lagi iseng saja mau berbagi cerita
gak tau kapan cerita ini sampai di telingaku
yang pasti ceritanya bikin kita kudu mikir-mikir lagi
ceritanya berawal dari semua barang-barang yang dijejer di supermarket
supermarket ada pembeli dan ada produknya..
pembeli kalo suka sama barangnya biasanya dikasih kesempatan untuk nyoba produk testernya dulu...
prosuk
 tester tuh barang yang udah segelnya dibuka terus semua pembeli alias 
pengunjung bisa nyoba sesuka hati...segelnya dah dibuka seh......
tapi kok aneh ya........
kalo sudah coba testernya, trus klop kok pembeli malah pilih barang yang masih lengkap ma segelnya.......
bukannya malah beli barang yang sudah dicobanya tadi.......
hiks.......
coba analogikan pembeli itu cowok dan testernya cewek......
deg...
banyak
 cewek di mana-mana yang bisa cowok lihat-lihat pahanya, rambutnya, 
bahkan sampai bagian yang seharusnya ketutup bisa dilihat bukan cuma 
lihat, nyoba juga bisa...for free lagiiii.......dunia sekarang memang 
gila...
tapi coba tanyakan dalam hati kamu yang paling dalam.......
kalo di supermarket saja kalo mau beli barang kita maunya yang masih ketutup
kalo bisa yang masih lengkap ma segelnya...
tapi
 kok masalah pendamping hidup dunia dan akherat kita gak milih yang 
tertutup....orisinil.kasarnya perjaka tulen ma virgin asli....?
ayooo...jangan bodohin diri kamu...
manusia dengan barang
ya jelas mulia manusianya
lha kalo barang kita nuntut yang belom kurang apa-apa
kenapa manusia yang akan jadi pasangan hidup kita juga gak nuntut yang masih gak kurang apapun........
heheheheheh.........pupfh...tapi kayaknya saya lupa
kita hidup di dunia aneh yang kata manusiawi gak beken lagi
yang beken tuh semau gue....
iya kan.....
wassalam 
Rayuan Gombal Abad 21

kudapat di diarynya temanku.............
heheheheheheh
mewek deh jadinya pas baca tuuuuuuuuuuu rayuan gombal
tapi berkelas banget gombalnya........
Here's gombalna
Cwo: "Selamat Hari Ibu Yaaaaaaaaaa..."
Cwe: "Eh..Iya...Makasih..."(berfikirrrr...)
         "nggg...lho kok bilang gitu ma saya?"
         "Mang saya ibu-ibu!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Cwo: "iya...kamu seorang ibu.."
            "ibu dari anak-anaku kelak"
DUING_DUING_DUING......
SAYA MELELEH BACANYA>.....
KALO ADA COWOK YANG BILANG BEGITUUUUUUUU
SAYA CUMA MAU BILANG......"I'm YOUR WIFE WANNABE!!!!!!!!!!!!!!!'
HEHEHEHEHEHE
Sayang Cowok-cowok sekarang gombalnya pada bikin muntah saja
gak kreatif
bikin hati miris
mual......trus muntah....
hehehehehehe
just kidg
aqla
 
 Reuni Lajang
Reuni Lajang
 
          NINING, ruang kantor full Ac yang pengap!
          Matanya bergeming dari monitor komputer, mengamati. Ada banyak ekspresi aneh yang muncul silih berganti di wajah itu. Aku sudah lelah…..,pekiknya dalam hati. Ah…..Nining, betapa malangnya kau!!!! Hatinya terus memaki.
           Ia
 mendesah panjang. Entah sejak kapan ia menjadi gadis tipe worckaholic 
seperti sekarang ini. Ia tak tahu. Tepatnya ia sangat malas untuk tahu! 
Terkadang ia sangat ingin menikmati hal-hal kecil yang tak pernah ada 
cukup waktu baginya untuk dilakukan. Entah itu mengurus dapur, 
membersihkan kamar, berkebun bunga….dan bla-bla-bla-bla…..!!!! Oh don’t be dreaming…..sergahnya buru-buru.
