Oh ya, maaf, saya memanggilmu dengan sapaan Nunu saja, saya orang Indonesia. Dalam Bahasa Indonesia, jarang ada kata yang mendampingkan dua huruf vokal, kau tidak keberatan kan? Bahasa Inggris saya juga jelek, jadi saya menulis surat ini dalam Bahasa Indonesia. Maaf! Lagipula mungkin kau tak akan menemukan surat ini.
Ada saatnya kita meninggalkan, ada saatnya kita akan tiba giliran untuk melepas.
Gordie Lachance : What's asshole about wanting to be with your friends?
Chris Chambers : It's asshole if your friends drag you down! You hang with us, you'll be just another wise guys with shit for brains.
Agak egois memang, tapi bagiku inilah dialog terbaik dari film Stand by Me ini. Karakter Chris Chambers begitu membekas di hati saya, saya merasa Gordhie Lachance hanya pencerita walau digambarkan dialah tokoh utama dan paling pintar di antara mereka berempat, tapi saya merasa Chris Chamberslah letak kekuatan cerita.
Musik instrumental yang mengiring film ini terkadang membuat saya menangis. Ada orang, yang baru sebulan berkenalan dengannya, tapi kau sudah rindu untuk selalu menengok gambar dirinya, menebak dari wajahnya, kira-kira apa yang sedang dikatakan oleh pikirannya saat itu. Mungkin saya kecanduan akan apa yang kulakukan ini, karena Rio** telah tiada sejak 20 tahun yang lalu. Apalagi kau, yang pernah bertemu dan berkawan baik dengannya. Lihat makna nama kalian, “sungai” dan “hembusan sejuk dari atas gunung”, seperti sebuah keajaiban, memang kalian dinasibkan bertemu. Betapa mudahnya dia bisa dirindukan dengan sangat hebat. Kita menjadi sulit memaafkan diri kita sendiri akan kepergiannya.
Keanu Reeves & River Phoenix |
Apakah kau percaya pada konsep reinkarnasi? Saya bertanya walau banyak bilang kau penganut Budha. Apakah kau pernah mencari sesuatu, seseorang atau apapun itu yang baru lahir dan bertanya dalam hatimu “Kaukah itu, teman? Rio yang lahir kembali?” Saya bukan Budha, tapi saya pernah diam-diam berdoa kepada Tuhan jika Ayahku lahir kembali, saya ingin lahir lagi di janin istrinya kelak, saya ingin menjadi anaknya lagi. Tapi untuk orang seperti Rio, saya tidak bisa berharap banyak, dia terlalu berharga, jadi mungkin dia hanya datang satu kali di muka bumi ini. Saya hanya bisa menikmati karya-karyanya, membuka laptop dan mencari info tentangnya. Saya hanya bisa membaca bahwa dia membeli tanah 320 ha yang merupakan hutan, agar tidak ada pohon yang ditebang di sana. Saya manusia biasa, kita hania bisa menghidupkannya sebatas ide-ide, bagiku itulah wujud reinkarnasinya.
Saya pernah punya sabahat di SMP, saya memanggilnya Er. Mungkin Er adalah sahabat terbaik yang pernah saya punya. Untuk pertama kalinya saya bertemu seseorang menerima apa adanya saya. Bersahabat dengannya memunculkan diri saya yang sebenarnya, dan itu bertahan sampai sekarang. Perpisahan terjadi ketika hari pertama saya mengenakan rok abu-abu, kami berjanji bertemu di sekolah kami yang baru, kami akan memamerkan rok SMA satu sama lain. Tapi hari itu Er tidak datang. Saya sibuk sekolah dan jarang bertemu lagi dengannya. Er sudah menikah, terakhir bertemu dia sedang menggendong bayi perempuan berumur setahun, itu terjadi lima tahun yang lalu. Dia masih orang yang sama, tidak berubah sedikitpun, waktulah yang berubah. Dia tak mungkin mengajak saya lagi nonton film kartun minggu di rumahnya, tak mungkin lagi ada kegiatan manjat pagar sekolah untuk bolos. Terkadang rasanya ingin jadi seseorang yang tak peduli akan waktu. Namun sepertinya hanya orang gila yang tak peduli sudah berapa usianya, tak perlu menatap kalender sudah tanggal berapa hari ini.
Mimpi adalah hal yang membuatmu bergairah untuk hidup. Saya menemukannya kembali, seorang sahabat, rasa indahnya berbagi, suka, duka, rahasia muncul kembali. Tapi kesalahanku adalah menganggapnya Er, padahal mereka dua sosok yang berbeda. Saya menyesal, merasa bersalah, sehingga terkadang saya merasa pantas untuk diabaikan. Dia pernah menghiburku dengan kalimatnya “Sahabat tidak akan pergi kemana-mana!”. Dia sedang diculik oleh duka atau apapun itu, dia berjanji kembali. Tapi bagiku, perpisahan dengan Er membuatku sadar bahwa benar-benar tak ada yang abadi. Semua harus pergi, sahabat paling sejati bagimu adalah dirimu sendiri, yang selalu ada dan tak pernah pergi.
Saya harus merelakan semuanya pergi, membiarkan mereka hidup dengan jalan yang mereka mau, bertemu dengan orang-orang, entah itu yang lebih baik dariku atau orang yang malah melukainya dan justru itu yang baik untuknya. Dengan begitu dia bisa jadi lebih dewasa, jadi lebih kuat, lebih tegar dari biasanya, menjadi orang yang berbeda. Yah, berbeda dari yang dulu kita kenal, sehingga ketika kita bertemu kembali dengannya, kita merasa aneh karena harus ‘berkenalan’ lagi dengannya, ada fase hidupnya yang tidak kau tahu, kau tidak sedang bersamanya pada saat itu. Pembicaraan menjadi tidak nyambung, kau tiba-tiba terlihat bodoh karena selera humornya telah berbeda, gaya bercandanya tidak sama lagi. Kau tidak mengerti itu dan merasa tidak perlu berusaha untuk mengerti karena bagimu itu baik untuknya, membuka pikirannya terhadap banyak hal baru, bergaul dengan begitu banyak orang yang bisa memperkaya pikirannya.
Kita tak perlu bersusahpayah untuk mengenalnya kembali, jalan terbaik adalah melepasnya, membiarkannya datang dan pergi, ini bukan lagi tentang apa yang kau inginkan, tapi apa yang dia butuhkan. Itu jauh lebih baik daripada harus mengejar ketertinggalan agar bisa menjadi teman yang bisa memahaminya, itu melelahkan.
Terima kasih, surat ini telah jadi, walau mungkin kau tak akan membacanya, paling tidak saya bisa ingat bahwa saya pernah menulisnya. Terima kasih, Nuuu! Terima kasih, Rio!
* Keanu Reeves
**Rio berarti sungai dalam Bahasa Latin, beberapa teman dekat memanggilnya dengan nama tersebut selain dengan sapaan Riv.