curhat picisan
Jumat, 31 Agustus 2018
SEARCHING (2018)
"Saya sangat mengenal anak saya, dia tak mungkin melakukannya...", yakin? Yakin anak Anda tidak sedang menyembunyikan sesuatu yang serius dari Anda?
Dua minggu lalu dibikin penasaran karena kebetulan liat trailer film ini di bioskop, ada review dari Rolling Stone dibubuhkan di video tersebut.
Film ini relevan dengan keadaan kita hari ini, setiap orang merasa asing, bahkan mungkin tak tahu apa-apa tentang orang yang tinggal serumah dengannya, keluarganya sendiri.
Thriller dengan gaya cerita unik, hampir sepanjang cerita, adegan per adegan hanya seputar layar desktop komputer sang ayah, David Kim.
Film terkeren yang saya tonton sepanjang 2018 ini. Bulan depan bioskop akan digempur Wiro Sableng, jadi tontonlah segera SEARCHING sebelum film ini turun layar.
Yang paling lucu di film ini : ketika beberapa teman sekolah Margot, yang sebelumnya mengatakan hanya teman biasa Margot, tiba-tiba mengakui bahwa mereka kenal dekat dengan Margot ketika berita hilangnya Margot mulai viral di dunia maya
Jumat, 23 Februari 2018
Surat Keempat
Terima kasih kak, sudah diberi keistimewaan membaca draft novelta. Kita pun malah nyuruh saya corat-coret siapatahu ada yang perlu saya koreksi, ya saya sudah bikin catatan buat kita di kertas lain. Membaca tiap hurufnya, seperti masuk ke dalam fikiranta. *menghibur diri :(
Saya berinisiatif untuk mengembalikan novel ini ke rumahta kak, tapi sepertinya messageku kita hapus tanpa diread. Saya tak punya maksud apa-apa kak, sekalian saya mau beli obat untuk bulan depan. Saya bukan perempuan yang suka mempersiapkan baju khusus bahkan untuk bertemu tamu khusus. Saya tak akan pernah menampilkan kepalsuan, saya menampilkan diriku, puas dengan alis tipis yang tak perlu ditebalkan, bibir tak pernah merona, pakaian kaos oblong dengan bawahan rok jeans biasa. Saya pengamat mode, tapi saya bukan pengikut mode. Sangat jauh denganmu kak..., kau sekarang klimis, jauh dari penampilan saat petama kenal dan pertama menyukaimu kak.
Jadi jangan khawatir, saya hanya akan tampil sangat biasa, bertamu seadanya, seperti saat kita ketemu, tak ada yang spesial. Tak mungkin saya akan mengajukan diri kepengen dinikahkan sama kita kak, kalaupun ada yang minta saya akan perlihatkan obat-obatan dan foto hasil pemeriksaan radiologi isi perut saya bahwa saya bukan perempuan lengkap lagi yang akan bisa nikah dan ngasih keturunan.
Saya bukan orang yang suka tebar pesona, berbeda denganmu, yang katanya sudah punya dua calon untuk dipilih-pilih. Saya tahu rasanya jadi salah satu kandidat, dibandingbandingkan mana yang terbaik. Saya memilih mundur, karena saya dan perempuan lain itu sama-sama wanita punya perasaan.
Pasti pernah kita jalan kaki, seekor anak kucing mengeong ikutiki dari belakang? Seperti itulah kak, kucing yang memilih kita, bukan kita yang memanggil dia untuk ikut. Saya tak pernah memilih yang terbaik kak karena hati sudah menentukan.
Saya berinisiatif untuk mengembalikan novel ini ke rumahta kak, tapi sepertinya messageku kita hapus tanpa diread. Saya tak punya maksud apa-apa kak, sekalian saya mau beli obat untuk bulan depan. Saya bukan perempuan yang suka mempersiapkan baju khusus bahkan untuk bertemu tamu khusus. Saya tak akan pernah menampilkan kepalsuan, saya menampilkan diriku, puas dengan alis tipis yang tak perlu ditebalkan, bibir tak pernah merona, pakaian kaos oblong dengan bawahan rok jeans biasa. Saya pengamat mode, tapi saya bukan pengikut mode. Sangat jauh denganmu kak..., kau sekarang klimis, jauh dari penampilan saat petama kenal dan pertama menyukaimu kak.