          NINING. Gadis berambut coklat sebahu. Ia tipe wanita yang mempunyai bergaining power yang tinggi. Malas
 untuk sekedar berkompromi bahkan dengan dirinya sekalipun. Tipe yang 
tak punya waktu untuk seorang pria tentunya. Pikirannya tak punya 
sedikit celah untuk yang satu itu. Waktunya ia habiskan untuk 
bekerja…..meeting….laporan….evaluasi kerja….nego….dan banyak lagi tetek 
bengek yang sekarang ini bosan untuk ia ingat. Jadi wajar pria tak 
membuatnya ketar-ketir di usianya yang sudah menginjak 30 . Usia yang 
sudah lebih dari mapan untuk menikah.
          APA……….MENIKAH!?
 Huh… jangan coba katakan padanya hal yang satu itu. Umur bukan bukan 
motivator ulung bagi nining. Ia belum ingin menikah….BUKAN TIDAK INGIN MENIKAH!!!!!!! Buktinya
 ia pernah juga jalan dengan seorang pria. Anton, eksekutif muda dengan 
jiwa petualang, dari keluarga ningrat, tampan, sukses…. Jadi apalagi 
yang ia tunggu?!!! Tapi Nining adalah Nining…dengan sedikit 
keangkuhannya ia menolak ajakan pria tersebut untuk menikah. Saat itu 
semua orang menganggap ia bodoh…atau mungkin gila. Tapi menurutnya ia 
bukan calon istri yang tepat untuk dikurung di rumah setelah ijab 
kabul!!!!!! Dan Anton maunya begitu….tapi Nining jelas tidak. Ia tetap 
seorang wanita mapan yang punya bergaining power yang tinggi…MALAS UNTUK
 SEKEDAR BERKOMPROMI.
          Seperti
 pagi ini ia sedang terkurung di tempat yang lebih sering ia tempati di 
banding kamarnya sendiri. Ruangan yang dulunya adalah sebuah metamorfosa
 dari gengsinya yang sangat memakan banyak energi. Sebuah kebanggaan 
tepatnya, memangnya siapa lagi gadis seusia dia yang mampu menduduki 
jabatan seperti Nining di perusahaan ini? Dan ya…lihatlah ia sekarang, 
ia tak lebih dari seorang robot yang hanya bisa menyenangkan bosnya 
ketimbang membahagiakan dirinya sendiri. 
          Tiba-tiba Mira, asistennya, membuyarkan lamunannya. Dengan muka dinginnya ia menatap Mira. “Ketok pintu dulu Mir…”ucapnya dengan nada yang dilembutkan…
          “Maaf bu, tapi tadi saya sudah mengetuk pintu ibu. Tapi tak  ada
 jawaban.” Mira menyahut setengah bingung. Sementara Nining hanya bisa 
mendesah panjang. Rupanya ia melayang terlalu jauh tadi. Aktifitas 
paling baku sedunia yang hanya bisa membuang  kalori serta detik menjadi tidak berguna…..
          “Ada apa?” Ia mulai membangun semangatnya. Semangat yang ia mulai dengan sebuah tanya..
          “Tadi
 ibu dapat telfon dari seorang bernama Norah.” Mira membuka agendanya. 
“Ia tidak meninggalkan pesan, hanya meminta saya untuk mengingatkan ibu 
tentang acara tanggal 23.”
          “Oh…..” Ia mendesah. “Hanya itu?” lanjutnya setengah antusias, setengahnya lagi malas. Mira mengangguk.
          Ia
 kembali mendesah. Akhir-akhir ini, ia mulai berubah menjadi orang 
dengan hobi yang entah diadopsi dari planet mana. MENDESAH. Tapi keadaan
 yang memaksanya begitu. Dan detik ini memori lapuknya kembali 
berputar.......Tanggal 23 bulan ini ia harus kembali berada pada 
komunitas menjengkelkan yang isinya hanya orang-orang dari masa lalu. 
Reuni. Perkumpulan yang isinya tak lebih dari serangan Nuklir dasyat 
dimana pertanyaan licik menjadi senjata utama yang beracun. Objeknya 
bukan lagi nyawa tapi pikiran. Mereka semua berkumpul…tanya sana-tanya 
sini….todong sana-todong sini. Ah…sedemikian klise bagi Nining untuk 
kembali diingat. Betapa tidak, kalau yang dipertanyakan hanyalah 
pernikahan, keluaraga atau yang lebih parah lagi anak!!!! Ninig refleks 
bergidik. Ia merasa tertekan jika diberondong pertanyaan tipe dongkol 
macam itu. Tapi yang lebih mendongkolkan lagi, ia tak bisa berkelit 
apalagi lari. Dan sekarang ia mesti membangun mentalnya, bata demi bata.
