KEPADA PEREMPUAN-PEREMPUANKU
Kalian telah membuatku menjadi orang yang menyesali masa kecilku. Terkadang saya berkeinginan menjadi pencuri waktu. Menggenggam lagi masa kecilku, kala mimpi itu baru benih. Jari-jari kecil itu menari menjejakkan garis jiwa begitu merdeka dan kata hati yang polos.
Lalu untuk apa kotak musik itu? Kau sudah gila jika membeli sebuah kotak musik berfungsi ganda sebagai mesin waktu…
Memang tak bisa kuulur kembali ke masa lalu. Tapi dengan kotak ini paling tidak dapat kuselami kekecewaanku tanpa umpatan dari kalian.
Bersyukurlah kalian, seandainya betul ada mesin waktu maka aku akan kembali ke masa lalu dan jangan pernah berharap kembaliku…
KEPADA LELAKI-LELAKIKU
Sthn jd mhsw bgmn rasax?
Pkh hobi gmbrmu kw bgn kmbl?
Sdh brp tlsnmu yg tmuat?
Jgn smpai pnglmn mngelola bultinmu
hx mpe SMA sj
Bukan kalian saja yang bertanya seperti itu. Teman-teman masa laluku juga melontarkan pertanyaan hampir serupa kepadaku. Saya pangling, sama bingungnya saya mau balas smsmu dengan kata apa. Pertanyaan itu termaknakan oleh otakku : ‘jangan kecewakan kami!’. Sungguh berat!
Kini, saya sudah sangat mengerti mengapa jiwa muda kalian tak betah di rumah. Memang ada jendela dan pintu, tapi tak ada lubang sekecil apapun yang bisa mengeluarkan keterkungkungan dari mereka.
Harapan-harapan yang didoakan berbunga indah tercekik mati. Itulah mengapa kalian mencari udara di luar. Sayang, umur sedewasa apapun kalian tetap anak kecil bagi mereka. Membantah berarti mengundang roh paling jahat di dunia masuk ke dalam tubuh mereka. Tak bisa dihindari, hinaan menghujani, mengaliri telinga, berhulu ke pikiran dan memvonis bahwa kalian adalah tak ada benarnya sedikit pun. Tak pelak lagi hukuman penjara lagi dibebankan. Bahkan tanpa ketukan palu pun keputusan itu sudah mengikat seakan sampai mati.
Kami pun ingin jadi orang baik-baik, lebih baik dari orang yang menghina kami… kukutip dari (sepertinya) catatan harian sang Seniman Kere, Februari 1993. Saya mengaminkan (dengan suara yang keras!).