Bercerita tentang seorang anak (Anna) yang dilahirkan untuk menolong kakaknya (Kate) yang menderita leukimia, bahkan berakibat buruk pula pada beberapa organ tubuhnya. Saya tidak menafikkan, buku ini buku terbaik yang pernah kubaca. Ayah mereka yang bekerja sebagai seorang petugas pemadam kebakaran tapi punya cita-cita terpendam sebagai astronot, selalu bercerita benda-benda luar angkasa kepada anak-anaknya. Sangat menyukai ketika mereka bertiga (Anna-Kate-Ibu) ketika berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, kemudian memutuskan untuk membotak kepala mereka seperti kepala Kate yang memang sakit, mereka melenggang dengan ceria berjalan di tengah keramaian. Bagaimana Anna dan Kate berbagi dalam segala hal termasuk kamar agar Anna bisa membangunkan orang tua mereka jika terjadi sesuatu pada Kate. Kate yang selalu ketakutan, sehingga tiap malam dibiarkan dirinya lelap dalam terang dan selalu memarahi Anna tiap kali adiknya itu mematikan lampu. "Kau bisa menciptakan gelap, tapi aku tak bisa menciptakan terang!". Mengapa Anna harus selalu mengalah?
Dengan mengambil sudut pandang berbeda pada tiap-tiap bab secara bergantian, kita diajak menjadi ibu atau ayah atau Anna atau Kate atau Pengacara Anna atau tokoh lainnya, sehingga kita bisa memaklumi tiap karakternya. Ceritanya menjadi rumit, tak sesederhana memvonis bahwa orang tua merekalah yang salah, atau Anna yang egois karena memutuskan untuk menuntut orang tuanya. Jodi Picoult yang dikenal sebagai penulis novel psikologi, menambahkan hal-hal berbau hukum pada novelnya yang ini. Novel yang keren!
Kira-kira tahun lalu, lebih tepatnya terlambat tahu kalau novel ini telah diangkat jadi film. Salah satu penyemarak film ini, Regina Spektor. Yey, saya suka Regina Spektor! Saya juga suka video-video klip lagunya, dia memang bukan sutradara tapi sepertinya dia yang mengonsep sendiri seluruh video klipnya.
Dalam menghadapi masalah berat, terkadang masalah tersebut terlanjur menjadi racun bagi pikiran kita. Hahaha. Teringat ketika masih menyandang status mahasiswa di ujung tanduk, semua orang, walau tak kenal, walau dengan bibir mingkem sekalipun saya melihat mereka berkata "kapanko sarjana?". Kira-kira begitulah, semua yang ditemui menjelma hakim bagi kita, diri kita tersangka tunggal seluruh dunia. Saat seperti itu, kita butuh sejenak memejamkan mata, mungkin menangis, berusaha keras menemukan ribuan ketegaran dalam diri kita sendiri.
Seperti itulah sensasinya menonton video klip Regina Spektor yang satu ini :