 Sekarang saja ia mulai membayangkan, bagaimana reuni itu nanatinya. 
Pasti tidak beda jauh dengan yang lima tahun lalu. Bahkan mungkin lebih,
 mengingat usianya yang makin nambah.
          NORAH, kebun bunga di belakang rumah.
Norah
 tercenung. Matanya menerawang jauh. Entah sejak kapan ia terkapar dalam
 khayalannya, di tengah hiruk-pikuk aroma bunga yang pekat. Ia 
semestinya tak berfikir macam-macam, ah….Norah yang terlalu pemalu. 
Norah yang pencemas….gugup…dan tak bisa berbasa-basi dengan siapapun. 
Mungkin itu sesungguhnya yang membuat ia selalu terasing. Tak ada yang 
sanggup berhadapan dengan sikap canggungnya. Tidak ada ada orang lain, 
tidak pula dirinya sendiri.
Ia berusaha beranjak dari pikirannya yang ngelantur. Norah...tak bisakah santai dan berkenalan sejenak dengan dirimu sendiri,
 sapanya dalam hati. Ia tersenyum simpul. Entahlah, ia rasanya malas 
hadir di reuni kali ini. Tapi mesti bagaimana lagi, ia tak punya alasan 
untuk absen. SELALU SAJA BEGINI, desisnya tenang. ANDAI ADA SEORANG PRIA
 YANG MAU MENEMANI AKU KE REUNI ITU. Ia membatin kembali. Ide yang tak 
pernah ia realisasikan. Selalu mentok, tak berkelanjutan.
Sejuta
 penat rupanya sudah tercangkok dalam batok kepalanya. Ia sangat ingin 
lupa semua hal yang diingatnya tentang reuni lima tahun yang lalu. Tapi 
ia benar-benar tak tahu caranya untuk lupa. Tiba-tiba retina matanya 
dipenuhi dengan tatapan-tatapan iba temannya. Ajeng, teman sekelasnya 
yang memulai kehidupan rumah tangganya di usia 22 tahun. Ia berseloroh 
renyah saat itu.
“
 Norah,,,,masalahmu hanya satu. KURANG PROMOSI. Sifat pemalumu itu tak 
lazim. Apa yang bisa membuatmu malu?” Ia sepertinya mengatakan itu tanpa
 beban. Sementara Norah, ia merasa di hantam…..seolah-olah ia baru 
bertemu dengan sang kebenaran yang lama tersisip entah di mana. Ia 
menjadi bingung. Ucapan lima tahun yang lalu membuatnya limbung di sudut
 pengap tanya sampai sekarang. Padahal lima tahun bukanlah waktu yang 
singkat untuk merenungi dan mencerna kata-kata Ajeng. “KURANG PROMOSI 
dan PEMALU”. Ucap Norah pelan, masih dalam ketidak mengertiannya.
YUSAULA, di tengah hiruk-pikuk pesta.
“Ah….aku
 tidak termakan idiologi kolot macam itu!!!!” Ayu mencibir. Seketik raut
 mukanya menjadi masam. Penyebabnya hanya karena Reno berinisiatif untuk
 segera menikah. Bagi Reno itu adalah inisiatif paling brilian dan 
klimaks dari sebuah hubungan. Tapi bagi Ayu, itu inisiatif dan keinginan
 paling norak sedunia.
Ia
 tak habis fikir, segampang itukah menjalin sebuah komitmen. 
Bagaimanapun Ayu takut, bukan….bukan takut pada komitmen itu. Tapi pada 
imbas komitmen tersebut. Major bullshit!!!! Ia mengumpat  pada dirinya sendiri.
Sementara
 Reno tak bisa berbicara apa-apa. Ia mandek pada titik kejenuhan untuk 
menunggu Ayu, pujaanya, siap menikah. Reno bingung, Ayu kalap.
“Sudah
 kuputuskan, tak ada pernikahan. Tak ada embel-embel komitmen tolol 
macam itu. Aku terlalu liar untuk kau ikat. Dan yang lebih penting aku 
terlalu naif untuk menerima tawaranmu”. Ayu berseloroh sambil berlalu. Reno hanya mematung. “Jawaban yang teramat begitu eksotik”.