Jadi jangan khawatir, saya hanya akan tampil sangat biasa, bertamu seadanya, seperti saat kita ketemu, tak ada yang spesial. Tak mungkin saya akan mengajukan diri kepengen dinikahkan sama kita kak, kalaupun ada yang minta saya akan perlihatkan obat-obatan dan foto hasil pemeriksaan radiologi isi perut saya bahwa saya bukan perempuan lengkap lagi yang akan bisa nikah dan ngasih keturunan.
Saya bukan orang yang suka tebar pesona, berbeda denganmu, yang katanya sudah punya dua calon untuk dipilih-pilih. Saya tahu rasanya jadi salah satu kandidat, dibandingbandingkan mana yang terbaik. Saya memilih mundur, karena saya dan perempuan lain itu sama-sama wanita punya perasaan.
Pasti pernah kita jalan kaki, seekor anak kucing mengeong ikutiki dari belakang? Seperti itulah kak, kucing yang memilih kita, bukan kita yang memanggil dia untuk ikut. Saya tak pernah memilih yang terbaik kak karena hati sudah menentukan.
Sabtu, 17 Februari 2018
Surat Ketiga
Halo kak, ini malam minggu, mungkin lagi ngedate yah... hahaha <<< ketawa palsu.
Tadi saya nonton kak, Black Panther. Saya beli satu tiket saja, untuk saya seorang. Saya sebenarnya sudah ajakki’, tapi saya kasihan kalau selalu harus ganggu isirahatta. Kerja kantoran itu membosankan, lama-lama bikin capek. Pernah suatu ketika kita nonton Star Wars, durasinya lebih dua jam, kita sampai tertidur, lucuuuu. Dan hari ini menyesal karena tak “melakukan sesuatu” ketika kita terlelap di sampingku, saya menyesal karena hanya berani memandang wajahta dari samping, yang sesekali disinari cahaya film, sampai kita tersadar tak lama kemudian. Bahkan terbersit keinginan memberi satu kecupan tapi ndak jadi, saya tak mau kita jadi ilfil dan menjauh.
Sudah lupakah film terakhir kita nonton sama-sama? The Commuter, yang tak kusangka sangat seru cerita dan actionnya. Saya antri untuk mendapatkan dua tiket itu, berjubel remaja yang ngantri untuk Film Dilan, kira-kira 10 meter, dan vertigoku yang belum sembuh benar bikin saya capek setelah keuar dari antrian. Saya harus antri kak, segitu susahnya untuk bertemu denganmu, agar bisa menangkap momen-momen lucu darimu. Konsentrasi saya terbagi dua, antara melihat gerak-gerikta atau pura-pura fokus ke film. Filmnya sebenarnya bukan yang di layar kak, tapi kita kak.
Saya ingat kita selalu mencium lengan bajuta’ padahal sama sekali tak ada bau aneh kak. Kita Ras Melayu Mongoloid yang konon paling ‘harum’ keringatnya dibandingkan ras lain, jadi jangan khawatir kalau tiba-tiba kehabisan parfum dan tak sempat membeli, asal rajinjaki mandi.
Jadi begitulah, MUNGKIN Film Commuter ini adalah film terakhir yang kita tonton sama-sama. Saya memutuskan untuk jarang menghubungimu kak, meminta sedikit waktumu, menculikmu dari kesibukanmu yang sudah jadi kerja kantoran, ketemu dengan teman segeng, teman mengajarmu dulu dan seterusnya, kita juga butuh istirahat.
Pesanku mungkin akan jarang bertamu lagi ke ponselmu, tetapi isi kepala ini sesak akan hal-hal tentang dirita, kusebut-sebut namata sepelan mungkin agar tak seorangpun mendengarnya. Tak berenti kupanggil namata’, saya tidak tahu mengapa begitu, seperti robot tidak tahu kapan habis tenaganya.
Tadi saya nonton kak, Black Panther. Saya beli satu tiket saja, untuk saya seorang. Saya sebenarnya sudah ajakki’, tapi saya kasihan kalau selalu harus ganggu isirahatta. Kerja kantoran itu membosankan, lama-lama bikin capek. Pernah suatu ketika kita nonton Star Wars, durasinya lebih dua jam, kita sampai tertidur, lucuuuu. Dan hari ini menyesal karena tak “melakukan sesuatu” ketika kita terlelap di sampingku, saya menyesal karena hanya berani memandang wajahta dari samping, yang sesekali disinari cahaya film, sampai kita tersadar tak lama kemudian. Bahkan terbersit keinginan memberi satu kecupan tapi ndak jadi, saya tak mau kita jadi ilfil dan menjauh.