 Batinya. Ia tahu segalanya akan berakhir begini, tapi cintanya pada Ayu
 memaksanya untuk menyimpan ketakutan tersebut di ujung pikirannya agar 
tidak menyeruak bagai paradigma pelik yang tak punya ujung. Ia 
menyerah…Reno sudah terkulai tanpa daya. Ia tak punya stok keberanian 
lagi untuk menatap Ayu pergi. Ia hanya tuduk. Tunduk untuk sebuah 
kejenuhan.
MENTOK JUGA IDENYA.............PLIZZZZZZ sUMBANGIN IDENYA 
 
 
   Huahhhmmmm....ngantuk! Selaput mataku kok tiba-tiba menjelma menjadi 
pengangkut batu yang payah. Hal sama sepertinya terjadi pada teman 
sebelahku yang dengan gigihnya menahan kantuknya, dia tetap memelototi 
dosen yang menerangkan siang itu. Dia menoleh padaku, saya tersenyum 
melihat wajahnya. Wajahnya tak lagi mencerminkan wajah Usagi Sukeno yang
 lucu dengan mata besarnya. Dia beralih mengambil selembar kertas putih,
 kebiasaan! Saat-saat begini paling asyik chating. Dia berikan kepadaku.
 
   Di atas kutulis tebal-tebal ASOY MESSANGER. Iconnya berupa SMILE yang
 mempunyai rambut yang seperti kilat, kedua matanya berbentuk huruf X 
sedangkan bibirnya agak keriting. Kuberikan tanda panah ke samping SMILE
 tersebut sebagai penjelasan : "Smilenya habis kena setrum, ya jdnya 
begini degh!"
    Loading...
NAYA   : Aqra..., ngantuk skalika!
AQRA   : sy jg.bsk2 bw bntal dan ksur ya ke kmpz y!
NAYA 
   : kurang ajjjeeerrrr!!!Aqra, sy kn org baik, sy sll memprhatikan 
teman,elleh elleh!puji ale. kok di bawah matamu makin hitam?
AQRA    : ndak bisaka tidur, nanti jam 3 brkak bisa tidur
NAYA    : dewh, jd tdk enak nih. jgn mikirin sy, sy baik2 sj.
AQRA    : satu kalimat :'INGIN QJTAK KPLMU!'
NAYA    : he3.wewewe, bo2ko pagi2 neng, spy segarko ke kmpz. sy insomniaku gak trllmi skrg. kdg2ji.
AQRA    : mang gw pikirin. mata hitam? trend lagi...
NAYA    : trend apa? trend ikut2an make upnya pemeran2 hantu/pocong kyk di sinetron2 skrg...?
AQRA    : biarin...ngetrend krn tdk ngetop!
NAYA 
   : allllah, banyak gy lu! 'ngetrend krn tdk ngetop!' sepertinya pernah
 baca. oh...itu yang di mading PLEDOID thn lalu..hehehe...gambar 
bawahnya SUMANTO AMM, (AMM : ahli makan 
mayat-red.)hiiii...takyuuuttt....dasar... temannya SUMANTO...hi...brarti
 ko SUMANTI...hi...takut!!! takuttt SUMANTIIII....nggerriii!!!
AQRA    : he3. kok jd gak ngantuk lg yah?
NAYA    : hah, dasar setan!!!
AQRA    : ei..., INAYAMANGKULLA, seandainya hari ini adalah hari mencuri sedunia, komo mencuri apa dari saya?
NAYA    : pa yah? mncr wkt kecilku lg...
AQRA    : dasar sinting... maksud gw apa yg lo mo cr dr saya? hi...lama-klamaan kujitak btulan kplmu inihe...
NAYA 
   : oh..., sori. apa yeh... nyuri KY!tp... ha...gak mau ah. nanti KYnya
 nangis minta dibalikin ma yg empunya. nyuri komputermo, tp malas, berat
 skali..., seandainya laptop.
AQRA    : kl sy, pgn nyuri 
nenekmu...nenekmu lucu, sdh tua tp kreatif, rajin dan pastinya ngalahin 
ibadahmu... kmu? kpn shalat malamnya dan ngajinya?
NAYA    : 
curimi...tp ada syaratnya. ko hrs jd tukang pijitnya, sdiakan tlingamu 
utk crita2nya skaligus omelannya (tambah hr tambah cerewet), blikan dia 
permen KOPIKO kl hbs mkn, kipas2 dia kl lg kpanasan,puasss looo... baru 
rasah!
AQRA    : ampuuunnnn....kl bgt curi semangatnya NAYA utk jln kaki sj
NAYA    : bah, itu mah bukan semangat, tp kbiasaan.
    Dia melihatku menguap lg...
AQRA    : dasar KUDA NIL..
NAYA    : ha? KUDA NIL?
AQRA 
   : iya... hanya kuda nil yg sll menguap. tp mana ada kuda nil pake 
jilbab. bgsan BADAK... krn badanmu besarji toh...hehehe!
NAYA    : iye, kutaukmoko kurus skrg SIPUT. SIPUT?hem cocok jg. kamu lambaaaaanmnn bgt jln...
AQRA 
   : iya..., SIPUT?hi...kerrreeen nayah, makasih nah!bikin mail deh pake
 nm SIPUT, bikinkan yah kl kpn2 kmu ke warnet. kl nayah apa dik? BADAK 
di kelas tapi KERETA API di jln. tuuut tuuut tuuut..., tdk mo 
tungguiki...
NAYA    : iya Tn PUTri siPUT yg sering pake bj PUTih, 
nanti tak bikinken yg ada siput2nya.kl aqra : di jln SIPUT tp kl di 
kmpz... KUDA LIAR dalm bgosip, tdk hbs2 bahannya tu bgosip...
AQRA    : dasar BADAK...yang punya hobi seperti dukun cabul---pake hitam.
NAYA    : okeh...okeh... HITAM vs PUTIH, BADAK vs SIPUT, hayo... sapa yg menang?
AQRA    : sy donkkkk
NAYA    : he... sy punya ide, pakah ko mlihat bohlam yg tiba2 mnyala di atas kplaku?
AQRA    : ha? dasar gillla, dasar gila ngomik!apa idemu bedek...
NAYA   : kita bikin catatan b2. bagaimana? judulnya BADAK VS SIPUT, trsrah mo tls apa, gambr jg boleh...bgmn?
AQRA    : wii..asik dak...
NAYA    :oke, nanti sy mampir di ABDI AGUNG bli buku tulis untuk itu...
 
   Pertemanan kami hanyalah di dunia nyata... tapi kami adalah musuh di 
DI DUNIA TULIS MENULIS. SIPUUUUUTTTT, mengapa ko tidak pernah membalas 
dendam padaku? banyaknamih tulisanku di buku itu, tapi kamu.... kamu... 
sediiiikkkiiiit sekali. ha.., saya tidak puas dengan pembalasn dendammu 
padaku...
    SIPUUUUTTTT, loe gak aciiikkk bwanget! 
 
 Filosofi Perut Gendut
Filosofi Perut Gendut
 
Haqra Dewi Safytra
            Karin
 terhenyak mendapati bayangan tubuhnya di cermin. Betapa ia telah banyak
 berubah. Wajahnya masam, alisnya mencuat ke atas, Jidatnya berkerut 
berapa lapis, belum lagi bibirnya yang dari tadi mendesis jengkel. Karin
 tengah seok dengan rasa percaya dirinya.  Sesekali
 ia menarik napas yang panjang dan menghembuskannya seketika. Sudah 
puluhan posisi yang ia coba, namun cermin seukuran badan yang dibelinya 
di Brazil waktu bulan madu itu tak memberinya sedikit saja kesenangan. 
Karin semakin mendelik. Wajahnya yang tadi masam kian buram. Kemudian ia
 menghempaskan badannya di ranjang.  
            “Welcome to the ‘Mak-Mak’ club”. Desisnya hopeless.
            Siapa
 yang tidak kenal Karina Larasati? Si ratu pesta yang ramah, pintar, 
cantik dan tidak ketinggalan tubuh bak model plus berhasil menikahi 
Bimalarang Prajuda Dinata. Sesi ini tidak berlebihan, Karin memang 
sesempurna itu kok!!! Dan hidupnya semakin sempurna pada saat ia menikah
 dengan Bima. 
            Sekarang pertanyaannya, siapa yang tidak mengenal Bimalarang Prajuda Dinata?!! Putra tunggal seorang pengusaha perusahaan Multinasional yang asetnya ada di beberapa negara. Sosoknya
 begitu mengharu-biru, sederhana namun mewah, ganteng yang tidak 
nyelekit (menurut Karin), dan juga pintar dalam segala hal. Itulah Bima.
 Dan kesempurnaan itu semakin memburatkan iri pada saat ia disandingkan 
dengan Karin. Mereka jelas pasangan dongeng yang menjadi nyata.