Sudah lupakah film terakhir kita nonton sama-sama? The Commuter, yang tak kusangka sangat seru cerita dan actionnya. Saya antri untuk mendapatkan dua tiket itu, berjubel remaja yang ngantri untuk Film Dilan, kira-kira 10 meter, dan vertigoku yang belum sembuh benar bikin saya capek setelah keuar dari antrian. Saya harus antri kak, segitu susahnya untuk bertemu denganmu, agar bisa menangkap momen-momen lucu darimu. Konsentrasi saya terbagi dua, antara melihat gerak-gerikta atau pura-pura fokus ke film. Filmnya sebenarnya bukan yang di layar kak, tapi kita kak.
Saya ingat kita selalu mencium lengan bajuta’ padahal sama sekali tak ada bau aneh kak. Kita Ras Melayu Mongoloid yang konon paling ‘harum’ keringatnya dibandingkan ras lain, jadi jangan khawatir kalau tiba-tiba kehabisan parfum dan tak sempat membeli, asal rajinjaki mandi.
Jadi begitulah, MUNGKIN Film Commuter ini adalah film terakhir yang kita tonton sama-sama. Saya memutuskan untuk jarang menghubungimu kak, meminta sedikit waktumu, menculikmu dari kesibukanmu yang sudah jadi kerja kantoran, ketemu dengan teman segeng, teman mengajarmu dulu dan seterusnya, kita juga butuh istirahat.
Pesanku mungkin akan jarang bertamu lagi ke ponselmu, tetapi isi kepala ini sesak akan hal-hal tentang dirita, kusebut-sebut namata sepelan mungkin agar tak seorangpun mendengarnya. Tak berenti kupanggil namata’, saya tidak tahu mengapa begitu, seperti robot tidak tahu kapan habis tenaganya.
Jumat, 16 Februari 2018
Surat Kedua
Siang hari dengan sekuat tenaga menipu semua orang dengan senyuman. Tetapi ketika malam datang, semuanya berubah. Orang-orang mungkin mengira saya menangis karena penyakit ginjal, tapi tak seorangpun yang tahu bahwa saya menangisimu, kak. Tahukah kau kak, orang yang paling cemerlang senyumnya di pagi hari mungkin adalah orang yang menghabiskan kemuramannya di malam hari. Ingin rasanya malam jadi panjang, agar bisa kutemui ujung kepedihan ini.
Seorang perempuan yang akan kau pilih, menemanimu menghabiskan hidupmu, sedangkan saya hanya berkesempatan dua kali menyentuh jarimu. Tanganmu membuka pintu, belum sempurna melepas gagangnya, jariku menyentuh jarimu, dunia berhenti sejenak. Dan saat kita membuka bungkusan plastik draft novelmu, kak. Rasanya saya ingin menghilang saat itu juga, dimana kusembunyikan malu ketika itu, setengahmati kutegakkan wajah tetap menghadap ke depan.
Sepanjang perjalanan pulang, saya tersenyum melihat jari-jari itu kak, membayangkan suatu hari nanti saya memejamkan mata, membiarkan jari-jari ini yang mengeja wajahmu, tapi hal itu tak akan pernah terjadi. Saya hanya bisa menangis, serta menarik beberapa hela nafas panjang agar udara bisa mengisi ruang kosong di dada ini, tapi ternyata semua itu tak cukup, rasanya tetap hampa.
Seorang perempuan yang akan kau pilih, menemanimu menghabiskan hidupmu, sedangkan saya hanya berkesempatan dua kali menyentuh jarimu. Tanganmu membuka pintu, belum sempurna melepas gagangnya, jariku menyentuh jarimu, dunia berhenti sejenak. Dan saat kita membuka bungkusan plastik draft novelmu, kak. Rasanya saya ingin menghilang saat itu juga, dimana kusembunyikan malu ketika itu, setengahmati kutegakkan wajah tetap menghadap ke depan.
Sepanjang perjalanan pulang, saya tersenyum melihat jari-jari itu kak, membayangkan suatu hari nanti saya memejamkan mata, membiarkan jari-jari ini yang mengeja wajahmu, tapi hal itu tak akan pernah terjadi. Saya hanya bisa menangis, serta menarik beberapa hela nafas panjang agar udara bisa mengisi ruang kosong di dada ini, tapi ternyata semua itu tak cukup, rasanya tetap hampa.
Kamis, 15 Februari 2018
Langganan:
Postingan (Atom)