            Tapi itu dulu……,
            Sekarang
 tinggalah Karin dalam hidup sempurnanya yang kian sekarat pada titik 
koma. Apa yang berubah? Rasanya tidak ada. Bima masih jelas sangat 
menyayanginya, mertuanya sangat memanjakannya, hidup Karin masih bak 
ratu dalam dongeng. Terlebih setelah ia melahirkan Narra Bimapoetra 
Dinata, kasih sayang untuknya semakin bertambah saja. Lalu apa yang 
membuat Karin tenggelam dalam rasa cemasnya? Jawabannya adalah perut.
            Bukannya
 ia tak mengsyukuri hidupnya, hanya saja perutnya memang buncit setelah 
melahirkan Narra. Jangan membayangkan buncit seperti semar si tokoh 
wayang itu, atau buncit seperti tokoh bajuri dalam Sitkom “Bajai 
Bajuri”. Perut buncit Karin beda, bisa dikatakan aneh. Coba bayangkan 
model cantik Catherin Wilson dengan tubuh tingginya kurusnya itu, lalu 
tambahkan dengan perut gendut Indra Bekti misalnya. 
TADA..A..A..A……hasilnya adalah Karina Larasati Dinata!! Kombinasi yang 
aneh bukan?  Badan kurus tapi perut gendut. Tapi itulah wujud Karin setelah melahirkan Narra. 
            Setelah
 melahirkan Narra, Karin hanyut dalam dunianya sendiri. Ia mulai 
berperang dengan sisa lemak semasa ia hamil dulu. Tapi beberapa bulan 
saja, badan Karin sudah susut. Meskipun pada bagian perut, Karin masih 
saja kalah. Sudah beberapa cara ia coba, mulai dari yang paling modern 
sampai yang paling sederhana seperti teknik laser, akupuntur, pilates, 
sit-up, lulur peluruh lemak sampai teknik pengencangan otot perut dari 
Nihon-TV dengan  menggunakan sedotan yang dikirimkan temannya dari Jepang. 
            Khusus
 yang terakhir ini, caranya sangat sederhana. Cukup siapakan sedotan 
kemudian potong 5cm, ratakan salah satu ujung sedotan lalu tutup separuh
 lubang sedotan dengan selotip. Setelah itu Tarik napas dalam-dalam, 
lalu tiup sedotan dengan kuat selama 5 detik. Lakukan selama 3 menit 
perhari. Katanya poinnya, meniup napas kuat-kuat selama 5 detik. 
Beberapa orang yang melakukan di Jepang selama 2 minggu hasilnya 
berbeda-beda, tetapi semuanya berhasil mengecilkan perut. Menurut pakar,
 saat kita bernapas, otot perut lebih digunakan ketika mengeluarkan 
napas daripada menarik napas. Dengan menggunakan sedotan yang ditutup 
separuh, efek penggunaan otot perut menjadi berlipat.
            Saat
 dikirimi e-mail dari Jepang, Karin girang bukan kepalang. Soalnya Karin
 terlanjur pusing dengan teknik laser, ia takut dengan efeknya. Apalagi 
lulur-luruan, ia kurang suka repot-repot. Juga dengan teknik akupuntur, 
ia phobia dengan jarum. Terus sit-up? Ah…belum 5 kali saja ia sudah mual
 duluan! Hanya pilates yang betah ia lakoni, itupun dengan embel malas. Jadi jelas e-mail itu bak malaikat. 
            Setelah
 Karin mempraktekannya ia merasa aneh. Perasaannya mengambang, antara 
senang dan tidak. Bukan tidak berhasil. Hanya saja Karin merasa selain 
perutnya agak mengecil sekian cm, pipinya dirasa ikut kendor 
menggelambir karena banyak meniup sedotan! Jadi belum apa-apa Karin 
sudah ogah duluan! Melihat itu Bima hanya menggelengkan kepalanya.
            Bima
 suami yang baik, di tengah kesibukannya yang padat ia masih merelakan 
kupingnya mendengar ocehan karin tentang perutnya yang katanya buncit. 
Dan bagi Karin itu lebih dari segalanya, Bima mau mendengarnya mengeluh 
sudah lebih dari cukup. Meskipun hanya menjelang tidur saja ia bisa 
menatap intim wajah suaminya itu, namun perasaan jauh tidak menghinggapi
 fikirannya. Ia masih merasa memiliki Bima seutuhnya.
            Tapi
 seperti pasangan suami istri lainnya, kadang Karin juga merasa Bima 
kurang mengerti dirinya. Kadang ia dan Bima juga bergumul dalam 
perbedaan dan pertengkaran. Masalahnya ada-ada saja. Seperti seminggu 
yang lalu, Karin puasa bicara pada suaminya. Pemicunya sepele. Bima 
merasa terlalu berlebihan jika Karin harus berakhir di meja oprasi untuk
 mengecilkan perutnya.
            Awalnya
 perkataan Bima itu tidak terlalu menusuk hati Karin. Hanya saja 
lanjutan sesi itu yang membuatnya menangis. Bagaimana tidak, Bima 
menganjurkannya konsultasi dengan ahli jiwa. Karin tidak terima itu!! Ia
 mendelik beringas pada suaminya di meja makan. Saat itu mereka sedang 
sarapan. Dan yang lebih membuat Karin meringis, Bima hanya 
meninggalkannya tanpa mempertanyakan air mata itu. Biasanya Bima sangat 
panik melihat karin berbalut air mata. Namun sesi itu, ia hanya 
ngeloyor.
            Namun
 malamnya, mereka dipertemukan di ranjang. Biasanya Karin akan memulai 
ritual itu dengan ceritanya yang segudang, entah itu tentang Narra yang 
sudah bisa bilang ini dan itu ataupun tentang perutnya yang gendut. 
Namun malam itu hening. Hanya ada nafas Bima dan Karin yang saling 
beradu. 
            Sekian
 menit hening, tiba-tiba Bima tersenyum. Tanpa ragu ia memeluk Karin 
erat yang saat itu berbaring membelakanginya. Ia mencium tengkuk Karin 
dengan lembut. Biasanya karin akan berontak karena ia paling tidak tahan
 ada yang menyentuh tengkuknya. Namun malam itu semuanya berbeda, Karin 
nyaris tanpa reaksi. Ia ingin membuat Bima berfikir bahwa ia telah tidur
 dalam pulasnya.
            Marah
 Karin masih mengubun saat itu. Tapi Bima tetap pada pelukannya. Ia 
berbisik di telinga Karin dengan lembut. “Tidak ada yang bisa melengkapi
 apa yang sudah lengkap beb…termasuk bahagia. Tugas kita hanya 
menemukannya, tidak di luar namun di dalam diri kita sendiri.” Bima 
mendesis nyaris tidak bersuara. Namun lamat-lamat Karin jelas 
mendengarnya.
            “Bagaimana
 mungkin kita berharap orang lain menyayangi kita jika kita tidak 
menyayangi diri kita sendiri. Itu karena semuanya mulai dari sini.” 
Lanjut bima sambil menekan dada karin. “Ia tepat di sini, di hati kita.”
 Karin masih tanpa reaksi. Bima kembali mengudara dengan kalimat 
panjangnya.
            “Aku
 tidak ingin menikah dengan seorang wanita yang tidak bisa menemukan 
bahagianya pada titik syukur. Aku tidak ingin menikah dengan wanita yang
 rela bagian tubuhnya disayat-sayat hanya untuk sesuatu yang dianggapnya
 sempurna dan bisa membahagiakannya.” Karin terhenyak. Bima semakin 
mendekapnya erat. Ia tahu Karin mendengarnya. “Aku tidak ingin berfikir 
bahwa Karin-ku tidak bisa menerima dirinya sendiri…aku ingin Karina 
larasati-ku tahu betapa aku sangat mecintainya dengan perut buncit 
ketimbang perut hasil oprasinya.” Ada getaran pada ucapan Bima. “Karena 
perut buncit itu telah memberi aku Narra, yang bagiku adalah paket 
kebahagiaan dalam hidup. Lalu apa salahnya dengan perut buncit itu..?” 
Bima mengakhiri kata-katanya dengan satu kecupan lagi di tengkuk Karin.
            Karin
 merinding, beribu perasaan bersalah menohoknya dari belakang. Karina 
malas mengakuinya, namun melihat tingkahnya yang sangat membenci 
perutnya sendiri, mungkin memang ia butuh psikolog seperti kata Bima. 
Karin mulai tenggelam dalam awang-awang fikirannya.
            Malam
 itu berlalu dengan Bima dan Karin yang seolah baru saling mengenal. 
Karin berbalik dan memeluk Bima erat. Karin merasa ia memang tolol, 
percuma IPK-nya yang 3,74 jika hanya karena perut yang buncit bisa 
membuatnya lupa bahwa di hidupnya ada kebahagiaan lain yang seharusnya 
ia syukuri. Ada Narra yang memberinya gelar ‘Ibu’ dan ada Bima yang 
memanggilnya ‘Istriku’….lalu kebahagiaan apa lagi yang ia cari?
            Setelah
 malam itu, Karin tak lagi berfikir konyol tentang oprasi. Ia mau yang 
lempeng-lempeng saja. Karin masih aktif di kelas pilates-nya bahkan 
sekarang ia mengambil kelas intensif, bahkan sesekali ia masih 
mempraktekkan tips dari temannya di Jepang. Melihat usaha kerasnya, 
karin memang masih menginginkan perutnya susut, tapi sekarang keinginan 
itu bukan lagi obsesi.
            Hari
 itu, entah tanggal berapa, karin tidak mengingatnya dengan jelas. Tapi 
apa yang terjadi hari itu tertancap kuat di benak karin. Ia tidak pernah
 membayangkan hal itu sebelumnya.
            Pagi-pagi
 sekali ibu mertuanya menelponnya. Beliau sedang ada di Singapura 
bersama ayah mertuanya. Pagi itu Karin sangat panik. Bukan karena ibu 
mertuanya memarahinya tapi ia panik untuk alasan yang lain. Ibu 
mertuanya meminta karin untuk menggantikannya di acara peresmian yayasan
 perusahaan yang baru. Memang acaranya simple, tinggal hapal teks pidato 3 paragraf, pegang gunting dan senyum yang manis lalu potong pita. Itu kata ibu mertuanya.
            Karin
 hanya bisa mendelik! Baginya tidak sesederhana itu. Yayasannya ada di 
NTT, ia tidak rela meninggalkan Narra meski hanya beberapa hari saja. 
Bahkan sekedar untuk latihan pilates saja, ia merasa sangat berdosa 
meninggalkan Narra apalagi ke luar kota!! Karin takut membayangkan Narra
 memanggil suster-suster di rumah dengan panggilan ‘mama’!! Lagipula 
Karin yakin, dari apa yang didengarnya selama ini, NTT bukanlah tempat 
yang bersahabat.
            Berjuta
 pikiran aneh menyergap Karin. Tapi sebesar apapun perasan itu, toh ia 
tetap tidak bisa menolak. Dan akhirnya karin tetap berangkat ke NTT, 
rencananya ia akan berada di sana selama 3 hari. Banyak yang mesti ia 
lakukan, setelah peresmian ia harus melakukan kunjungan-kunjungan di 
daerah-daerah terpencil di NTT. Membayangkan itu karin mendadak pusing.  Tapi
 seberapa pusing pun karin, toh pada akhirnya ia berangkat ke sana juga.
 NTT memang bukan pulau yang bersahabat bagi Karin. Matahari cukup terik
 di sana, seolah menantang kulit karin yang terawat oleh lulur dan SPA 
untuk berduel. Ia jelas tahu kulit putihnya akan kalah dengan matahari. 
Jadi walaupun gerah, Karin tetap kekeuh memakai pakaian serba tertutup. 
Sialnya lagi aktifitas Karin sebagian besar berada di luar. Jadi ia 
terpaksa harus beramah-tamah dengan matahari. NTT semakin tidak bersahabat saja di benaknya…
            Hari
 kedua ia di sana membuat karin merasa jenuh. Dari kemarin ia harus 
selalu tersenyum pada semua anggota yayasan, mengunjungi para buruh 
kerja di ladangnya, sekolah-sekolah dan puskesmas-puskesmas. Dalam hati 
karin sebenarnya ada biak keprihatinan. Tapi rasa gerah yang sangat 
membuatnya lupa caranya bersedih. Di otaknya hanya ada satu kalimat : 
“Kapan semuanya berakhir, aku rindu Bima, Narra dan AC!!!”. Jadi sesi 
kunjungan yang seharusnya penuh haru itu hambar dan berlalu tanpa jejak 
di benak Karin.
            BELOM SELESAI>>>IDENYA mentok....gak tau ending nya harus bagaimana
| 
 | Sep 24, '10 12:50 PM for everyone
 | 
 
 
 
| 
 | Dec 12, '11 10:00 AM for everyone
 | 
| 
 | May 31, '12  3:54 PM for everyone
 |